BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Februari 13, 2009

DIA BUKAN UNTUKKU

“Pagi Wi, kok lesu banget sih? Semalam mimpi buruk ya?”, tanya Tata yang baru aja datang.

“Aku telat, Ta”, jawabku tanpa menoleh ke arahnya.

“Telat gimana, bel kan belum bunyi? Pagi ini kamu juga datang lebih awal dari aku. Lagian kita kan udah gak ada jam pelajaran lagi, ujian akhir sudah selesai. Gak usah takut telat. Apa kamu baik-baik aja?”

“Baca ini”, ujarku seraya menyodorkan handphone.

Tata agak bingung, tapi dia meraih handphone yang kusodorkan dan membaca sms dari kak Iman yang isinya:

Maaf ya, tapi boleh gak kalo kita sekarang seperti adik kakak saja. Karena biasanya orang yang pacaran itu hubungannya tidak bertahan lama. Tapi kalo adik kakak, ikatannya sampe seterusnya. Aku sayang kamu, tapi hanya sebagai adik.. Untuk saat ini..

Tata tambah bingung dan ngembaliin handphoneku. Sebelum Tata bertanya lagi, aku langsung angkat bicara.

“Aku telat untuk nyadarin kalo aku ternyata juga sayang dan cinta ma kak Iman. Selama ini dia yang udah ngisi hari-hari aku, menjadi bagian dari kisah hidupku. Tapi aku baru sadar saat dia mulai menjauh. Dan di saat itu pula aku merasa sangat membutuhkannya karena aku cinta dia. Aku nekat ngungkapin perasaan duluan karena dia beda sama cowok-cowok lain. Thanks ya Ta, kamu udah ngenalin aku dengan kak Iman”.

*****

Fiuuhhh…… Bukannya plong, hatiku kok jadi tambah sesak ya? Apa kak Iman emang gak pernah cinta sama aku? Trus semua perhatian dan kehangatan yang selama ini dia kasih ke aku hanya sebatas kasih sayang sodara? Maksudnya dia sayang aku sebagai adik untuk saat ini, itu berarti aku masih punya harapan? Tidak!!! Aku tidak boleh terus berharap. Cukup sekali saja aku rasain sakitnya nerima harapan dari perasaan yang tidak pasti.

*****

“Kak Iman jahat!! Aku sebel, benci, gak mau kenal lagi sama kak Iman!! Huhh..!!! Dasar cowok, bisanya Cuma nyakitin cewek aja. Dia gak tau apa, begitu sesaknya dada aku mendam perasaan ke dia? Begitu cepatnya detak jantungku saat ngungkapin perasaan ke dia? Dan begitu malunya aku saat di tolak ma dia?!?!”

“Wi, kamu jangan gitu dong. Tiap orang punya hak untuk dicintai dan mencintai. Dan hal itu gak wajib untuk di balas. Aku yakin, kak Iman tuh sayaaaaaang banget ma kamu. Dia sayang kamu sebagai adik, itu berarti dia gak mau kehilangan kamu. Dia takut jika kalian pacaran trus putus, hubungan kalian nantinya pun akan putus. Tapi kalo sodara, itu adalah ikatan seumur hidup”.

“Iya, Ta. Awalnya aku kira hanya sebatas perasaan adik kakak aja. Tapi karena harapan yang kak Iman kasih ke aku, perasaan itu berubah jadi sesuatu yang lain. Sekarang aku gak tau mesti ngapain lagi. Apa sebaiknya aku pergi dan menghindar dari kak Iman supaya perasaan aku ini bisa hilang?”

“Sebaiknya gak usah, Wi. Kamu dan kak Iman gak jadian, itu adalah sebuah kenyataan. Kamu gak boleh jadi pengecut. Hadepin kenyataan ini, meskipun begitu sulit dan pahit bagi kamu. Kak Iman pasti akan sedih dan kecewa kalo kamu pergi dan ngehindarin dia karena hal yang kemarin. Dan aku tau, kamu juga masih belum bisa ngelakuin itu”.

“Iya deh, Ta. Aku akan coba dan berusaha untuk bisa nerima kenyataan ini. Dan mungkin, aku akan bisa jika kamu selalu nemenin aku. Thanks ya, Ta”.

Sama-sama, Wi. Aku janji akan selalu nemenin kamu”, ujarnya tersenyum dan memelukku.

*****

Sejak penembakan waktu itu, sikap kak Iman jadi berubah ke aku. Dia gak pernah lagi hubungin aku. Jangankan nelpon, sms aja gak pernah. Kak Iman juga gak pernah ngajak aku jalan lagi. Nyesel juga dulu suka nolak ajakan kak Iman. Apa karena itu ya, kak Iman malas ngajak aku lagi? Dulu kan aku pengen fokus ke sekolah. Giliran sekarang sudah lulus, kesempatan itu udah gak ada lagi.

“Rrrrrrrrrr…..”, tiba-tiba handphoneku bergetar. Ternyata kak Iman. Wah, kebetulan banget. Saat aku lagi mikirin dia, orangnya langsung nelpon. Apa ini yang namanya hubungan batin ya? Auk ah.., mending angkat aja.

“Halo”, sapaku.

Halo Wi. Mmm…, hari ini lagi sibuk gak? Ada yang pengen aku omongin sama kamu. Kita ketemuan di tempat biasa, ya?”

“Gak sibuk kok. Ya udah, kita ketemuan disana jam empat sore. Dagh…..”

“Ok. Dagh”, balasnya menutup telepon.

*****

“Duh maaf, tadi macet. Dah lama nunggu ya?” tanya kak Iman yang baru aja datang.

“Gak papa kok. Aku juga barusan sampe. Tapi sudah aku pesanin minuman buat kak Iman. Milkshake coklat juga kan? Btw kak Iman mo ngomong apa?”

“Iya, kamu juga suka milkshake kan? Wi, sebelumnya aku mo minta maaf atas kejadian kemarin. Aku mengerti dan menghargai perasaanmu. Jujur aja, dulu aku emang pernah suka dan cinta sama kamu. Sikap polos, lugu, manja dan lucu kamu yang buat aku takut kehilangan kamu. Aku berusaha agar bisa jadi yang terbaik bagi kamu. Tapi saat itu kamu sering nolak ajakan aku. Seakan-akan kamu mengubur harapan besar aku untuk mendekatimu. Akhirnya aku putusin untuk berhenti ngejar kamu. Tapi aku tetap dan akan terus sayang sama kamu walaupun sekarang hanya sebatas adik aja”.

“Trus kenapa selama ini kak Iman jarang hubungin aku lagi? Aku merasa sangat kehilangan, kak..”

“Maaf, akhir-akhir ini aku sibuk banget. Kerjaan di kantor banyak, dan aku juga harus siapin semuanya buat wisuda nanti. Juga…….., buat acara pernikahanku. Maafin aku, Wi. Sebelumnya aku gak pernah ngomong sama kamu. Aku takut hal ini akan buat kamu tambah sedih. Tapi setelah aku pikir-pikir, sebaiknya kamu harus tahu karena kamu ini adikku. Aku akan menikah dengan teman sekantor yang juga teman kampus aku. Dia sangat jauh berbeda dari kamu. Tapi dia berhasil buat aku jatuh cinta. Kami saling mencintai. Aku harap, adik yang aku sayang ini akan hadir. Dan itu berarti kamu merestui hubungan kami”.

Perih…..

Hati ini benar-benar telah hancur. Aku masih sayang banget ma kak Iman. Apa ini yang namanya takdir? Apa kak Iman emang bukan jodohku? Ingin rasanya aku teriak, tapi lidah ini telah kelu. Ingin rasanya aku berlari menjauh dari kak Iman menuju tempat yang luas dan sepi, tapi kaki ini tak sanggup bergerak lagi. Yang bisa aku lakukan saat ini hanyalah menangis. Kak Iman meluk aku dan berusaha untuk tenangin perasaan aku, tapi air mata ini menetes dan entah sampai kapan.

*****

Hari ini adalah hari pernikahan kak Iman. Aku masih ragu untuk menghadirinya. Aku takut tidak sanggup menahan sedih. Tapi kak Iman memohon aku untuk hadir dan merestui pernikahan mereka. Aku gak boleh egois, aku harus menghargai kak Iman. Dia adalah kakakku. Aku harus terima dan hadapi kenyataan ini meskipun dengan berlinang airmata.

*****

Kini, kak Iman telah resmi menjadi suami orang. Semua mimpiku tentang kak Iman harus di kubur dalam-dalam. Cinta ini harus aku hapus dan memulai kehidupan yang baru lagi. Tapi aku masih takut. Aku takut tak dapat menghadapi semua kenyataan ini.

Aku berdiri di antara para tamu undangan lainnya. Kak Iman melihatku dan berjalan menghampiriku. Tapi kakiku melangkah dan berbalik arah meninggalkan ruangan pesta. Kak Iman berhenti mengejar dan para tamu undangan serentak memperhatikanku berlari keluar. Aku tidak peduli lagi orang-orang mau berkata apa dan berpikiran apa tentang aku. Aku juga tidak peduli bagaimana reaksi kak Iman saat aku meninggalkannya. Yang aku butuhkan sekarang hanyalah waktu untuk bisa merelakan kak Iman…..

Created By:

Mira Arista

10 Des 2008

READ MORE - DIA BUKAN UNTUKKU