BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

September 15, 2009

Ketika dia akan pergi


Malam itu, seperti biasanya. Ku duduk di kaki kakekku sambil memijitnya.Tanteku yang biasanya datang tiap hari rabu dan sabtu, waktu itu tiba-tiba saja datang hari kamis. Tapi kami tidak sadar dengan tanda-tanda itu. Tetangga sebelah yang sudah kuanggap seperti tante ku juga, malam itu datang ke rumah. Kubiarkan tante berbicara dengan tante tetangga sebelah. Tante menggantikanku memijit kaki kakek. Sambil istirahat sebentar, saya berjalan ke teras. Di sana ada mama, adek2ku dan teman yang sudah seperti sodaraku sendiri. Kami melakukan hal yang biasa, b'cakap2 sambil sesekali tertawa. Karena suara tawa kami yang kayaknya mengganggu istirahat kakek, tante menegur, sambil berkata,
"Nak, daripada kalian ketawa2 diluar, mending ambil wudhu trus baca Quran."
Kami turuti permintaan tante. Kami masuk ke dalam b'wudhu lalu membaca Al-Quran.
Selesai membaca Al-Quran, kakek tiba2 minta maaf padaku, temanku, dan tante tetangga sebelah. Saat itu, saya masih kurang faham maksudnya. Harusnya saya yang minta maaf sama kakek. Saya yang selama ini banyak dosa, saya yang selalu membantah, tidak mendengar nasihatnya. Airmataku ingin menetes. Tapi kakek tidak suka melihat cucunya bersedih. Sekuat mungkin ku tahan airmata. Karena tak tahan, saya minta ijin ke kamar mandi sebentar, menangis sejadi-jadinya. Hatiku terasa perih....
Beberapa lama, tante dan teman tetangga ku itu, pamitan pulang. Rumah kami memang sebelahan, tapi tetap waktu bertamu punya batas. Sekarang gantian saya lagi yang memijit kaki kakek. Tante butuh istirahat dulu, karena dia yang akan menjaga kakek tengah malam.
Tiba2 kakek ngajak ngobrol lagi, "Ira, coba telpon mama sama bapakmu. Suruh semuanya ke sini"
tanpa menjawab, langsung ku hubungi mama.

Karena kantuk sudah tak tertahan, ku tertidur di kaki kakek. Tante juga masih kelihatan capek.

Suara ketukan pintu mengagetkan kami semua, itu mama sama bapakku.
Mama mulai khawatir.Tapi kubilang kakek baek2 saja..

Karena sudah ada bapak yang menggantikan saya jaga, saya langsung masuk ke kamar.
Malam itu terasa sangat singkat. Perasaan barusaja kupejamkan mata, mama membangunkan ku dengan mata basah. Pikiranku langsung tertuju pada kakek.
Ternyata benar.. Kata mama, kakek sudah mau pergi. Kakek mau saya melantunkan ayat-ayat Al-Quran lagi kepadanya untuk terakhir kalinya.

Saya, bapak, tante dan nenek membacakan ayat-ayat suci itu dengan linangan airmata. Kali ini, airmata tak mampu lagi kutahan. Sedang mama menelepon om yang berada di luar kota, Fito adekku sedang main balon (kasian dia, dia berusaha untuk menghibur dirinya sendiri), dua adekku yang lain, Bunda dan Didit duduk di sampingku dengan airmata yang tak kalah derasnya..

Di saat-saat terakhir itu, saya masih sempat menegukkan minuman ke tenggorokan kakek. Perutnya sudah mengecil, rata seperti papan, hampir seminggu tidak makan.
Kakek juga masih sempatnya menyuruh om ku untuk membacakannya Al-Quran. Om yang tadi diberitahu sama mama kalo kakek sedang sakaratul maut, jadi tidak percaya. Mama menangis kian menjadi.

Saat kami masih membacakan ayat2 Al-Quran, ada suara ketukan di pintu yang cukup membuat kami berhenti sebentar. Kami kira itu tante tetangga sebelah yang datang karena mendengar suara kami. Bapak keluar ingin membuka pintu, tapi terlebih dulu mengintipnya di jendela. Nihil. Tak ada siapa2 di depan. Suara bacaan semakin kami kencangkan.
Tapi kakek menyuruh kami berhenti.
"Sudah, cukup nak. Malaikat itu sudah datang. Cahaya putihnya sudah melintas didepan mataku tadi"

Saya yang duduk di samping kepala kakek jadi ngeri sendiri, tapi juga tambah sedih.

Kakek menyuruh kami semua istirahat. Dia juga minta dibuatkan bubur ayam sama nenek.

Tak berapa lama, tante kembali menjerit..
Kami semua berkumpul lagi. Adek2ku yang sudah tertidur pulas, tiba2 kakek minta untuk dibangunkan ke sekolah. Karena takut kenapa2, saya tetap berada disamping kakek. Sedang tante terus-menerus berusaha mengajak kakek berbicara..
Kakek bilang, "Sudah tiba waktunya"
Dia melipatkan sendiri tangan ke dadanya dan bersyahadat.
Mama menangis, dan kembali menelepon ke dua om ku yang jauh di sana.
Nenek berlari keluar, mengetuk pintu tante tetangga sebelah dengan panik. Trus kubacakan ayat2 Al-Quran untuknya dengan sesenggukan. Hingga akhirnya tante mengatakan, "Bapakku sudah tidak ada......."
Periiiiih.., sakiit.. sakit yang teramat sangat kurasakan. Tangisku pecah memanggil2 kakek. Mama, bapak, tante, adek2ku, om ku dan tetangga sebelah juga sama..
Hari Jumat pagi, kakek pergi dengan tenang.
Kulihat dirinya yang terbujur kaku, kakek seperti sedang tertidur.. (tapi untuk selamanya)
kucium keningnya berkali-kali.. Memeluknya dan sulit untuk melepasnya..
sejak saat itu hingga kini, airmataku tak berhenti mengalir.
kepergiannya menimbulkan luka bagiku. Ku kehilangan seorang yang sangat mencintaiku..
Yang memakaikan selimut saat ku tertidur, yang membuatkanku makan malam, yang selalu menjagaku....

Butiran-butiran airmataku sebagai pengobat rindu untuknya.. Doa di setiap sujudku, sebagai ucapan terimakasih untuknya..
Kakek,

0 komentar: