tag:blogger.com,1999:blog-68243900803533280452024-03-06T08:28:31.929+08:00aku milikNyaDia menyertaiku di setiap langkah kehidupan..Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.comBlogger47125tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-63545670003913835482010-10-11T13:58:00.007+08:002010-10-11T14:54:21.523+08:00FITNAH FACEBOOK<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXe1lHM2yJXVuPzZ_DDzJxVCOorAIyUtatyXvbnWMbJU1h2bKouvEePFtCdEkrq6tr7idEwYmqjlRX0DWRQn0CAT5ROXDqdTi-Rnw0Xv5UDDUNICQzMWjLGE3FsaRxv9ydfcfA5DvyZD8e/s1600/KK.jpeg"><br /></a><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT77yzAWtKMr9W3IAqBFjT3gi-TAYlef-jWOkKcPYi1x5GVX3qrsQ-PnYQ_eOQAUiUjHHg3-UCA9mkWZCIs5pa1E7cUKXBZueegoV2w4aBIy02gSQvn1SWDDOf9iacZYYPckKFnEjM9SCT/s1600/FB.png"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 128px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT77yzAWtKMr9W3IAqBFjT3gi-TAYlef-jWOkKcPYi1x5GVX3qrsQ-PnYQ_eOQAUiUjHHg3-UCA9mkWZCIs5pa1E7cUKXBZueegoV2w4aBIy02gSQvn1SWDDOf9iacZYYPckKFnEjM9SCT/s320/FB.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5526677272779155282" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsfJ_XflP3_Fgn5CXjfDAAqlGdzymU4KbmhOPjvXZh5I2E9_zdEFJEcqO6QiFZiKG8lp9IAFCX0jgKtj5rtSGyrKyCPtHrcqaLnu87PikpCokpvZEsiBMR6W31X9cem99B4hLgjqYqBfH0/s1600/FB.png"><br /></a><br />Entah sejak kapan kau mulai mengenalku di facebook. Tapi saat itu aku benar-benar tidak mengetahui dirimu. Mungkin kau sering mengunjungi dindingku. Karena kulihat kau sering mengomentari status, foto dan notesku. Kaupun pernah mengirimiku beberapa pesan di facebook. Komentarmu kutanggapi, pesanmu kubalas. Namun sungguh kau amat asing bagiku..<br /><br />Namun pada suatu waktu handphoneku berdering, ada sms yang masuk. Ternyata itu pesan darimu, lelaki asing. Kubaca pesanmu yang menjelaskan bahwa kau adalah teman dunia mayaku, kau mendapat nomor handphoneku dari sebuah picture yang berupa brosur di profilku dan didalamnya terdapat nomorku. Aku menerima penjelasanmu. Aku balas smsmu, namun aku tidak tahu kau temanku yang mana. Dan jujur, aku sangat malas smsan dengan orang asing. Tiap kau bertanya, kujawab seadanya.<br /><br />Dalam waktu yang cukup lama kita berkomunikasi tanpa kutahu akun facebookmu. Tiap online, aku ogah search namamu. Tapi karena sms-sms yang kau kirimkan, akhirnya kutanyakan akun profilmu. Aku ingin lihat, aku ingin tahu sosok dirimu..<br />Ternyata kau bukan laki-laki biasa, kau ikhwan yang luar biasa. Kau banyak tahu tentang agama dan saangat pandai bahasa Arob. Mulai timbul rasa kagum terhadapmu. Aku sering bertanya masalah agama padamu. Kau memberiku ilmu, menasihati dan memotivasiku. Kau bilang, kau sangat senang sharing denganku. Kau nyaman ngobrol denganku. Dan disitulah awal kedekatan kita....<br /><br />Kau yang awalnya kuanggap biasa, kini menjadi sosok seorang kakak yang luar biasa. Sms-smsku yang dulu biasa saja, kini berisi keluh kesah, bahagia dan seluruh curahan hati lainnya. Aku bahkan pernah bercerita padamu tentang isi hatiku yang paling dalam. Tentang betapa perihnya hatiku saat mengetahui bahwa ikhwan yang aku tunggu telah menikah dengan akhwat lain. Kau tahu betapa sakitnya hatiku saat itu, betapa dalam luka itu. Tapi kau hadir mengobatinya.<br />Tahukah kau,, perhatianmu itu memberi harapan baru bagiku. Bahkan di saat ada seorang ikhwan yang jauh-jauh datang ke kotaku untuk nazhor, aku hendak menolaknya. Aku ingin menolaknya karena hatiku lebih condong kepadamu, daripada ikhwan itu. Namun karena permintaan ummahat dan akhwat, aku bersedia tuk di nazhor. Kuceritakan ini semua kepadamu, dan kau bilang ada rasa sesak dihatimu saat mendengar kabar itu.<br />Tapi qoddarullaah, Alloh menghalangi pertemuanku dengannya.<br /><br />Kau akhirnya pun meminta fotoku dengan dalih nazhor, tapi tidak kuberi. Aku memang bukan orang yang mudah berbagi foto. Kau bilang suatu saat ingin ke kotaku tuk silaturrohim dan nazhor. Tak tahukah kau kalau aku menunggumu, menantimu dengan penuh harapan?!?!?<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_cpT2sy3EH-eJztHYzNgwT69MKRrx6QimrRyjvX4zoAyhzieHOltf0V_vI6XseAU7NQfarCN37AMuUsR9KaE53NXE8wURgCYhNk-OdipqqYTUAwARhdku6tu3XgvfN1D1BiIsqUybXOYb/s1600/index.jpeg"><img style="float: right; margin: 0pt 0pt 10px 10px; cursor: pointer; width: 80px; height: 89px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_cpT2sy3EH-eJztHYzNgwT69MKRrx6QimrRyjvX4zoAyhzieHOltf0V_vI6XseAU7NQfarCN37AMuUsR9KaE53NXE8wURgCYhNk-OdipqqYTUAwARhdku6tu3XgvfN1D1BiIsqUybXOYb/s320/index.jpeg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5526677558521640514" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsfJ_XflP3_Fgn5CXjfDAAqlGdzymU4KbmhOPjvXZh5I2E9_zdEFJEcqO6QiFZiKG8lp9IAFCX0jgKtj5rtSGyrKyCPtHrcqaLnu87PikpCokpvZEsiBMR6W31X9cem99B4hLgjqYqBfH0/s1600/FB.png"><br /></a><br /><br />Aku terlena dalam hubungan ini. Kusadari kelalaianku, aku tidak ingin hubungan ini menjadi pacaran terselubung. Aku minta kau tuk tidak menghubungiku lagi, karena kan kuhapus nomor handphonemu dari phonebook-ku. Namun itu hanya berlangsung sesaat. Kau mengirimiku MMS, dan kita pun komunikasi lagi, meski tidak sedekat dulu. Aku masih sering membuka dindingmu, aku ingin lihat statusmu. Ternyata ada beberapa akhwat juga yang mengagumimu, mereka sering berkomentar di statusmu. Tiba-tiba hatiku tersayat melihat sebuah pesan dinding dari seorang akhwat yang kuyakin juga dekat denganmu. Pesan dindingnya biasa saja, namun komentar-komentar dibawahnya akhirnya membuka mata hatiku. Akhwat itu pun menantimu. Dia ingin kau fokus tuk kuliah dan setelah itu melamar seorang gadis.. Aku faham maksudnya..!!<br /><br />Ternyata perhatian dan perlakuanmu terhadapku juga sama terhadap akhwat yang lain. Aku menangis sejadi-jadinya dalam sujudku. Kenapa aku bisa terserang virus ini?!? Aku menjaga jarak dalam pergaulan dengan lawan jenis dikampus, di dunia maya pun sekarang aku enggan tuk chat dengan lawan jenis. Tapi denganmu,, sungguh telah hilang muroqobatullah pada diriku.<br /><br />Kuputuskan tuk menutup akun facebook-ku, dan ku mohon padamu untuk tidak menghubungiku lagi. Sebab hal ini akan merusak agama dan mencelakakan diri. Alloh Ta'ala berfirman:<br /><span style="font-style: italic;">.... tetapi kamu mencelakakan diri kamu sendiri dan menunggu (kehancuran) dan kamu ragu-ragu serta di tipu oleh angan-angan kosong....</span> <span style="font-weight: bold;">[QS. Al-hadid:14]</span><br /><br /><span style="font-size:130%;">Astaghfirullaah..</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Duhai kakakku di jalan Alloh,</span><br /><span style="font-style: italic;">tulisan ini kupersembahkan untukmu. Semoga kau membacanya..</span> <span style="font-style: italic;"><br />Tiada maksud tuk menasihatimu, karena diriku seorang faqir 'ilm.</span> <span style="font-style: italic;"><br />Namun kuhanya ingin mengingatkanmu, sebab tiap-tiap manusia sering lalai.</span> <span style="font-style: italic;"><br />Apalah guna ilmu jika hanya ditampung namun tanpa ada pemahaman dan tidak pula diamalkan..</span> <span style="font-style: italic;"><br />Kakak pasti tahu bagaimana islam telah mengatur batas hubungan antar lawan jenis.</span> <span style="font-style: italic;"><br />Maka kumohon padamu kak, jangan pernah menghubungiku lagi.</span> <span style="font-style: italic;"><br />Hamba Alloh yang dho'if ini berserah diri padaNya.</span> <span style="font-style: italic;">Biarkan aku tenggelam dalam lautan ilmu,</span> <span style="font-style: italic;">aku ingin merasakan manisnya madu ilmu syar'i..</span> <span style="font-style: italic;"><br />Kan ku isi penantianku dengan meneguk madu-madu itu,<br />bukan dengan harapan dan angan-angan kosong belaka.</span> <span style="font-style: italic;"><br />Aku ingin cinta yang suci dalam ikatan yang halal,<br />maka aku pun ingin meraihnya dengan cara yang suci.</span> <span style="font-style: italic;"><br />Aku tidak lagi menantimu, aku tidak lagi harapkanmu..</span> <span style="font-style: italic;"><br />Carilah cintamu dengan cara yang suci pula..</span><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXe1lHM2yJXVuPzZ_DDzJxVCOorAIyUtatyXvbnWMbJU1h2bKouvEePFtCdEkrq6tr7idEwYmqjlRX0DWRQn0CAT5ROXDqdTi-Rnw0Xv5UDDUNICQzMWjLGE3FsaRxv9ydfcfA5DvyZD8e/s1600/KK.jpeg"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 205px; height: 167px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXe1lHM2yJXVuPzZ_DDzJxVCOorAIyUtatyXvbnWMbJU1h2bKouvEePFtCdEkrq6tr7idEwYmqjlRX0DWRQn0CAT5ROXDqdTi-Rnw0Xv5UDDUNICQzMWjLGE3FsaRxv9ydfcfA5DvyZD8e/s320/KK.jpeg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5526677760742351458" border="0" /></a><br /><br /><p><strong>Hati-hatilah dengan akhwat facebookiyyah.</strong></p><p> Karena.. Barangkali Kau bisa mendapatkan istri dari sana… Namun istrimu menyimpan laki-laki lain di hatinya…. Yaitu laki-laki yang pernah ada di friendlist facebooknya…..</p><p> Maka, jika kau tidak ingin seperti itu… Hendaknya kita pun juga menjaga diri kita…. Dengan tidak bermudah-mudahan dengan lawan jenis…. Jangan latih diri kita tuk mengkhianati kekasih kita…. Dengan FB-an pada Wanita yang bukan mahram kita…</p><p> karena…</p><p>al-jazaa’u min jinsi al’amali….</p><p> hati-hatilah dengan kata-kata “bersayap”… yang mungkin kita kontarkan…. atau akhwat lontarkan kepada kita…</p><p> Kata-kata saudari kita di atas adalah kata-kata “bersayap”…. yaitu kata-kata yang mengatakan “pergilah”, tetapi orang yang ditujunya akan membacanya “datanglah”… Yang sebenarnya kita pun malu membacanya….</p><p> Maka, seorang muslim yang baik adalah yang menjauhi fitnah yang merusak…. Ia tidak terlena dengan untaian kata-kata wanita…. tetapi terlena dengan kalamullah dan kalam nabi-Nya…</p><p> </p><p> </p><p><strong>‘ Hati-hatilah dengan ikhwan facebookiyyun.</strong></p><p> Karena.. Barangkali Kau bisa mendapatkan suami dari sana… Namun suamimu menyimpan wanita lain di hatinya…. Yaitu wanita yang pernah ada di friendlist facebooknya…..</p><p> Maka, jika kau tidak ingin seperti itu… Hendaknya kita pun juga menjaga diri kita…. Dengan tidak bermudah-mudahan dengan lawan jenis…. Jangan latih diri kita tuk mengkhianati kekasih kita…. Dengan FB-an pada lelaki yang bukan mahram kita…</p><p> karena…</p><p> al-jazaa’u min jinsi al’amali….</p><p> hati-hatilah dengan kata-kata “bersayap”… yang mungkin kita kontarkan…. atau ikhwan lontarkan kepada kita…</p><p> Kata-kata saudari kita di atas adalah kata-kata “bersayap”…. yaitu kata-kata yang mengatakan “pergilah”, tetapi orang yang ditujunya akan membacanya “datanglah”… Yang sebenarnya kita pun malu mambacanya….</p><p> Maka, seorang muslimah yang baik adalah yang menjauhi fitnah yang merusak…. Ia tidak terlena dengan untaian kata-kata lelaki…. tetapi terlena dengan kalamullah dan kalam nabi-Nya…</p><p> </p><p>Allohu a'lam..<br /></p>Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-62005410288610305012010-08-21T12:03:00.007+08:002010-10-08T15:26:02.187+08:00Ukhti, ke manakah rasa malu??Dengan nama Allah Yang Maha Rohman Maha Rohim..<br /><div style="text-align: justify;"><br /><span style="font-style: italic;">Semua perasaan condong kepadanya, perbuatan harom pun banyak terjadi karenanya. Mengundang terjadinya pembunuhan dan permusuhan juga disebabkan karenanya. Sekurang-kurangnya ia sebagai insan yang disukai di dunia. Kerusakan mana yang lebih besar daripada ini?</span><br /><span style="font-weight: bold;">Begitulah Al-Imam Al-Mubarokfuri _rohimahulloh_ menjelaskan tentang bahaya fitnah wanita dalam At-Tuhfah Al-Ahwadzi 8/53.</span><br /><br />Tengoklah ukhti, begitu dahsyatnya fitnah yang disebabkan oleh kaum kita. Tegakah kita merusak generasi, menjadi penyebar fitnah dan menjadi penyebab para pemuda tergelincir dalam kema'siatan?<br /><br /><span style="font-size:130%;">Wahai Saudariku..,</span><br /><span style="font-size:130%;">Untuk apa engkau berhias dan berdandan ketika keluar rumah?</span><br /><span style="font-size:130%;">Untuk apa engkau memamerkan 'aurotmu dihadapan umum?</span><br /><span style="font-size:130%;">Untuk apa engkau memakai pakaian yang sempit, pendek dan transparan?</span><br /><span style="font-size:130%;">Untuk apa engkau percikkan minyak wangi ke tubuhmu?</span><br /><span style="font-size:130%;">Dan untuk apa engkau memasang foto wajahmu di internet??</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Agar dapat tampil percaya dirikah..</span> <span style="font-weight: bold;">Takut tak terlihat modis dan gaulkah..</span> <span style="font-weight: bold;">Ingin terlihat aduhai-kah..</span> <span style="font-weight: bold;">Supaya orang-orang dapat mencium wangi tubuhmu-kah..</span> <span style="font-weight: bold;">Dan agar semua orang dapat melihat dan menikmati keindahanmu?</span><br /><br />Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 59 yang artinya :<br /><span style="font-style: italic;">"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin; hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."</span><br /><br />Rosulullah Shollallohu 'Alayhi Wasallam juga bersabda, yang artinya,<br /><span style="font-style: italic;">"Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian namun (hakikatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti terdapat punuk unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka itu adalah kaum wanita yang terkutuk</span>."<br /><br />Di dalam hadits lain terdapat tambahan,<br /><span style="font-style: italic;">"Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan memperoleh baunya, padahal bau surga itu dapat dicium dari perjalanan (jarak) sekian dan sekian."</span><br /><span style="font-weight: bold;">[Dikeluarkan oleh Ath-Thobroni dalam Al-Mu'jam Ash-Shogir hal. 232, dari hadits Ibnu 'Amru dengan sanad shohih. Sedangkan hadits yang lain tersebut dikeluarkan oleh Muslim dari riwayat Abu Hurairoh]</span><br /><br />Juga tak sedikit dari para <span style="font-size:85%;"><span style="font-weight: bold;">wanita berjilbab</span> </span>yang tampil <span style="font-weight: bold;font-size:85%;" >menor</span> dengan make-upnya. Dilengkapi dengan minyak wangi yang begitu menyengat hidung.<br />Aduhai, betapa bahagia dan senangnya mereka karena dapat tampil PD di depan umum dan mendapat banyak sanjungan dengan itu semua. Tapi, apakah mereka masih dapat merasa bangga dan berbahagia bila mereka dikatakan <span style="font-weight: bold;font-size:85%;" >pezina</span>?!?!<br /><br />Hikss.. Ana merinding<br /><br /><br />Teruntuk akhwat facebookers..<br />Kepada anti yang masih doyan upload, pajang dan pamer wajah di internet,<br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-size:130%;">"Apa tujuan anti memperlihatkan foto wajah anti??"</span><br /><br />Bukankah Alloh tlah memerintahkan bagi wanita-wanita dan laki-laki yang beriman untuk menundukkan pandangannya?<br />Apakah kita tlah termasuk dari hamba-hamba Alloh yang beriman?<br /><br />Janganlah kita menyalahkan lelaki yang tak mampu menjaga pandangannya, sebab justru kitalah yang punya andil besar dalam hal ini.<br /><br />Ukhti..,<br />wajah yang anti pasang di dunia maya dapat dengan mudah dilihat, di ambil dan disimpan oleh siapapun.<br />Lalu bagaimana bila lelaki tersebut tertarik pada anti, mengambil foto wajah anti dan menympannya??<br />Dan bagaimana dengan laki-laki yang beriman yang kalah oleh anti dan menjadi kotor hatinya karena melihat foto anti?<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIJUA97JFHo4rzsQ6rFHf9jv22OD0LVZgSqTbhmUNxIGZdApvMUfj_LzYdTxbhVSpcFVg9VFrLnrqzOiIKAnLdjnEmAzLzOOJf3K7J3OF4t6Myqt9p2kbELOgG1jX7RtYphwBsLmDcu0FI/s1600/puspaku.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIJUA97JFHo4rzsQ6rFHf9jv22OD0LVZgSqTbhmUNxIGZdApvMUfj_LzYdTxbhVSpcFVg9VFrLnrqzOiIKAnLdjnEmAzLzOOJf3K7J3OF4t6Myqt9p2kbELOgG1jX7RtYphwBsLmDcu0FI/s320/puspaku.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5525571931572138034" border="0" /></a><br /><br /><span style="font-size:180%;">Siapkah kita mempertanggungjawabkan ini semua kelak dihadapanNya????</span><br /><br /><br /><br />Makassar, 23 Juni 2010 M / 10 Rajab 1431 H<br />Ditengah sunyinya malam, dingin yang menusuk tulang, kantuk yang mendera dan di atas tumpukan tugas yang menemani..<br /><br />Hamba Alloh yg dho'if,<br /><br />Mira Arista<br /><br /><br />*****<br /><br />Anaa..<br />Na adalah seorang yang awam, fakir yang masih butuh banyak ilmu.<br />Na menghadirkan tulisan ini bukan karena na lebih baik dari antunna, malah mungkin na jauh di bawah antunna.<br />Tapi na menulis ini karena na sedih, na prihatin atas banyaknya dari kaum kita yang tak menjaga hayaa' dan 'iffahnya serta tak menjaga hati lelaki sholih yang beriman dan sungguh takut pada Alloh.<br /><br /><br /><br /></div>Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-88904988475552990802010-01-06T12:49:00.000+08:002010-01-06T12:51:09.272+08:00APA HUKUMNYA MENCIUM MUSHAF AL-QUR'AN YANG SERING DILAKUKAN SEBAGIAN KAUM MUSLIMIN ?<div>Oleh : Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani<br /><br /><br /><b>Pertanyaan.</b><br />Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : Apa hukumnya mencium mushaf Al-Qur'an yang sering dilakukan oleh sebagian kaum muslimin ?<br /><br /><b>Jawaban.</b><br />Kami yakin perbuatan seperti ini masuk dalam keumuman hadits-hadits tentang bid'ah. Diantaranya hadits yang sangat terkenal.<br /><br />"Hati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara (ibadah) yang diada-adakan, sebab semua ibadah yang diada-adakan (yang tidak ada contohnya dari Rasul) adalah bid'ah, dan semua bid'ah adalah sesat" [Shahih Targhib wa Tarhib 1/92/34]<br /><br />Dalam hadits lain disebutkan.<br /><br />"Dan semua yang sesat tempatnya di neraka" [Shalat Tarawih hal. 75]<br /><br />Banyak orang yang berpendapat bahwa mencium mushaf adalah merupakan perbuatan yang bertujuan untuk menghormati dan memuliakan Al-Qur'an. Betul ...!, kami sependapat bahwa itu sebagai penghormatan terhadap Al-Qur'an. Tapi yang menjadi masalah : Apakah penghormatan terhadap Al-Qur'an dengan cara seperti itu dibenarkan .?<br /><br />Seandainya mencium mushaf itu baik dan benar, tentu sudah dilakukan oleh orang yang paling tahu tentang kebaikan dan kebenaran, yaitu Rasulullah ? dan para sahabat, sebagaimana kaidah yang dipegang oleh para ulama salaf.<br /><br />"Seandainya suatu perkara itu baik, niscaya mereka (para sahabat Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam) telah lebih dulu melakukannya" [Ibnu Katsir, Tafsir Surat An Najm 38-39]<br />Itulah patokan kami.<br /><br />Pandangan berikutnya adalah, "Apakah hukum asal mencium mushaf itu boleh atau dilarang?" Ada sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang sangat pantas untuk kita renungkan. Dari hadits ini insya Allah kita bisa tahu betapa kaum muslimin hari ini sangat jauh berbeda dengan para pendahulu mereka (salafush shalih) dalam hal memahami agama dan dalam menyikapi perkara-perkara ibadah yang tidak dicontohkan oleh Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam.<br /><br />Hadits tersebut diriwayatkan oleh 'Abis bin Rabi'ah, dia berkata : "Aku melihat Umar bin Kahthtab Radhiyallahu ;anhu mencium Hajar Aswad dan berkata.<br /><br />"Sungguh aku tahu engkau adalah batu yang tidak bisa memberi mudharat dan tidak bisa memberi manfaat. Kalau bukan karena aku melihat Rasulullah mencium engkau, maka aku tidak akan menciummu" [Shahih Targhib wa Tarhib 1/94/41]<br /><br />Disebutkan dalam hadits lain bahwa.<br /><br />"Hajar Aswad adalah batu dari surga" [Shahihul Jaami' No. 3174]<br /><br />Yang jadi masalah ... kenapa Umar Radhiyallahu anhu mencium Hajar Aswad ? Apakah karena Hajar Aswad tersebut berasal dari tempat yang mulia yaitu surga ? Ternyata tidak, Umar mencium batu tersebut bukan karena kemuliaan batu tersebut dan bukan karena menghormatinya tetapi Umar mencium karena dia mengikuti sunnah Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam (Lihatlah .... betapa Umar Radhiyallahu 'anhu lebih mendahulukan dalil dengan mencontoh kepada Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam daripada mendahulukan akalnya. Dan demikian sifat dan sikap semua para sahabat, -pent-).<br /><br />Lalu sekarang ... bolehkan kita mencium mushaf Al-Qur'an dengan alasan untuk menghormati dan memuliakan-Nya sementara tidak ada dalil bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat mencium mushaf ? Kalau cara beragama kita mengikuti para sahabat, tentu kita tidak akan mau mencium mushaf itu karena perbuatan tersebut tidak ada dalilnya (tidak ada contoh dari Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam). Tapi kalau cara beragama kita mengikuti selera dan akal kita serta hawa nafsu, maka kita akan berani melakukan apa saja yang penting masuk akal.<br /><br />Contoh kedua adalah ketika Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu 'anhuma bersepakat untuk mengumpulkan Al-Qur'an dalam satu mushaf. Lalu mereka berdua menyerahkan tugas ini kepada Zaid bin Tsabit. Bagaimana komentar dan sikap Zaid ? Dia berkata, "Bagaimana kalian akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ?" Begitulah para sahabat semuanya selalu melihat contoh dari Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam semua urusan agama mereka. Sayang sekali semangat seperti ini tidak dimiliki oleh sebagian besar kaum muslimin hari ini.<br /><br />Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang paling berhak dan paling tahu bagaimana cara memuliakan Al-Qur'an. Tapi beliau tak pernah mencium Al-Qur'an. Sebagian orang jahil mengatakan, "Kenapa mencium mushaf tidak boleh dengan alasan tidak ada contoh dari Rasul? Kalau begitu kita tidak boleh naik mobil, naik pesawat, dan lain-lain, karena tidak ada contohnya dari Rasul ...?"<br /><br />Ketahuilah bahwa bid'ah yang sesat (yang tidak ada contohnya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam) hanya ada dalam masalah agama. Adapun masalah dunia, hukum asalnya semuanya mubah (boleh), kecuali yang dilarang oleh Allah dan Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam.(Mobil, pesawat, telepon, komputer dll adalah masalah dunia, bukanlah termasuk bid'ah dalam perkara agama yang dilarang -pent)<br /><br />Maka seorang yang naik pesawat dalam rangka menunaikan ibadah haji ke Baitullah adalah boleh, walaupun naik pesawat untuk pergi haji itu belum pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Yang tidak boleh adalah naik pesawat untuk pergi haji ke Negeri Barat. Ini jelas bid'ah, karena haji itu masalah agama yang harus mencontoh Rasul Shallallahu 'alahi wa sallam di dalam pelaksanaannya, yaitu dilaksanakan di Makkah dan tidak boleh di tempat lain.<br /><br />Maka perkara ibadah adalah semua perkara yang dilakukan dengan tujuan ber-taqarrub (mendekatkan diri ) kepada Allah dan kita tidak boleh ber-taqarrub kepada Allah kecuali dengan sesuatu yang telah disyariatkan oleh Allah.<br /><br />Untuk memahami dan menguatkan hadits, "Setiap bid'ah adalah sesat", ada sebuah kaidah yang datang dari para ulama salaf.<br /><br />"Jika bid'ah sudah merajalela, maka sunnah pasti akan mati"<br /><br />Dengan mata kepala saya sendiri saya melihat dan merasakan kebenaran kaidah tersebut, katika bid'ah-bid'ah sudah banyak dilakukan orang dalam berbagai macam keadaan.<br /><br />Orang-orang yang berilmu dan mempunyai banyak keutamaan tidak pernah mencium mushaf ketika mereka mengambilnya untuk dibaca, padahal mereka adalah orang-orang yang selalu mengamalkan isi Al-Qur'an. Sementara orang-orang awam yang kerjanya mencium mushaf, hampir semua dari mereka adalah orang-orang yang perilakunya jauh dan menyimpang dari isi Al-Qur'an.<br /><br />Demikianlah orang-orang yang melaksanakan sunnah, dia akan jauh dari bid'ah. Sebaliknya orang-orang yang melakukan bid'ah, dia pasti akan jauh dari sunnah. Maka tepat sekali kaidah di atas : "Jika bid'ah sudah merajalela, sunnah pasti akan mati".<br /><br />Ada contoh lain lagi. Di beberapa tempat, banyak orang yang sengaja berdiri ketika mereka mendengar adzan.Padahal di antara mereka ini adalah orang-orang fasik yang selalu berbuat maksiat.<br /><br />Ketika mereka ditanya : "Kenapa Anda berdiri ?" Jawab mereka : "Untuk mengagungkan Allah". Begitulah cara mereka mengagungkan Allah dengan cara yang salah, kemudian setelah itu mereka tidak pergi ke masjid untuk shalat berjama'ah tetapi malah kembali bermain kartu atau catur, dan mereka merasa telah mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta'ala.<br /><br />Dari mana ceritanya sampai mereka berbuat demikian? Jawabannya adalah dari sebuah hadits plasu, bahkan hadits yang tidak ada asal-usulnya, yaitu.<br /><br />"Jika kalian mendengar adzan, maka berdirilah" [Hadits Dha'if dalam Adh-Dhaifah No. 711]<br /><br />Sebetulnya hadits tersebut ada asalnya, tetapi isinya telah diubah oleh sebagian rawi (periwayat) pembohong dan rawi-rawi yang lemah hapalannya. Kata "berdirilah" dalam hadits tersebut sebenarnya aslinya adalah "ucapkanlah".<br /><br />Jadi yang sebenarnya hadits tersebut berbunya.<br /><br />"Jika kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah (seperti lafadz adzan tersebut)" [Shahih Muslim No. 184]<br /><br />Demikialah, syetan menjadikan bid'ah itu indah dan baik di mata manusia. Dengan melakukan bid'ah-bid'ah tersebut, orang-orang merasa telah menjadi seorang mukmin yang mengagungkan syiar-syiar Allah, dengan cara mencium mushaf atau berdiri ketika mendengar adzan.<br /><br />Akan tetapi kenyataannya mereka adalah orang-orang yang pengamalannya jauh dari Al-Qur'an. Kebanyakan mereka adalah orang-orang yang meninggalkan shalat. Kalau toh di antara mereka ada yang shalat, mereka masih makan barang haram, makan hasil riba atau memberi nafkah (keluarganya) dari hasil riba, atau menjadi perantara riba, dan perbuatan lain yang berbau maksiat.<br /><br />Oleh karena itu tidak boleh tidak, kita harus membatasi diri kita dalam ketaatan dan peribadatan kepada Allah hanya dengan sesuatu yang telah disyariatkan oleh Allah. Jangan kita tambah-tambah syariat Allah tersebut, walaupun satu huruf. Sebab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda.<br /><br />"Apapun yang Allah perintahkan kepada kalian, semuanya telah aku sampaikan. Dan apapun yang Allah larang, semuanya telah aku sampaikan" [Ash-Shahihah No. 1803]<br /><br />Coba tanyakan kepada orang-orang yang suka mencium mushaf dan suka berdiri ketika mendengar adzan : "Apakah anda lakukan semua ini dalam rangka beribadah untuk ber-taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah)?" Kalau mereka bilang : "Ya" Maka katakan kepada mereka : Tunjukkan kepada kami dalil dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam!" Kalau mereka tidak bisa menunjukkan dalil, maka katakan bahwa perbuatan itu adalah bid'ah, dan semua bid'ah adalah sesat, dan semua sesat pasti di neraka.<br /><br />Mungkin diantara kita ada yang mengatakan bahwa hal ini adalah masalah yang sangat ringan dan sepele. Pantaskah masalah sekecil ini dikatakan sesat dan pelakunya akan masuk neraka ?"<br /><br />“Sesungguhnya Syetan telah berputus asa untuk disembah dinegri kalian, tetapi ia senang ditaati menyangkut hal selain itu diantara amal perbuatan yang kalian anggap sepele, maka berhati-hatilah. Sesungguhnya aku telah meninggalkan/mewariskan pada kalian apa2 yang jika kalian berpegang teguh padanya, maka kalian tidak akan sesat selamanya, yaitu kitab Allah dan Sunnah NabiNya” (HASAN SHAHIH, riwayat Bukhari, Muslim, Al Hakim, Adz zahabi)<br /><br />Kalimat yang berbau syubhat ini telah dibantah oleh Imam Syatibi : "Sekecil apapun bid'ah itu, dia tetap sesat. Jangan kita melihat bid'ah itu hanya wujud bid'ahnya saja (seperti mencium mushaf, berdiri ketika mendengar adzan, ushollii, adzan untuk mayit, dan seterusnya -pent-), tetapi mari kita lihat, mau dikemanakan perbuatan-perbuatan bid'ah yang menurut kita kecil dan sepele itu?<br /><br />Ternyata perbuatan ini akan dimassukkan ke dalam sesuatu yang besar, agung, mulia dan sempurna yaitu ajaran Islam yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam.<br /><br />Seolah-olah ajaran Allah dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam itu belum begitu baik dan belum begitu sempurna sehingga masih perlu diperbaiki dan disempurnakan dengan bid'ah-bid'ah tersebut. Dari sini sangat pantas kalau bid'ah itu dinilai sebagai perbuatan sesat.<br /><br /><br /><br />[Disalin kitab Kaifa Yajibu 'Alaina Annufasirral Qur'anal Karim, edisi Indonesia Tanya Jawab Dalam Memahami Isi Al-Qur'an, Penulis Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, terbitan Pustaka At-Tauhid, penerjemah Abu Abdul Aziz]<br /><br /><br /></div><div style="text-align: center;" class="photo photo_none"><div class="photo_img"><a href="http://www.facebook.com/photo.php?pid=634247&op=1&view=all&subj=129824300683&aid=-1&auser=0&oid=129824300683&id=1275657261"><img src="http://photos-f.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc1/hs145.snc1/5400_1223393226386_1275657261_634247_5648387_n.jpg" alt="" class=" " onload="var img = this; onloadRegister(function() { adjustImage(img); });" /></a></div></div>Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-41705713785508096992010-01-06T12:29:00.000+08:002010-01-06T12:32:34.024+08:00TAHLILAN DALAM TIMBANGAN ISLAM<div><br />Oleh : Kajian Islam Assunnah<br /><br />Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Qur’an dan mengutus Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai penjelas dan pembimbing untuk memahami Al Qur’an tersebut sehingga menjadi petunjuk bagi umat manusia. Semoga Allah subhanahu wata’ala mencurahkan hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga dapat membuka mata hati kita untuk senantiasa menerima kebenaran hakiki.<br /><br />Telah kita maklumi bersama bahwa acara tahlilan merupakan upacara ritual seremonial yang biasa dilakukan oleh keumuman masyarakat Indonesia untuk memperingati hari kematian. Secara bersama-sama, berkumpul sanak keluarga, handai taulan, beserta masyarakat sekitarnya, membaca beberapa ayat Al Qur’an, dzikir-dzikir, dan disertai do’a-do’a tertentu untuk dikirimkan kepada si mayit. Karena dari sekian materi bacaannya terdapat kalimat tahlil yang diulang-ulang (ratusan kali bahkan ada yang sampai ribuan kali), maka acara tersebut dikenal dengan istilah “Tahlilan”.<br /><br />Acara ini biasanya diselenggarakan setelah selesai proses penguburan (terkadang dilakukan sebelum penguburan mayit), kemudian terus berlangsung setiap hari sampai hari ketujuh. Lalu diselenggarakan kembali pada hari ke 40 dan ke 100. Untuk selanjutnya acara tersebut diadakan tiap tahun dari hari kematian si mayit, walaupun terkadang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya.<br /><br />Tidak lepas pula dalam acara tersebut penjamuan yang disajikan pada tiap kali acara diselenggarakan. Model penyajian hidangan biasanya selalu variatif, tergantung adat yang berjalan di tempat tersebut. Namun pada dasarnya menu hidangan “lebih dari sekedarnya” cenderung mirip menu hidangan yang berbau kemeriahan. Sehingga acara tersebut terkesan pesta kecil-kecilan, memang demikianlah kenyataannya.<br /><br />Entah telah berapa abad lamanya acara tersebut diselenggarakan, hingga tanpa disadari menjadi suatu kelaziman. Konsekuensinya, bila ada yang tidak menyelenggarakan acara tersebut berarti telah menyalahi adat dan akibatnya ia diasingkan dari masyarakat. Bahkan lebih jauh lagi acara tersebut telah membangun opini muatan hukum yaitu sunnah (baca: “wajib”) untuk dikerjakan dan sebaliknya, bid’ah (hal yang baru dan ajaib) apabila ditinggalkan.<br /><br />Pembahasan kajian kali ini bukan dimaksudkan untuk menyerang mereka yang suka tahlilan, namun sebagai nasehat untuk kita bersama agar berpikir lebih jernih dan dewasa bahwa kita (umat Islam) memiliki pedoman baku yang telah diyakini keabsahannya yaitu Al Qur’an dan As Sunnah.<br /><br />Sebenarnya acara tahlilan semacam ini telah lama menjadi pro dan kontra di kalangan umat Islam. Sebagai muslim sejati yang selalu mengedepankan kebenaran, semua pro dan kontra harus dikembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Sikap seperti inilah yang sepatutnya dimiliki oleh setiap insan muslim yang benar-benar beriman kepada Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya. Bukankah Allah subhanahu wata’ala telah berfirman (artinya):<br />“Maka jika kalian berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Ar Rasul (As Sunnah), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Yang demikian itu lebih utama bagi kalian dan lebih baik akibatnya.” (An Nisaa’: 59)<br /><br /><b>Historis Upacara Tahlilan</b><br />Para pembaca, kalau kita buka catatan sejarah Islam, maka acara ritual tahlilan tidak dijumpai di masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, di masa para sahabatnya ? dan para Tabi’in maupun Tabi’ut tabi’in. Bahkan acara tersebut tidak dikenal pula oleh para Imam-Imam Ahlus Sunnah seperti Al Imam Malik, Abu Hanifah, Asy Syafi’i, Ahmad, dan ulama lainnya yang semasa dengan mereka ataupun sesudah mereka. Lalu dari mana sejarah munculnya acara tahlilan?<br />Awal mula acara tersebut berasal dari upacara peribadatan (baca: selamatan) nenek moyang bangsa Indonesia yang mayoritasnya beragama Hindu dan Budha. Upacara tersebut sebagai bentuk penghormatan dan mendo’akan orang yang telah meninggalkan dunia yang diselenggarakan pada waktu seperti halnya waktu tahlilan. Namun acara tahlilan secara praktis di lapangan berbeda dengan prosesi selamatan agama lain yaitu dengan cara mengganti dzikir-dzikir dan do’a-do’a ala agama lain dengan bacaan dari Al Qur’an, maupun dzikir-dzikir dan do’a-do’a ala Islam menurut mereka.<br />Dari aspek historis ini kita bisa mengetahui bahwa sebenarnya acara tahlilan merupakan adopsi (pengambilan) dan sinkretisasi (pembauran) dengan agama lain.<br /><br /><b>Tahlilan Dalam Kaca Mata Islam</b><br />Acara tahlilan –paling tidak– terfokus pada dua acara yang paling penting yaitu:<br /><br /><b>Pertama:</b> Pembacaan beberapa ayat/ surat Al Qur’an, dzikir-dzikir dan disertai dengan do’a-do’a tertentu yang ditujukan dan dihadiahkan kepada si mayit.<br /><br /><b>Kedua:</b> Penyajian hidangan makanan.<br />Dua hal di atas perlu ditinjau kembali dalam kaca mata Islam, walaupun secara historis acara tahlilan bukan berasal dari ajaran Islam.<br />Pada dasarnya, pihak yang membolehkan acara tahlilan, mereka tiada memiliki argumentasi (dalih) melainkan satu dalih saja yaitu istihsan (menganggap baiknya suatu amalan) dengan dalil-dalil yang umum sifatnya. Mereka berdalil dengan keumuman ayat atau hadits yang menganjurkan untuk membaca Al Qur’an, berdzikir ataupun berdoa dan menganjurkan pula untuk memuliakan tamu dengan menyajikan hidangan dengan niatan shadaqah.<br /><br /><b>1. Bacaan Al Qur’an, dzikir-dzikir, dan do’a-do’a yang ditujukan/ dihadiahkan kepada si mayit.</b><br />Memang benar Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya menganjurkan untuk membaca Al Qur’an, berdzikir dan berdoa. Namun apakah pelaksanaan membaca Al Qur’an, dzikir-dzikir, dan do’a-do’a diatur sesuai kehendak pribadi dengan menentukan cara, waktu dan jumlah tertentu (yang diistilahkan dengan acara tahlilan) tanpa merujuk praktek dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya bisa dibenarakan?<br />Kesempurnaan agama Islam merupakan kesepakatan umat Islam semuanya, karena memang telah dinyatakan oleh Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):<br />“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agama Islam bagi kalian, dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian serta Aku ridha Islam menjadi agama kalian.” (Al Maidah: 3)<br /><br />Berkata Abu Dzar: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Tidak tertinggal sesuatupun yang mendekatkan (kamu) kesurga dan menjauhkan (kamu) dari neraka, melainkan sesungguhnya telah dijelaskan kepada kamu.” (SHAHIH, HR Imam Ath Thobroni di kitab nya al Mu’jamul Kabir. (2/166 no. 1647)<br /><br />Ayat dan hadits di atas menjelaskan suatu landasan yang agung yaitu bahwa Islam telah sempurna, tidak butuh ditambah dan dikurangi lagi. Tidak ada suatu ibadah, baik perkataan maupun perbuatan melainkan semuanya telah dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.<br />Suatu ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mendengar berita tentang pernyataan tiga orang, yang pertama menyatakan: “Saya akan shalat tahajjud dan tidak akan tidur malam”, yang kedua menyatakan: “Saya akan bershaum (puasa) dan tidak akan berbuka”, yang terakhir menyatakan: “Saya tidak akan menikah”, maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menegur mereka, seraya berkata: “Apa urusan mereka dengan menyatakan seperti itu? Padahal saya bershaum dan saya pun berbuka, saya shalat dan saya pula tidur, dan saya menikahi wanita. Barang siapa yang membenci sunnahku maka bukanlah golonganku.” (Muttafaqun alaihi)<br /><br />Ibnu Katsir dalam Tafsirnya (I/231) berkata :"Sesungguhnya amal yang diterima harus memenuhi dua syarat. Pertama, ikhlas karena Allah. Kedua, benar dan sesuai syari'at. Jika dilakukan dengan ikhlas, tetapi tidak benar, maka ia tidak diterima"<br /><br />Allah subhanahu wata’ala menyatakan dalam Al Qur’an (artinya):<br />“Dialah Allah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji siapa diantara kalian yang paling baik amalnya.” (Al Mulk: 2)<br /><br />Para ulama ahli tafsir menjelaskan makna “yang paling baik amalnya” ialah yang paling ikhlash dan yang paling mencocoki sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.<br />Tidak ada seorang pun yang menyatakan shalat itu jelek atau shaum (puasa) itu jelek, bahkan keduanya merupakan ibadah mulia bila dikerjakan sesuai tuntunan sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.<br />Atas dasar ini, beramal dengan dalih niat baik (istihsan) semata -seperti peristiwa tiga orang didalam hadits tersebut- tanpa mencocoki sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, maka amalan tersebut tertolak. Simaklah firman Allah subhanahu wata’ala (artinya): “Maukah Kami beritahukan kepada kalian tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya”. (Al Kahfi: 103-104)<br /><br />Lebih ditegaskan lagi dalam hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:<br />“Barang siapa yang beramal bukan diatas petunjuk kami, maka amalan tersebut tertolak.” (Muttafaqun alaihi, dari lafazh Muslim)<br />Atas dasar ini pula lahirlah sebuah kaidah ushul fiqh yang berbunyi:<br /><br />“Hukum asal dari suatu ibadah adalah haram, hingga terdapat dalil (argumen) yang memerintahkannya.”<br /><br />Maka beribadah dengan dalil istihsan semata tidaklah dibenarkan dalam agama. Karena tidaklah suatu perkara itu teranggap baik melainkan bila Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya menganggapnya baik dan tidaklah suatu perkara itu teranggap jelek melainkan bila Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya menganggapnya jelek.<br />Lebih menukik lagi pernyataan dari Al Imam Asy Syafi’I:<br /><br />“Barang siapa yang menganggap baik suatu amalan (padahal tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah –pent) berarti dirinya telah menciptakan hukum syara’ (syari’at) sendiri”.<br /><br />Kalau kita mau mengkaji lebih dalam madzhab Al Imam Asy Syafi’i tentang hukum bacaan Al Qur’an yang dihadiahkan kepada si mayit, beliau diantara ulama yang menyatakan bahwa pahala bacaan Al Qur’an tidak akan sampai kepada si mayit. Beliau berdalil dengan firman Allah subhanahu wata’ala (artinya):<br />“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh (pahala) selain apa yang telah diusahakannya”. (An Najm: 39), (Lihat tafsir Ibnu Katsir 4/329).<br /><br /><b>2. Penyajian hidangan makanan.</b><br />Memang secara sepintas pula, penyajian hidangan untuk para tamu merupakan perkara yang terpuji bahkan dianjurkan sekali didalam agama Islam. Namun manakala penyajian hidangan tersebut dilakukan oleh keluarga si mayit baik untuk sajian tamu undangan tahlilan ataupun yang lainnya, maka memiliki hukum tersendiri. Bukan hanya saja tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bahkan perbuatan ini telah melanggar sunnah para sahabatnya radhiallahu ‘anhum. Jarir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu–salah seorang sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam– berkata: “Kami menganggap/ memandang kegiatan berkumpul di rumah keluarga mayit, serta penghidangan makanan oleh keluarga mayit merupakan bagian dari niyahah (meratapi mayit).” [SHAHIH.HR Ahmad, Ibnu Majah dan lainnya)<br /><br />Sehingga acara berkumpul di rumah keluarga mayit dan penjamuan hidangan dari keluarga mayit termasuk perbuatan yang dilarang oleh agama menurut pendapat para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan para ulama salaf. Lihatlah bagaimana fatwa salah seorang ulama salaf yaitu Al Imam Asy Syafi’i dalam masalah ini. Kami sengaja menukilkan madzhab Al Imam Asy Syafi’i, karena mayoritas kaum muslimin di Indonesia mengaku bermadzhab Syafi’i. Al Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata dalam salah satu kitabnya yang terkenal yaitu ‘Al Umm’ (1/248): “Aku membenci acara berkumpulnya orang (di rumah keluarga mayit –pent) meskipun tidak disertai dengan tangisan. Karena hal itu akan menambah kesedihan dan memberatkan urusan mereka.” (Lihat Ahkamul Jana-iz karya Asy Syaikh Al Albani hal. 211)<br /><br />Al Imam An Nawawi seorang imam besar dari madzhab Asy Syafi’i setelah menyebutkan perkataan Asy Syafi’i diatas didalam kitabnya Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab 5/279 berkata: “Ini adalah lafadz baliau dalam kitab Al Um, dan inilah yang diikuti oleh murid-murid beliau. Adapun pengarang kitab Al Muhadzdzab (Asy Syirazi) dan lainnya berargumentasi dengan argumen lain yaitu bahwa perbuatan tersebut merupakan perkara yang diada-adakan dalam agama (bid’ah –pent).<br /><br />Lalu apakah pantas acara tahlilan tersebut dinisbahkan kepada madzhab Al Imam Asy Syafi’i?<br /><br />Malah yang semestinya, disunnahkan bagi tetangga keluarga mayit yang menghidangkan makanan untuk keluarga mayit, supaya meringankan beban yang mereka alami. Sebagaimana bimbingan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam hadistnya:<br /><br />“Hidangkanlah makanan buat keluarga Ja’far, Karena telah datang perkara (kematian-pent) yang menyibukkan mereka.” ([SHAHIH. HR Abu Dawud, At Tirmidzi dan lainnya)<br />Mudah-mudahan pembahasan ini bisa memberikan penerangan bagi semua yang menginginkan kebenaran di tengah gelapnya permasalahan. Wallahu ‘a’lam.<br /><br />Sumber<br /><a href="http://assalafi.wordpress.com/2007/08/18/tahlilan-dalam-timbangan-islam/" target="_blank" rel="nofollow" onmousedown="'UntrustedLink.bootstrap($(this),"><span>http://assalafi.wordpress.</span><wbr><span class="word_break"></span><span>com/2007/08/18/tahlilan-da</span><wbr><span class="word_break"></span>lam-timbangan-islam/</a><br /><br /></div><div style="text-align: center;" class="photo photo_none"><div class="photo_img"><a href="http://www.facebook.com/photo.php?pid=740034&op=1&view=all&subj=160897510683&aid=-1&auser=0&oid=160897510683&id=1275657261"><img src="http://photos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc1/hs212.snc1/7921_1256013521873_1275657261_740034_1730020_n.jpg" alt="" class=" " onload="var img = this; onloadRegister(function() { adjustImage(img); });" /></a></div></div>Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-68221402090070331812010-01-06T12:22:00.002+08:002010-10-03T12:56:07.772+08:00Buku "LA TAHZAN" & Dr. Aidh Al Qarni dalam sorotan Ulama Ahlus sunnah<b>Buku "LA TAHZAN" & Dr. Aidh Al Qarni dalam sorotan Ulama Ahlus sunnah</b><br /><br /><b>Siapakah Dr. Aidh Al Qarni</b><br /><br />Dari Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhu beliau berkata, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Akan datang masa-masa yang menipu dimana para pendusta dibenarkan dan orang-orang yang jujur didustakan. Para pengkhianat diberi amanat dan orang yang amanah dianggap pengkhianat dan berbicara pada masa itu ruwaibidhah.” Lalu ada yang bertanya, “Siapakah Ruwaibidhah itu?” Beliau menjawab, “Orang bodoh berbicara tentang permasalahan umat.”<br /><br />(HR. Ibnu Majah (no. 4036), Ahmad (2/291), Al Hakim (4/465, 466 dan 512), Al Khoraaithy (Makaarimul Akhlaaq, hal. 30), Asy Syazriy (Amaali, 2/256 dan 265))<br /><br />La Tahzan Sebelum sempat pindah ke blogspot, penulis pernah menayangkan artikel tentang Biografi Dr. Aidh bin Abdullah Al Qarni, sang penulis buku best seller “La Tahzan”. Tulisan ini menjadi tulisan paling banyak dibuka dan dibaca, bahkan menjadi salah satu tulisan yang turut mendongkrak kunjungan ke blog ini. Namun dikarenakan keputusan untuk menampilkan artikel tersebut penulis sekaligus blog ini mendapat kritikan tajam dari saudara sesama Ahlus sunnah yang menyebutkan bahwa penulis telah terkena pemikiran sururi, yakni suatu pemahaman yang dinisbatkan kepada Muhammad Surur Zainal Abidin yang memiliki pemahaman takfir sebagai salah satu ajaran khawarij sehingga pemikiran sururi itu sebenarnya merupakan bagian dari ajaran khawarij itu sendiri allohu a’lam.<br /><br />Dr. Aidh bin Abdullah Al Qarni dan buku “La Tahzan” (Jangan Bersedih) menjadi amat populer di masyarakat saat ini. Buku beliau telah banyak dibedah di negeri ini dan paling banyak dicari dan dibeli oleh masyarakat. Tak hanya itu, salah satu penerbit bahkan telah pula menerbitkan buku “La Tahzan for Teens” yang juga ditulis oleh beliau, namun kemasannya untuk remaja. Nama “La Tahzan” pun pernah dijadikan sebagai nama bagi sekolah darurat di Aceh ketika baru-baru saja ditimpa bencana Tsunami. Dr. Aidh bin Abdullah Al Qarni bahkan pernah datang ke negeri ini dalam sebuah event tahunan.<br /><br />Dibalik popularitas dan banyaknya masyarakat yang menggandrungi sosok Aidh Al Qarni, ada beberapa catatan dan kesalahan yang tidak diketahui oleh masyarakat bahwa sosok yang digandrungi itu sebenarnya memiliki cacat dan para ulama telah memberikan catatan perihal pemikiran beliau bahkan buku “La Tahzan” yang beliau tulis.<br /><br /><b>Cacat Al Qarni dalam Kitab “La Tahzan”.</b><br /><br />Asy Syaikh Dr. Ibrahim ar Ruhaili hafizahullohu –seorang ulama dan dosen Universitas Islam Madinah Saudi Arabia- memberikan koreksi terhadap buku “La Tahzan” yang begitu populer di masyarakat.<br /><br />Terhadap buku “La Tahzan” itu Syaikh hafizahullohu menjelaskan:<br /><br />“Kemudian judulnya "Laa Tahzan" (jangan bersedih), maksudnya bersedih apa ? apakah maksudnya bahwa manusia tidak boleh bersedih atas sesuatupun? Padahal kesedihan itu sendiri, terkadang memiliki alasan-alasan yang dibenarkan oleh syari’at, sehingga yang bersedih perlu bersabar dan mengharapkan pahala atas kesabarannya tersebut.<br /><br />Cara berdialog dengan manusia seperti ini, "Laa Tahzan" (jangan bersedih), kemudian obatnya adalah perkataan kaum orintalis?! ini adalah bukti kedangkalan pemahamannya, seakan-akan al-Qur’an tidak cukup bagi kita dan di dalamnya ada hal yang menjadikan kita bersedih, sehingga kita perlu lari dari al-Qur’an dan as-Sunnah dan berpaling kepada perkataan kaum orientalis!! Ini sangat berbahaya.<br /><br />Oknum-oknum di atas memiliki banyak kesalahan, meskipun kesalahan mereka berbeda-beda. ‘Aidh al-Qorni adalah seorang sasterawan, terkadang berbicara sesuai dengan aqidah Ahlus sunnah, dan pada kali yang lain melontarkan pendapat yang amat berbahaya, bahkan sampai kepada derajat kesyirikan serta beberapa istilah aneh. Saya pernah mendengar bait-bait syairnya, isinya dekat dengan pemikiran penganut wihdatul wujud (manunggaling kawulo gusti), sebagian baitnya mendiskreditkan para sahabat dan seterusnya dan masih banyak lagi keanehan-keanehannya1. Orang ini tidak bisa menjaga lisan dan perkataannya, dan dari dulu terkenal sebagai seorang yang mudah sekali marah.<br /><br />Oleh karena itu, kita tidak boleh terpengaruh dengan orang-orang seperti ini. Jika seseorang telah memahami ilmu agama dan metode para ulama, maka dia akan mengetahui bahwa orang-orang ini bukan berada diatas jalannya para ulama. Kita juga tidak terus menerus menuduh niat-niatan manusia, akan tetapi inilah barang dagangan yang mereka tawarkan kepada manusia. Hendaklah kita berhati-hati terhadap perkataan mereka, dan kita kembali kepada perkataan para ulama yang mulia.<br /><br />Perkataan Ahlus sunnah, itulah yang bermanfaat bagi manusia. Allah telah mencukupkan kita dengan al-Qur’an dan as-Sunnah dari perkataan makhluk, akan tetapi perkataan para ulama yang mendekatkan pemahaman kita terhadap ilmu syari’at, baik berupa uraian maupun penjelasan panjang lebar, serta pembahasan berbagai permasalahan, inilah yang lebih bermanfaat bagi manusia.<br />………………………..<br /><br />maka berhati-hatilah dari buku yang berjudul “Laa Tahzan” (jangan bersedih), bacalah dulu, kemudian perhatikan isinya. Kalangan penuntut ilmu agama yang paling awampun, ketika membaca buku ini, pasti mengetahui kesesatan yang ada didalamnya. Kami katakan dengan sebenarnya, bahwa mereka ini, sama saja, baik dia menginginkan kebaikan atau tidak menginginkannya, perkara itu urusan Allah ‘Azza wa Jalla.”<br /><br />(Majalah adz-Dzakhiirah, vol. 5, No. 2, edisi 27, tahun 1428H).<br /><br /><br /><b>Sikap tidak konsisten Aidh Al Qarni.</b><br /><br />Disamping cacat atas karya tulis Aidh Al Qarni yang menjadi “best seller” tersebut, Orang ini juga memiliki cacat yang lain yakni sikapnya yang plin plan atau tidak konsisten atas suatu perkara. Dalam Majalah adz-Dzakiirah edisi 12 tahun II disebutkan (intinya adalah):<br /><br />“Dr. Aidh bin Abdullah Al Qarni pernah memberikan kritik tajam atas seorang sastrawan bernama Ghazi al-Qushaibi dimana Al Qarni telah memvonisnya sesat atau bahkan telah mengkafirkannya, namun kemudian orang ini berkata bahwa dia memiliki hubungan baik dan persaudaraan dengan Ghazi al-Qushaibi.”<br /><br />Al Qarni juga berkata (dikutip dari Koran “Madinah” edisi 16 Dzulqa’dah 1424H):<br /><br />“Sesungguhnya masalah wanita mengemudi mobil bukanlah termasuk masalah prinsip karena tidak disebutkan pengharamannya dalam surat at-Taubah maupun al-Anfal.”<br /><br />Namun dalam koran “Al-Hayah” dia berkata:<br /><br />“Aku bertobat kepada Allah, aku pernah mengatakan bahwa wanita boleh mengemudi mobil.”<br /><br />Perhatikan dua perkataannya yang bisa dikatakan bertolak belakang ini. Perkataan pertama dalam koran “Madinah” bahkan bisa ditafsirkan “wanita boleh mengendarai mobil.” (Para ulama –khususnya di Saudi- memang melarang wanita mengendarai mobil karena dikhawatirkan menimbulkan kerusakan) akan tetapi pada kesempatan lain dia berkata lain dengan menyebut “aku tidak pernah mengatakan wanita boleh mengemudi mobil.”<br /><br />Sikap seperti ini jelas tidak mencerminkan kredibilitas dia kalau memang dia dianggap sebagai seorang da’i atau ulama. Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bertindak tegas terhadap golongan khawarij dalam sabdanya:<br /><br />“Akan muncul dari kalangan umat ini suatu kaum yang membaca Al Qur’an akan tetapi tidak melewati pangkal tenggorokannya. Mereka keluar dari agama sebagaimana melesatnya anak panah dari sasarannya. Mereka membunuh kaum Muslimin dan membiarkan para penyembah berhala. Seandainya aku dapati mereka, maka akan benar-benar kubunuh mereka sebagaimana membunuh kaum ‘Ad.”<br />(HR. Bukhari no. 3166).<br /><br />Demikian pula sikap yang ditunjukkan oleh as-Salaf ash-Sholih terhadap orang-orang yang menentang sunnah Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, diantaranya:<br /><br />1. Dari Qatadah, beliau berkata:<br /><br />“Ketika kami bersama Imran bin Hushain di rumah kami, dan Basyir bin Ka’ab bersama kami, lalu Imran meriwayatkan hadits kepada kami pada hari itu, beliau berkata:<br /><br />“Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Sifat malu itu baik semua” (sifat malu itu semuanya kebaikan).”<br /><br />Lalu Basyir bin Ka’ab berkata:<br />“Sungguh kami telah mendapatkan di beberapa kitab dan hikmah bahwa sifat malu itu terdapat darinya ketenangan dan pengagungan untuk Alloh tetapi di dalamnya ada kelemahan.”<br /><br />Maka Imran pun marah sampai memerah matanya, sambil berkata:<br />“Ingatlah jangan sekali-kali pernah menunjukkan kepadaku apabila aku meriwayatkan hadits Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam dan kamu mementangnya!”(HR. Bukhari (no. 6117) dan Muslim (no. 61)).<br /><br />2. Abu al-Husain Ath-Thabasi berkata,<br /><br />“Aku mendengar Abu Sa’id Al Ashthakhari berkata, ketika itu datang seorang laki-laki dan bertanya kepadanya: “Apakah boleh beristinja’ dengan tulang hewan?”<br /><br />Ia menjawab, “Tidak.”<br /><br />Laki-laki itu bertanya, “Kenapa?”<br /><br />Ia menjawab, “Karena Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Dia adalah makanan teman-teman kalian dari golongan jin.”<br /><br />Laki-laki itu berkata, “Manakah yang lebih utama jin atau manusia?”<br /><br />Ia menjawab, “Tentu manusia.”<br /><br />Laki-laki itu berkata, “Lalu kenapa boleh beristinja dengan air, apakah ia makanan manusia?”<br /><br />Abu Husain berkata:<br /><br />“Maka iapun menindihnya dan ia mulai mencekiknya sambil berkata, “Hai orang Zindiq!! Kamu menentang Nabi Muhammad…?” Lalu ia mulai mencekiknya, kalau seandainya aku tidak mendapatinya maka sungguh ia telah membunuhnya.”<br /><br />(Madarijus Salakin, juz 1 halaman 334).<br /><br />Jika melihat kembali pada dua pernyataan Aidh Al Qarni tersebut, maka kami ingin mengatakan kepada orang-orang yang menyanjung dan memujanya, “Tidakkah kalian melihat ketegasan Rosululloh dan Para Salaf dalam mengingkari kebatilan?! Bagaimanakah sikap tegas yang telah mereka contohkan kepada kita sedangkan kalian begitu memuja dan memuji Aidh Al Qarni yang tidak memiliki sikap tegas sebagaimana dicontohkan oleh Rosul dan Para Salaf.”<br /><br /><br /><b>Penyimpangan Dr. Aidh bin Abdullah Al Qarni.</b><br /><br />Asy Syaikh Abu Mundzir Ahmad bin Jaelan menyebutkan bahwa Dr. Aidh bin Abdullah Al Qarni memiliki penyimpangan tatkala membahas tentang kasetnya yang berjudul “Amma Ba’du”. Diantara penyimpangan tersebut adalah:<br /><br /><b>Penyimpangan pertama: </b><br />Dia beristighotsah kepada hati dan darahnya bukan kepada Alloh ta’ala. Dia berkata pada awal ceramahnya: "Bagaimana aku bisa memulai? Wahai darah tolonglah aku. Wahai hati temanilah aku, wahai darah selamatkanlah diriku"<br /><br />Sesungguhnya panggilan yang dijadikan sebagai pembuka ceramah oleh Doktor adalah suatu kesalahan yang buruk yang pernah aku dengar dari kasetnya ini. Bagaimana dia bisa membolehkan bagi dirinya beristighotsah dengan selain Alloh? Dia beristighotsah dengan darahnya untuk menolong dan menyelamatkannya serta hatinya untuk menemaninya!!! apakah bisa darah dan hatinya menyelamatkannya selain Alloh? Apakah doktor tidak tahu bahwa istighotsah itu adalah ibadah yang harus ditujukan kepada Alloh semata tidak lainnya???<br /><br />Sungguh telah jelas bagi pemula dari penuntut ilmu apa yang ditetapkan oleh para ulama tentang masalah istighotsah ini. Di antara para ulama tersebut adalah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab -rahimahullah-. Beliau telah menjelaskan dengan sejelas-jelasnya perkara yang agung ini, perkara yang berkaitan erat dengan ketauhidan dan ibadah kepada Alloh. Didalam beberapa kitab dan makalah beliau, diantaranya apa yang beliau sebutkan dalam kitab Ushuluts Tsalatsah : "bentuk-bentuk ibadah yang diperintahkan Alloh Ta’ala adalah Islam, Iman dan Ihsan, diantaranya juga doa, rasa takut….., isti’anah, istighostah, menyembelih, nadzar dan lain sebagainya dan bentuk-bentuk ibadah yang diperintahkan Alloh ta’ala"<br /><br />Imam Al-Allamah Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rohimahullah berkata tentang istighotsah: "istighotsah adalah meminta pertolongan dari keselamatan di kala terjepit dan binasa, dan istighotsah itu bermacam-macam:<br /><br />1. Beristighotsah kepada Alloh Azza wa Jalla, dan ini termasuk seutama-utama dan semulia-mulia ibadah dan ini adalah jalannya para Rosul serta pengikut mereka.<br /><br />2. Beristighotsah kepada orang-orang mati atau kepada yang masih hidup tapi tidak ada di hadapan (kita) dan dia tidak mampu untuk menolong. Ini adalah kesyirikan kepada Alloh. Karena orang tersebut tidak beristighotsah kepada selain Alloh kecuali dengan sebab keyakinannya bahwa yang diistighotsahi itu memiliki pengaruh yang tersembunyi di alam semesta ini. Orang itu telah memberikan hak rububiyyah Alloh kepada yang di istighotsahi.<br /><br />3. Alloh Ta’ala berfirman: "Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang-orang yang dalam kesulitan apabila dia berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Alloh ada Tuhan yang lain? Amat sedikitlah kamu mengingat-Nya" (QS. An-Naml: 62)<br /><br />4. Beristighotsah dengan orang yang masih hidup dan mampu untuk membantu, maka ini boleh. Alloh berfirman: "Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa memukulnya, dan matilah musuhnya itu" (QS. Al-Qoshosh: 15)<br /><br />5. Beristighostah dengan orang yang masih hidup tapi tidak mampu untuk membantu dan tidak ada keyakinan bahwa pada diri orang tersebut tersimpan kekuatan (ghaib). Seperti ada seseorang yang tenggelam lalu dia meminta tolong kepada orang lumpuh maka ini merupakan ejekan dan canda gurau terhadap yang dimintai tolong tersebut. (Lihat Syarh Ushuluts Tsalatsah oleh Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin -rohimahulloh- hal. 60 – 61).<br /><br />Maka termasuk yang manakah istighotsahnya Doktor ‘Aidh? Bukankah yang wajib baginya setelah di-blacklist adalah agar dia bernaung kepada Alloh dan beristighotsah kepada-Nya? Bukankah dia sendiri yang mengatakan dalam 10 faedah atau pelajaran yang diambil dari kisah saat dia di-blacklist: "Kembali kepada Alloh di kala gundah gulana, menyerahkan diri kepada Alloh di kala susah dan memohon kepada-Nya di kala duka nestapa". Maka kenapa dia lalai dari ucapannya ini dan beristighotsah dengan hati dan darahnya selain Alloh Ta’ala?<br /><br />Minimal yang bisa dikatakan terhadap penggilan dan istighotsah yang dia katakan dengan suara lantang adalah wajib baginya untuk beristighotsah dan kembali kepada kebenaran karena yang dia lakukan adalah istighotsah dengan anggota tubuh yang mati dan tidak mampu!<br /><br /><b>Penyimpangan Kedua:</b><br />Mengatakan atau mensifati sejarah Nabi dengan kata usthurah (dongeng), dia menyebutkan dalam bagian pertama kasetnya setelah penyebutan syahadat Muhammad Rosululloh sebuah bait yang tidak dinisbatkan kepada penyairnya mungkin dia sendiri yang membuatnya, dia berkata:<br /><br />Wahai yang terusir (Nabi) sesungguhnya nama beliau (Nabi) harum memenuhi dunia dan menjadi buah bibir bagi setiap orang.<br /><br />Sejarahnya menjadi usthurah yang diriwayatkan oleh perowi dari perowi yang lainnya.<br /><br />Sesungguhnya menggunakan kata usthurah untuk mensifati sejarah Rosulullloh Shollallohu ‘alaihi wa Salam tidaklah benar karena kata tersebut dalam bahasa (Arab) digunakan hanya untuk suatu ucapan atau tulisan yang batil.<br /><br />Ibnu Faris rohimahullohu berkata:<br /><br />“Al-Asaathir (jama’ dari usthuurah, asaathir dan isthoorun) adalah sesuatu yang ditulis dari kebatilan.”<br /><br />(Mu’jam Maqooyisii Lughoh oleh Ibnu Faris hal.458).<br /><br />Ibnu Mandzur rohimahullohu berkata:<br /><br />"Al-baathiil dan al-asaathir adalah cerita-cerita yang tidak ada benarnya.<br /><br />(Lisanul Arab oleh Ibnu Mandzur 6/257).<br /><br />Hal ini juga dikuatkan oleh ayat-ayat al-Qur’an, diantaranya firman Alloh Ta’ala:<br /><br />حَتَّى إِذَا جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ<br /><br />"Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: al-Qur’an ini tidak lain hanyalah asaathir atau dongengan orang-orang dahulu" (QS. Al An’am: 25).<br /><br />Dan Firman-Nya:<br /><br />وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قَالُوا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ<br /><br />"Dan apabila dikatakan kepada mereka: apakah yang telah diturunkan Robbmu? Mereka menjawab asaathirul awwaliin (dongengan orang-orang dahulu)." (QS. An-Nahl: 24).<br /><br />Dan Firman-Nya:<br /><br />وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلا<br /><br />"Dan mereka berkata: dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongeng itu kepadanya setiap pagi dan petang" (QS. Al-Furqan: 5).<br /><br />Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menjelaskan bahawa orang-orang kafir dahulu yang mendustakan Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Salam dan wahyu yang beliau bawa, mereka mensifati wahyu tersebut dengan usthurah. Maka kata usthurah yang ada dalam bait syair Doktor itu sangat membahayakan bagi kehormatan Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Salam dan keimanan kepada beliau. Sebenarnya yang wajib bagi penceramah (DR. ‘Aidh) untuk mengagungkan Sunnah dan sejarah Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Salam dan tidak mensifatinya seperti diatas.<br /><br /><b>Penyimpangan Ketiga: </b><br />Memanggil atau bermunajat kepada Alloh dengan mengatakan: Ya, Anta. Dia menyebutkan dalam bagian awal kasetnya setelah penyebutan dua kalimat syahadat, dia memuji Alloh dalam sebuah bait syair dan tidak dinisbatkan kepada penyairnya. Mungkin dialah si penyair itu, dia berkata:<br /><br />Wahai anta (kamu), wahai sebaik-baik nama dalam hatiku<br /><br />apa yang harus kukatakan atau jelaskan tentang matan dan sanadnya?<br /><br />Sesungguhnya bermunajat kepada Alloh Ta’ala dan berdo’a kepada-Nya adalah suatu ibadah yang mulia sebagaimana firman Alloh ta’ala:<br /><br />وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ<br /><br />"Dan Robbmu berfirman: berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan kupernakan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dan dihina" (QS. Al-Mu’minun: 60)<br /><br />Di dalam hadits Nu’man bin Basyir rodhiyallohu ‘anhu dia berkata, “Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Salam bersabda:<br /><br />"Do’a adalah ibadah"<br />(HR Ahmad, Abu Daud, lihat (Shohih Al-Jami’) oleh Syaikh Al-Albani dan masih banyak lagi nash-nash yang semisal ini.}<br /><br />Ketahuilah bahwa ibadah adalah perkara yang agung dan memiliki kedudukan yang mulia karena dia merupakan (manifestasi) tauhid yang merupakan hak khusus bagi Allah, tidak boleh bagi seorang Muslim untuk berbicara dalam masalah ibadah kecuali dengan ilmu yang benar yang bersumberkan dari al-Qur’an dan Sunnah, Alloh berfirman:<br /><br />وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا<br /><br />"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan di minta pertanggungan jawabnya" (QS. Al-Isra’: 36).<br /><br />Karena begitu mulianya kedudukan do’a ini maka kitab-kitab hadits tidak melalaikannya bahkan dikumpulkan hadits-hadits tentang do’a. Lebih dari itu sebagian ulama mengarang buku khusus tentang do’a, tentang adab-adabnya serta aturan-aturannya. Diantara aturan-aturan do’a yang disyari’atkan adalah seorang hamba ketika berdo’a dia harus menyeru nama Alloh atau salah satu sifat Alloh yang telah ditetapkan dalam al-Qur’an ataupun Sunnah. Inilah yang telah dikatakan oleh Ahlus Sunnah. Akan tetapi kita mendapatkan Doktor berdo’a kepada Alloh dengan mengatakan: "Ya anta". Apakah "anta" termasuk nama Alloh? Apa dalilnya? Kapan dhomir atau kata ganti dan ismul isyarah bisa menjadi nama Alloh Ta’ala? Bisa sih kalau menurut orang-orang sufi atau tashawwuf.<br /><br />Lajnah Da’imah Lil Ifta’ (Komite Tetap Urusan Fatwa) Saudi Arabia pernah ditanya:<br /><br />"Apakah boleh berdo’a kepada Alloh dengan menggunakan "ya huwa” (wahai dia) yaitu Alloh tapi dengan dhomir atau kata ganti orang ketiga?"<br /><br />Jawaban:<br />"Segala puji bagi Alloh, Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rosululloh, keluarga, dan para sahabatnya, kemudian setelah itu:<br /><br />Dhomir-dhomir mutakallim, khithab dan ghoib (kata ganti orang I, II dan III) secara mutlak bukan termasuk nama Allah baik secara bahasa maupun syari’at karena Allah tidak memberi nama bagi diri-Nya dengan dhomir-dhomir tersebut. Maka berdo’a dengan menggunakan dhomir-dhomir tersebut tidak boleh dan karena hal tersebut termasuk ilhad atau penyimpangan dalam pemberian nama bagi Alloh Ta’ala yang Dia tidak memberi nama-Nya dengan hal tersebut. Hal tersebut termasuk berdo’a dengan cara yang tidak disyariatkan. Alloh Ta’ala melarang akan hal itu dalam firman-Nya:<br /><br />"Hanya milik Alloh asmaul husna maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan" (QS. Al A’raf: 180).<br /><br />Wabillahi at-taufiq wa shalallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa alihi wa shohbihi wa sallam.<br /><br />(Fatawa Lajnah Da`imah II/295 no. 3867 bagian aqidah (tashawwuf)).<br /><br />Maka telah jelas bagi kita bahwa berdo’a kepada Alloh dengan “Ya anta” tidak diperbolehkan dan hal tersebut termasuk ilhad dalam asma Alloh serta merupakan metode yang salah dalam berdo’a karena tidak sesuai dengan syari’at Alloh Ta’ala.<br /><br />Tapi mungkin ada yang menyanggah hal ini, dia akan berkata kenapa kalian berburuk sangka dengan Syaikh DR ‘Aidh? Mungkin saja dia tidak memaksudkan dengan kata-katanya (ya Anta) itu Alloh pencipta alam semesta. Tapi beliau memaksudkan Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Salam !!!!<br /><br />Sanggahan di atas tidaklah benar karena konteks ucapannya berkaitan erat dengan seruan atau do’anya kepada Alloh. Dia sebelum menyebutkan bait syair diatas dia berkata: "Maha suci Engkau, aku akui segala dosa dan kesalahanku di hadapanmu" dan dia juga menyebutkan setelah bait syair tersebut "Ya Rabbi, Ya Hayyu Ya Qoyyum Ya Lathif….." semuanya menunjukkan bahwa dia berdo’a kepada Alloh.<br /><br />Walaupun jika kita terima bahwa dia memaksudkan Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Salam (dengan ucapannya: Ya anta) maka hal ini juga tidak dibenarkan karena Alloh Ta’ala melarang para sahabat yang mulia Shollallohu ‘alaihi wa Salam untuk memanggil Rasulullah dengan namanya langsung.<br /><br />Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:<br /><br />لا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ<br /><br />"Janganlah kamu jadikan panggilan Rosul diantara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian yang lain. Sesungguhnya Alloh telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi diantara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan di timpa cobaan atau di timpa adzab yang pedih" (QS. An Nuur: 63)<br /><br />Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhu berkata tentang tafsir ayat di atas:<br /><br />"Mereka dahulu mengatakan: wahai Muhammad, Ya Abal Qosim, maka Allah pun melarang mereka untuk memanggil dengan hal tersebut demi untuk menghormati Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa Salam"<br /><br />Qotadah rohimahullohu berkata:<br /><br />"(Hal ini) demi untuk menghormati, memuliakan dan mengagungkan Nabi-Nya Shollallohu ‘alaihi wa Salam"<br />(Tafsir Ibnu Katsir III/337).<br /><br />Apapun yang DR. Aidh maksudkan dalam do’anya itu, tetap dia salah akan tetapi kalau maksudnya Alloh maka lebih parah.<br /><br />Demikian pernyataan Asy Syaikh Abul Munzir Ahmad bin Jaelan tentang jati diri Aidh Al Qarni.<br /><br /><br /><b>Dr. Aidh bin Abdullah Al Qarni seorang Mubtadi ?!</b><br /><br />Disebutkan pula oleh seorang ulama besar dari negeri Bahrain, Syaikh Fauzi Al Atsary hafizahullohu, beliau ditanya,<br /><br />“Siapakah Aidh Al Qarni dan apakah diperbolehkan mendengarkan kasetnya?”<br /><br />Syaikh hafizahullohu menjawab:<br />“Seseorang tidaklah seharusnya mendengarkan orang ini dan orang yang semacamnya. Dia ini dari Ahlul Bid’ah, Quthubiyyun dan dia adalah seorang Sufi. Pernyataan-pernyataannya bersesuaian dengan Sufiyyah. Dia menyeru kepada Quthubiyyah dan politik. Dia berbicara buruk tentang Ulama. Dia memiliki kaset rekaman di mana dia berkata bahwa Ulama tidak keluar dalam jihad, dan bahwasanya mereka tidak memberikan fatwa tentang jihad dan banyak kebohongan lainnya tentang Ulama. Maka tidak diperbolehkan mendengarkan kaset-kasetnya.”<br />(Sumber: “Kaset Ushul Da’wah Salafiyyah”).<br /><br />Pernyataan ini sekaligus sebagai penegasan bahwa Dr. Aidh bin Abdullah Al Qarni memang memiliki pemikiran yang menyimpang dari Manhaj as-Salaf ash-Sholih. Sebagaimana yang telah kami uraikan sebelumnya, baik dalam buku “La Tahzan” maupun kaset ceramahnya “Amma Ba’du” bahwasannya pemikiran beliau sangatlah jauh dari Manhaj Salaf bahkan yang lebih menonjol adalah penyimpangannya. Demikian pula dengan sikap “plin plan” nya yang menunjukkan bahwa orang ini tidak memiliki sikap sebagaimana yang dimiliki oleh Para Salaf, yakni sikap tegas dalam menyatakan suatu perbuatan apakah ia menyimpang atau tidak sebagai bagian dari Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Allohu A’lam.<br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0SqVvwEm_s8VHmGXa86oVteq9pjZu-gh_SAtNy2mcrrsJKWet9NjU_xDAeVcR4-mKYNfYVqRql5GtzmNRggML6TYoz_-ceYBjqBWNziE0zD4qvZsEcd5ZemRdlFai4Gl2L8Risw0J9fd9/s1600-h/4725_1167294183945_1275657261_465531_4483496_n.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 202px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0SqVvwEm_s8VHmGXa86oVteq9pjZu-gh_SAtNy2mcrrsJKWet9NjU_xDAeVcR4-mKYNfYVqRql5GtzmNRggML6TYoz_-ceYBjqBWNziE0zD4qvZsEcd5ZemRdlFai4Gl2L8Risw0J9fd9/s320/4725_1167294183945_1275657261_465531_4483496_n.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5423478461721601426" border="0" /></a><br /><br /><br />Maraji/Daftar Pustaka<br />--------------<br />*<br />Abu Salma Al Atsary. 2008. Himpunan Risalah Ilmiah. Maktabah Abu Salma Al Atsary – Surabaya (<a href="http://abusalma.co.cc/" target="_blank" rel="nofollow" onmousedown="'UntrustedLink.bootstrap($(this),">http://abusalma.co.cc</a>).<br />*<br />Catur Rohman. 2008. Menyikap Hakikat Da’i Kondang. Blog Dunia Keluarga: Yakinlah Kita Bisa.. Karena Allah Bersama Kita – Surabaya. (<a href="http://rohmansyabab.blogspot.com/2008/03/menyikap-hakekat-dai-kondang.html" target="_blank" rel="nofollow" onmousedown="'UntrustedLink.bootstrap($(this),"><span>http://rohmansyabab.blogsp</span><wbr><span class="word_break"></span><span>ot.com/2008/03/menyikap-ha</span><wbr><span class="word_break"></span>kekat-dai-kondang.html</a>).<br />*<br />Syaikh Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al Hilaly. 2002. Mengapa Memilih Manhaj Salaf? Studi Kritis Problematika Umat. Pustaka Imam Bukhari – Solo.<br />*<br />Syaikh Fauzi Al Atsary. 2004. Fatwa Tentang Kesesatan Aidh Al Qarni (penerjemah: Tim Salafy.or.id, muraj’ah: Al Ustadz Abu Hamzah). (<a href="http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=508" target="_blank" rel="nofollow" onmousedown="'UntrustedLink.bootstrap($(this),"><span>http://www.salafy.or.id/sa</span><wbr><span class="word_break"></span><span>lafy.php?menu=detil&id_art</span><wbr><span class="word_break"></span>ikel=508</a>).<br />*<br />Syaikh Muhammad As Suhaibani. 2007. Pengagungan Terhadap Sunnah (terjemahan kitab Ta’zhimus Sunnah, penerjemah: Abu Abdillah Ahmad). Maktabah Abu Salma – Surabaya (<a href="http://abusalma.co.cc/" target="_blank" rel="nofollow" onmousedown="'UntrustedLink.bootstrap($(this),">http://abusalma.co.cc</a>).Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-60969673879329981412010-01-06T12:16:00.002+08:002010-01-06T12:20:32.224+08:00MENGUSAP WAJAH SESUDAH BERDOA<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpXnN-jCCm345yFqzXXbDuela4rBRQsjf22mFfHLnKBovlkxNd3ErS4VzWduioibkujfyETVMtm8_dFsk9kaREvjUav4pgEGyiLumJL-NVwt8rltCpFpVKQLpn-5IQPpa3QObN_iW4PvB7/s1600-h/tangan+doa.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 186px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpXnN-jCCm345yFqzXXbDuela4rBRQsjf22mFfHLnKBovlkxNd3ErS4VzWduioibkujfyETVMtm8_dFsk9kaREvjUav4pgEGyiLumJL-NVwt8rltCpFpVKQLpn-5IQPpa3QObN_iW4PvB7/s200/tangan+doa.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5423476873392555602" border="0" /></a>Oleh : Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih<br /><br /><br />Sebagian orang sesudah berdoa mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya, padahal tidak ada hadits satupun yang shahih yang membenarkan perbuatan tersebut. Yang paling baik adalah mengikuti sunnah Rasul dan yang paling buruk adalah segala tindakan menentang sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Seorang yang berdoa hendaknya tidak mengusapkan kedua telapak tangan sesudah berdoa, sebab tanpa itu dia akan mendapat pahala.<br /><br />Abu Daud berkata bahwa saya mendengar Imam Ahmad ditanya oleh salah seorang tentang hukum mengusap wajah sesudah berdoa, maka beliau menjawab : "Saya tidak pernah mendengar itu dan saya tidak pernah mendapatkan sesuatu tentang itu. Abu Daud berkata : Saya tidak pernah melihat Imam Ahmad mengerjakan hal itu." [Abu Daud dalam Masail Imam Ahmad hal.71]<br /><br />Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata bahwa mengangkat tangan pada saat berdoa adalah sunnah berdasarkan hadits-hadits yang sangat banyak, tetapi tentang mengusap wajah dengan kedua telapak tangan tidak saya temukan kecuali satu atau dua hadits, itupun tidak bisa dipakai sebagai dasar amalan tersebut karena lemah.[Majmu Fatawa 22/519]<br /><br />Syaikh Al-Izz bin Abdussalam berkata bahwa tidaklah mengusap wajah dengan kedua telapak tangan sesudah berdoa kecuali orang-orang bodoh saja. [Fatawa Izz bin Abdussalam]<br /><br /><span> __________________________</span><div><wbr><span class="word_break"></span>______________________<br /><br /><b>MENGANGKAT KEDUA TANGAN PADA SAAT KHUTBAH JUM'AT</b><br /><br /><br /><b>Pertanyaan.</b><br />Syaikh Abddul Aziz bin Baz ditanya : "Apa hukumnya mengangkat kedua tangan bagi makmum tatkala mengamini doa imam pada waktu khutbah Jum'at. Dan apa hukumnya mengeraskan ucapan amin ?"<br /><br /><b>Jawaban.</b><br />Tidak ada anjuran baik bagi imam maupun bagi makmum untuk mengangkat tangan tatkala berdo'a pada waktu khutbah jum'at sebab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Khulafaurrasyidun tidak melakukan hal tersebut.<br /><br />Akan tetapi jika berdoa istisqa' dalam khutbah Jum'at, maka dianjurkan bagi imam dan makmum untuk mengangkat tangan pada waktu berdoa istisqa', karena pada waktu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca do'a istisqa', beliau mengangkat tangannya dan juga para jama'ah bersama beliau.<br /><br />Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.<br /><br />"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu" [Al-Ahzab : 21]<br /><br />Dibolehkan membaca amin bagi makmum pada waktu mendengar doa imam pada saat khutbah Jum'at asalkan tanpa mengeraskan suara.<br /><br />[Fatawa Islamiyah 1/427]<br /><br /><br /><br />[Disalin dari buku Jahalatun Nas Fid Du'a edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdo'a hal. 75-76 & 81-82 ul Haq]<br /><span> __________________________</span><wbr><span class="word_break"></span>________<br /><br /><b> SALAH KAPRAH DALAM BERAGAMA</b><br /><br />Oleh : Muhammad bin Jamul Zainu<br /><br />Alkisah pada masa lampau, setiap kali jama'ah haji dari Indonesia dan melayu pada umumnya, sedang dalam perjalanan antara Makkah dan Madinah, bilamana tiba waktu shalat, mereka melakukan shalat bersama kafilah di padang pasir. Biasanya, sang imam shalat, yang tidak lain adalah pemilik hewan-hewan kendaraan dalam kafilah tersebut, setelah salam, mengusap debu yang menempel di dahinya. Lalu para jamaah pun melakukan hal yang sama dan menjadikan kebiasaan yang terus dipelihara hingga kepulangan mereka ke tanah air.<br /><br />Maka tidak heran jika kita perhatikan, seringkali kita jumpai orang yang mengusap wajahnya tepat setelah selesai salam dalam shalat. Namun jika kita tanya, apa yang menjadi landasan mereka dalam mengusap wajah setelah salam tersebut, kiranya akan di jawab bahwa demikianlah yang ia jumpai sehari-hari yang dilakukan banyak orang, lalu iapun melakukan hal yang sama.<br /><br />[Disalin dari Muqaddimah buku "Salah Kaprah Dalam Beragama menurut Al Qur'an dan As Sunnah", oleh Muhammad Bin Jamil Zainu, Griya Ilmu Jakarta]</div>Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-43522073037897679042010-01-06T12:11:00.001+08:002010-01-06T12:14:17.665+08:00Bid'ah-kah ucapan "Shadaqallahul "Adzhiim"?<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJGQDEFlLFekklzsf8V9DyTp48ky19vZr1MSv4nxC3y6BWlhA0VxYISXez-O7habOL2AIlylIqOhpUyZvFNcv5mekwPFZfPJJrhOzX5YytGunP9bWKUpOZNoEIwOCUguv40RxsbgKYCIbG/s1600-h/13632_168753434887_584889887_2816477_8001494_n.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 191px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJGQDEFlLFekklzsf8V9DyTp48ky19vZr1MSv4nxC3y6BWlhA0VxYISXez-O7habOL2AIlylIqOhpUyZvFNcv5mekwPFZfPJJrhOzX5YytGunP9bWKUpOZNoEIwOCUguv40RxsbgKYCIbG/s200/13632_168753434887_584889887_2816477_8001494_n.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5423475040018483890" border="0" /></a><br />Pertanyaan.<br />Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : "Bagaimanakah<br />pendapat Anda orang yang mengakhiri bacaan Al-Qur'an dengan<br />(ucapan)'Shadaqallahul 'Adzhiim?' Apakah kalimat ini ada dasarnya<br />dalam syari'at ? Dan apakah orang yang mengucapkannya boleh<br />dikatakan sebagai seorang ahli bid'ah ?"<br /><br />Jawaban.<br />Kami tidak ragu, bahwa kebiasaan ini<br />mengucapkan 'Shadaqallahul 'Adzim setelah membaca Al-Qur'an) adalah<br />termasuk bid'ah yang diada-adakan,yang tidak terdapat pada masa As-<br />Salafus Shalih.<br /><br />Dan patut diperhatikan bahwa bid'ah dalam agama itu tidak boleh ada.<br />Karena bid'ah pada asalnya tidak dikenal (diketahui). Walaupun<br />bid'ah itu kadang-kadang diterima di masyarakat dan dianggap baik,<br />tetapi dia tetap dinamakan bid'ah yang sesat.<br /><br />Sebagaimana diisyaratkan oleh Abdullah bin Umar.<br />"Artinya : Setiap bid'ah adalah sesat, meski manusia memandangnya<br />baik".<br /><br />Ucapan : "Shadaqallahul 'Adzhiim (Benarlah apa yang difirmankan<br />Allah Yang Maha Agung) adalah suatu ungkapan yang indah dan tepat,<br /><br />sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.<br />"Artinya : Dan siapakah yang lebih benar perkataan-Nya daripada<br />Allah?" [An-Nisaa : 122]<br /><br />Akan tetapi jika setiap kali kita membaca sepuluh ayat kemudian<br />diikuti dengan membaca Shadaqallahul Adzhiim, saya kuatir suatu hari<br />nanti bacaan Shadaqallahul Adzhiim setelah membaca ayat-ayat Al-<br />Qur'an menjadi seperti bacaan shalawat setelah adzan.<br /><br />Sebagian lain dari mereka mensyariatkan bacaan ini berdasarkan<br />firman Allah Subahanahu wa Ta'ala.<br />"Artinya : Katakanlah ; Shadaqallah (Benarlah apa yang difirmankan<br />Allah)" [Ali Imran : 95]<br /><br />Mereka ini adalah seperti orang-orang yang membolehkan dzikir dengan<br />membaca : Allah... Allah .... Allah [1], dengan (dalil) firman Allah<br />Subhanahu wa Ta'ala.<br />"Artinya : Katakanlah : Allah ...." [Ar-Ra'd : 16]<br />Maka firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : "Katakanlah : Benarlah (apa<br />yang difirmankan) Allah" tidak bisa dijadikan dalil tentang bolehnya<br />mengucapkan 'Shadaqallahul Adzhiim setelah selesai membaca Al-Qur'an.<br /><br />[Fatwa-Fatwa Albani, hal 37-38, Pustaka At-Tauhid]<br /><br /><span> --------------------------</span><div><wbr><span class="word_break"></span><span>--------------------------</span><wbr><span class="word_break"></span><span>--------------------------</span><wbr><span class="word_break"></span>--------------<br />[Bimbingan Islam untuk Pribadi dan Masyarakat, Syaikh Muhammad bin<br />Jamil<br />Zainu, Darul Haq Jakarta, hal. 114-116]<br />1. Para qari' biasa mengucapkan kalimat di atas setelah membaca<br />Al-Qur'an, padahal ini tidak berasal dari Rasulullah<br />shalallahu 'Alaihi Wasallam.<br /><br />2. Membaca Al-Qur'an adalah ibadah, maka tidak boleh ditambah-<br />tambahi.<br />Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:<br />"Barangsiapa mengada-adakan dalam agama kita (suatu amalan) yang<br />bukan berasal darinya, maka ia ditolak." (Muttafaq 'Alaih)<br /><br />3. Apa yang mereka lakukan itu tidak ada dalilnya, baik dari Al-<br />Qur'an, Sunnah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam ataupun amalan<br />para shahabat, ia adalah bid'ah orang-orang yang datang kemudian.<br /><br />4. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam mendengarkan bacaan Al-<br />Qur'an dari Ibnu Mas'ud, tatkala sampai pada firman Allah surat An-<br />Nisaa: 41:<br />Beliau bersabda: "Cukuplah." (HR. Al-Bukhari)<br />Jadi, beliau tidak mengucapkan "Shadaqallahul 'Azhiem," dan juga<br />tidak memerintahkannya.<br /><br />5. Orang yang tidak mengerti dan anak-anak kecil mengira bahwa bacaan<br />tersebut adalah salah satu ayat Al-Qur'an, maka mereka membacanya di<br />dalam dan di luar shalat. Ini tidak boleh, karena bacaan tadi<br />bukanlah ayat Al-Qur'an. Apalagi, kadang-kadang, ditulis di akhir<br />surat dengan kaligrafi Mushaf.<br /><br />6. Syaikh Abdul Aziz bin Baz, ketika ditanya tentang bacaan tersebut,<br />beliau menegaskan bahwa hal itu adalah bid'ah.<br /><br />7. Adapun firman Allah Ta'ala:<br />"Katakanlah: 'Benarlah (apa yang difirmankan) Allah'. Maka ikutilah<br />agama Ibrahim yang lurus..." (Ali Imran: 95)<br /><br />Maka ayat ini merupakan bantahan terhadap orang-orang Yahudi yang<br />berdusta, berdasarkan ayat sebelumnya:<br />"Maka barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah..."<br />(Ali 'Imran: 94)<br /><br />Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam pun telah mengetahui ayat ini,<br />meski demikian beliau tidak mengucapkan hal tersebut setelah membaca<br />Al-Qur'an. Begitu pula para shahabat dan para As-Salafush Shalih.<br /><br />8. Bid'ah ini sesungguhnya mematikan sunnah, yaitu do'a setelah<br />membaca Al-Qur'an, berdasarkan sabda Nabi Shalallahu 'Alaihi<br />Wasallam:<br /><br />"Barangsiapa membaca Al-Qur'an, hendaklah ia meminta kepada Allah<br />dengan (bacaan)nya itu." (HR. At-Tirmidzi, hasan).<br /><br />9. Bagi qari' hendaklah dia berdo'a kepada Allah sesuka hatinya<br />setelah membaca Al-Qur'an, dan bertawasswul kepada Allah dengan yang<br />dibacanya itu. Karena hal itu termasuk amal shalih yang menjadi<br />sebab dikabulkannya do'a. dan sebaiknya membaca do'a berikut ini:<br />Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Apabila seorang<br />hamba ditimpa kesulitan dan kesedihan, lalu berdo'a:<br />'Ya Allah, sungguh aku adalah hambaMu, anak hambaMu yang laki-laki<br />dan anak hambaMu yang perempuan. Ubun-ubunku berada di TanganMu.<br />Pasti terjadi keputusanMu pada diriku dan adillah ketentuanMu pada<br />diriku. Aku memohon kepadaMu dengan segala Asma' milikMu, yang<br />Engkau sebutkan untuk diriMu, atau Engkau turunkan dalam kitabMu,<br />atau Engkau ajarkan kepada salah seorang makhlukMu, atau masih dalam<br />perkara ghaib yang hanya Engkau sendiri yang mengetahui. Jadikanlah<br />Al-Qur'an penyejuk hatiku, cahaya penglihatanku, pembebas<br />kesedihanku dan pengusir kegelisahanku. Tiada lain, Allah pasti akan<br />menghilangkan kesulitan dan kesedihannya, dan menggantikannya dengan<br />kemudahan." (HR. Ahmad, shahih)<br /><br />Semoga Allah senantiasa mengokohkan kita diatas Al Kitab dan Sunnah dan Istiqomah diatasnya. Wal ilmu indallah.</div>Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-89030712113884761522010-01-06T12:00:00.003+08:002010-01-06T12:07:05.831+08:00Duhai Zauji, Jadilah Surga Ditaman Hatiku”Wahai Robb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”<br /><br />(QS. Al-Furqoon:74)<br /><br /><br /><br />”…DAN ORANG-ORANG YANG BERIMAN LEBIH MENCINTAI ALLOH TA’ALA… “<br /><br />(QS. AL-BAQOROH :165)<br /><br /><br /><br /><span> **************************</span><div><wbr><span class="word_break"></span><span></span><br /><br />Duhai Zauji, Jadilah Surga di Taman Hatiku<br />(Kupersembahkan untuk (calon) ZAUJI yang berjiwa hanif)<br /><br /><br /><br /><span> Bismillaahirrohmaanirrohii</span><wbr><span class="word_break"></span>m<br /><br />Assalamu’alaykum warohmatulloohi wabarokaatuh,<br /><br />Duhai Zauji..<br /><br /><br /><br />Kupersembahkan sebuah ayat dalam Al-Qur’an yang selalu kubaca disetiap kartu undangan yang selalu melayangkan pikiranku akhir-akhir ini. Hingga detik ini, aku senantiasa bertanya kapan namaku tercantum pada sebuah kartu undangan pernikahan? Siapa pula nama yang mengiringi namaku pada kartu undangan tersebut dalam rangka mitsaqon-gholizho (perjanjian yang sangat berat) itu?<br /><br />Yaa Zauji, ketahuilah… ayat itu adalah:<br />”Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Alloh) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum : 21)<br /><br />Tiada kata yang dapat kuucapkan atas karunia Alloh Ta’ala hingga pada waktu yang tepat nanti aku akan menikah dengan orang pilihan Alloh Ta’ala yang telah ditetapkan-Nya dalam kitab Lauh Mahfudz, kecuali syukur alhamdulillah untuk-Nya. Nikmat dan anugerah ini sungguh begitu agung.<br /><br />Sesungguhnya, sudah aku jalani ”proses” dengan laki-laki lain, tapi ternyata Alloh takdirkan engkau masih tersembunyi dibalik kuasa-Nya. Menanti dengan ikhtiar dan doa yang penuh kesabaran tuk menghadirkanmu dalam hidupku merupakan anugerah dalam hidupku diantara anugerah-anugerah lain yang Alloh Ta’ala berikan kepadaku. Diberi-Nya aku kesempatan untuk lebih memperbaiki diri sebagai Muslimah hingga aku layak untuk kau jemput kelak sebagai bidadarimu. Karena Alloh Ta’ala berjanji :<br /><br />”Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)….” (QS. An-Nur :26)<br /><br />Walloohi, aku mensyukuri hal itu karena aku yakin dengan selalu bersyukur Alloh Ta’ala akan menambah kenikmatan yang telah Dia berikan, sebagaimana janji-Nya:<br />”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat” (QS. Ibrohim : 7)<br /><br /><br /><br />Subhanallooh! Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..<br /><br /><br /><br />Sebagaimana disepakati oleh al-Bukhari muslim telah diriwayatkan, dimana Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda : “Sungguh menakjubkan keadaan orang mukmin itu. Alloh tidak menetapkan suatu keputusan baginya melainkan keputusan itu adalah baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, maka ia akan bersabar, dan yang demikian itu lebih baik baginya. Jika mendapatkan kesenangan, maka dia akan bersyukur, maka yang demikian itu adalah baik baginya. Dan hal tersebut tidak akan menjadi milik seorang pun kecuali orang mukmin.” (HR. Muslim no.2999. Dari Shuhain rodhiyalloohu’anhu)<br /><br /><br /><br />Yaa Zauji..<br /><br />Apakah yang saat ini sedang engkau lakukan? Semogalah engkau adalah seorang ikhwan (laki-laki) yang sedang bersemangat mendekatkan diri kepada Alloh Ta’ala dengan bertaubat dari dosa-dosamu. Kembali kepada fitrahmu sebagai manusia yang bejiwa hanif, memperbaiki diri detik demi detik sebagai bekal meninggalkan kampung penuh penipuan dan bersiap-siap menuju kampung kekekalan.<br /><br />Hingga pada saat kita dipertemukan oleh-Nya (Nazhor) di tempat dan waktu yang tepat, engkau tidak lagi mempermasalahkan fisik, harta, suku, latar belakang dan kondisiku. Sifatmu yang jujur, sederhana dan bijaksana-lah yang akhirnya menjadi sebab utamaku dalam memilihmu sebagai pendamping hidupku.<br /><br /><br />Dari segi fisik, mungkin orang mengatakan aku tak serasi untukmu. Dari segi suku dan keturunan, mungkin orang mengatakan aku tak sekufu denganmu. Dari segi latar belakang dan materi, akupun mungkin tak sebanding dengan apa yang ada pada dirimu. Akan tetapi kelak, semua dapat kau maklumi karena niat baikmu dalam menggapai rumah tangga yang kau inginkan. Kau dasari alasan memilihku dengan pertimbangan agamaku dan agama yang ada padamu (manhaj salaf, insya Alloh). Hingga aku yakin dengan sabda Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam :<br /><br />”Perempuan dinikahi karena empat hal : karena hartanya, kedudukannya, nasabnya, kecantikannya dan agamanya, namun kedepankan (pertimbangkan) agamanya niscaya engkau akan beruntung” (HR. Bukhari & Muslim).<br /><br /><br />Dengan sebab itulah, engkau berniat dan bertekad bulat untuk meminangku dengan hamdalah. Sebagaimana kisah Bilal bin Rabah rodhiyalloohu’anhu, muadzin kecintaan Rosulullooh Shollallohu’alaihi wa Sallam, tentang meminang. Ketika ia bersama Abu Ruwaihah menghadap Kabilah Khaulan, Bilal mengemukakan :<br /><br />“Saya ini Bilal, dan ini saudaraku. Kami datang untuk meminang. Dahulu kami berada dalam kesesatan kemudian Alloh memberi petunjuk. Dahulu kami budak-budak belian, kemudian Alloh memerdekakan…”, kata Bilal.<br /><br />Kemudian ia melanjutkan,” Jika pinangan kami anda terima, kami panjatkan ucapan Alhamdulillah. Segala puji bagi Alloh. Dan kalau anda menolak, maka kami mengucapkan<br /><br />Alloohu akbar. Alloh Maha Besar.”<br /><br /><br /><br />Subhanallooh! Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..<br /><br />Yaa Zauji…<br /><br />Pada saatnya nanti, jika Alloh Ta’ala sudah berkehendak untuk mempersatukan hati kita, maka tak lagi kupermasalahkan maharmu yang dengan penuh kerelaan kau berikan kepadaku. Tidak kita hiraukan lagi bujuk rayu setan akan materi. Hingga engkau dapat memenuhi perintah Alloh Ta’ala yang berfirman :<br /><br />”Dan berikanlah mahar (mas kawin) kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan” (QS. An-Nisaa : 4)<br /><br /><br /><br />Niat suci kita untuk menuju pernikahan yang barokah meluluh lantahkan hatiku untuk menerima mahar darimu apa adanya, bahkan aku akan mempermudah engkau dalam masalah ini, hingga aku yakin bahwa insyaAlloh aku bisa menjadi orang yang tersebut dalam sabda Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam :<br /><br />”Wanita yang paling banyak mendapatkan berkah adalah yang paling ringan maharnya” (HR. Ahmad 145/6,25162, Hakim dan Ibnu Hibban dari Aisyah Rodhiyalloohu’anha)<br /><br /><br /><br />Dan akhirnya kita berdua makin yakin, bahwa pernikahan kita akan sesuai syari’at, sebagaimana Uqbah bin Amir rodhiyalloohu’anhu berkata, Rosululloh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda :<br /><br />“Sebaik-baik pernikahan ialah yang paling mudah”<br />(HR Abu Dawud (no.2117), Ibnu Hibban (no.1262-al Mawaarid) dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath (I/221, no.724)<br /><br /><br /><br />Dalam membicarakan walimah, engkau serta merta menyetujui usulanku bahwa walimah kita harus Islami. Tidak ada kemungkaran-kemungkaran dalam resepsi seperti tukar cincin, upacara adat, kepercayaan kepada hari baik dan sial dalam menentukan waktu pernikahan, lepas jilbab atau meminimalisir jilbab dengan mencekik leher dan memamerkan lekuk liuk tubuh, mencukur jenggot, mencukur alis mata, meninggalkan sholat wajib, ikhtilat, musik, nyanyian, mengundang biduanita dan kemungkaran-kemungkaran lainnya.<br /><br />Karena kita sama-sama tahu bahwa pernikahan adalah gerbang kehidupan rumah tangga yang kita idamkan bersama. Jadi mana mungkin kau tega mengotorinya dengan kemungkaran MESKIPUN HANYA SATU HARI.<br /><br />Memang benar, kita bagai raja dan permaisuri dalam sehari, tapi sungguh! Jangan sampai berlumuran dosa dihari nan indah itu untuk kemudian menjadi sebab sengsara sepanjang masa. Jangan sampai kita menabung dosa di awal kehidupan rumah tangga, untuk kemudian menuai akibatnya kelak diakhirat. Wal’iyadzu Billah.<br /><br /><br />Kelak, insyaAlloh pernikahan kita akan berjalan maksimal. Tamu kita terpisah antara pria dan wanita. Dan memang benar-benar terpisah. Kita tidak duduk berdampingan disinggasana yang dapat dilihat oleh sembarang tamu. Tamu pria akan menikmati diriku dan begitu pula sebaliknya?!? ITU TIDAK AKAN TERJADI, insya Allooh Ta’ala TIDAK AKAN TERJADI.<br /><br />Tidak akan ada alunan musik dan nyanyian yang merupakan mazamir syaitan (seruling setan) yang mengotori kesucian pernikahan islami kita. Pernikahan kita sederhana, tapi khidmat dan islami, insyaAlloh Ta’ala. Semoga kelak, ini merupakan ridho Alloh Ta’ala untuk gerbang rumah tangga kita.<br /><br /><br /><br />Yaa Zauji…<br /><br />Terkemudian, HALAL-lah kita untuk saling mencintai karena Alloh Ta’ala. Seketika, penantian kita yang lama itu, akan membebaskan syahwat2 yang selama ini kita pendam, bersamaan dengan meleburnya dosa-dosa kita lewat genggaman jari jemari kita. Saat itulah akan timbul cinta yang berkobar-kobar diantara kita. Detik demi detik, kita akan semakin mengenal satu sama lain, cinta makin subur ditaman hati masing-masing sebagaimana istilah pacaran pasca pernikahan yang sering kubaca dan kudengar selama ini. Pujian demi pujian yang mengekalkan cinta kita mulai bersemi indah.<br /><br /><br /><br />Namun yaa Zauji…<br /><br />Aku tahu, bahwa engkau tidak akan membiarkan kita melampaui batas sebagai manusia untuk menikmati cinta itu. Karena kita tahu, ada Alloh Ta’ala diantara kita. Dan kita tahu, bahwa tidak ada seseorangpun yang lebih cemburu selain Alloh Ta’ala dan tidak ada seseorang yang lebih mencintai pujian selain dari Alloh Ta’ala. Karena itulah Dia memuji diri-Nya. Dan tidak ada seseorang yang lebih mencintai alasan selain dari Alloh Ta’ala.<br /><br />Semoga kelak, cinta kita tidak menyamai dan melebihi dari kecintaan kita kepada Alloh Ta’ala yang dapat mengurangi keimanan kita, sebagaimana rasa takut kita akan firman-Nya :<br /><br />”Katakanlah jika bapak-bapak kalian, anak2 kalian, saudara2 kalian, ISTRI-ISTRI kalian, keluarga kalian, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah LEBIH kamu CINTAI daripada ALLOH dan Rosul-Nya dan dari berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Alloh mendatangkan keputusannya, dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik” (QS. At-Taubah : 24)<br /><br /><br /><br />Dan sabda Rosululloh Shollalloohu’alaihi wa Sallam :<br /><br />”Tidaklah salah seorang dari kalian beriman sampai aku lebih kalian cintai dari anaknya dan kedua orang tuanya dan seluruh manusia”<br /><br />(diriwayatkan oleh Bukhari no.10 dan Muslim no.44)<br /><br /><br /><br />Karenanya yaa Zauji..<br /><br />Kelak, malam-malam yang indah itu akan engkau hiasi dengan membangunkanku disepertiga malam terakhir dengan lembut dengan atau tanpa percikan air diwajahku. Kau ajak aku sholat malam bersamamu dengan alunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang memporak-porandakan taman hatiku, meluluhlantahkan jiwaku dan menghanyutkan aku akan kecintaanku pada Alloh Ta’ala. Aku ingin sekali mengamalkan sunnah Rosululloh Shollallohu’alaihi wa Sallam bersamamu, yaitu :<br /><br />”Alloh merahmati laki-laki yang bangun diwaktu malam dan sholat kemudian membangunkan istrinya (sholat pula), jika istrinya menolak ia percikkan air kewajahnya. Dan Alloh juga merahmati seorang wanita yang bangun malam kemudian sholat dan membangunkan suaminya (sholat pula), jika ia menolak, ia percikkan air kewajahnya.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim.)<br /><br /><br /><br />Subhanallooh! Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..<br /><br /><br /><br />Yaa Zauji..<br /><br />Kuharap engkau adalah laki-laki penyabar dan dapat menghadapi kondisi emosionalku sebagai istri. Saat aku marah, saat aku salah, engkau meluruskanku dengan cara yang sangat baik dan lembut. Karena kutahu, engkau senantiasa ingin beribadah dengan ikhlas dan ittiba’ (mengikuti) Rosululloh Shollalloohu’alaihi wa Sallam. Bukankah Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda :<br /><br />“Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari Akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya. Berwasiatlah kepada wanita yang baik. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau membiarkannya, ia akan bengkok. Oleh karena itu, berwasiatlah kepada wanita dengan baik.” (Hadist shohih : Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no.5185-5186) dan Muslim (no.1468 (62)), dari Abu Hurairoh rodhiyalloohu’anhu)<br /><br /><br /><br />Dalam riwayat Tirmidzi, Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda :<br /><br />“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang paling baik terhadap kaum wanitanya (istri, saudara wanita atau anak-anak wanita”<br /><br /><br />Alloh Ta’ala berfirman :<br /><br />“…Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Alloh menjadikan kebaikan yang banyak padanya” (QS. An-Nisaa’:19)<br /><br /><br /><br />Dan saat engkau marah, sementara aku ikut terbawa emosi, maka engkau mengajakku untuk berlindung kepada Alloh Ta’ala, berwudhu, dan sholat dua rokaat. Apabila kita sedang berdiri, maka kita duduk, apabila kita sedang duduk, maka kita berbaring, atau salah satu dari kita akan mencium, merangkul dan menyatakan alasan kita. Apabila salah satu diantara kita berbuat salah, maka kita akan saling memaafkan karena mengharapkan wajah Alloh Ta’ala semata. (Fiqhut Ta’amul bainaz Zaujani)<br /><br /><br /><br />Lantas kita mengunci rapat-rapat setiap pintu perselisihan dan tidak menceritakannya kepada orang lain. Saling instropeksi, menyadari kesalahan masing-masing dan saling memaafkan serta memohon kepada Alloh Ta’ala agar senantiasa disatukan-Nya hati kita, dimudahkan urusan dalam KETAATAN KEPADA-NYA, dan diberikan kedamaian dalam rumah tangga kita.<br /><br /><br /><br />Betapa indahnya menjadi bunga ditaman hatimu yaa Zaujii…<br /><br /><br /><br />Yaa Zauji…<br /><br /><br /><br />Aku tahu bahwasanya aku memiliki hak yang seimbang dengan kewajibanku menurut cara yang ma’ruf, kecuali satu perkara yang diungkapkan oleh Alloh Ta’ala :<br />”akan tetapi para suami memiliki satu tingkat lebih tinggi dari isterinya” (QS. Al-Baqoroh :228)<br /><br /><br /><br />Karenanya yaa Zauji, aku teringat dengan Ibnu Abbas rodhiyalloohu’anhuma :<br />”Sesungguhnya aku berhias diri untuk isteriku sebagaimana ia menghias diri untukku” (Tafsir Ibnu Jarir ath-Thahari (II/453))<br /><br /><br /><br />Dan Rosululloh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda :<br />”Ketahuilah bahwa sesungguhnya kalian memiliki hak atas isteri-isteri kalian dan isteri-isteri kalian juga memiliki hak atas kalian” (Hasan, HR At-Tirmidzi (no.1173) dan Ibnu Majah (no.1851))<br /><br /><br /><br />Dan sebagai pemimpin rumah tangga, engkau akan senantiasa berusaha untuk memenuhi hak-hakku sebagai istrimu tanpa melihat apakah hak-ku sudah terpenuhi atau belum, karena kutahu, engkau sangat menginginkan kelanggengan cinta dan kasih sayang diantara kita, sebagaimana engkau juga akan selalu berusaha untuk tidak memberikan kesempatan sedikit pun bagi syaithan yang selalu ingin memisahkan kita berdua.<br /><br /><br /><br />Engkau memberiku makan apabila engkau makan,<br /><br />Engkau memberiku pakaian apabila engkau berpakaian,<br /><br />Engkau tidak akan memukul wajahku,<br /><br />Engkau tidak akan menjelek-jelekkan diriku, dan<br /><br />Engkau tidak akan meninggalkanku melainkan didalam rumah (yakni tidak berpisah tempat tidur melainkan didalam rumah)<br /><br /><br /><br />Aku yakin bahwa meskipun engkau hidup pas-pasan, engkau akan tetap memberiku nafkah menurut kemampuanmu. Alloh Ta’ala berfirman :<br />”..Dan orang-orang yang terbatas rizkinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Alloh kepadanya. Alloh tidak membebani seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Alloh kepadanya. Alloh kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.” (QS. Ath-Tholaq : 7)<br /><br /><br /><br />Dengan keimanan dan ketaqwaanmu, engkau tidak pernah berputus asa dalam mencari rizki. Berikhtiar dan bertawakkal (menggantungkan harapan) hanya kepada Alloh Ta’ala, sebagaimana perintah Rosululloh Shollalloohu’alaihi wa Sallam :<br /><br />”seandainya kalian bertawakkal kepada Alloh dengan sungguh-sungguh, maka sungguh kalian akan diberikan rizki oleh Alloh sebagaimana Dia memberikan kepada burung. Pagi hari burung itu keluar dalam keadaan kosong perutnya, lalu pulang disore hari dalam keadaan kenyang.” (Shahih, HR at-Tirmidzi (no.2344), HR Ahmad (I/30), Ibnu Majah (no.4164). Dari Umar bin al-Khaththab rodhiyalloohu’anhu)<br /><br /><br /><br />Dengan wara-mu, engkau senantiasa memperhatikan rizki-rizki yang halal dan thoyyibah, untuk diberikan kepadaku dan anak2 kita kelak. Bukan dengan cara-cara yang tercela dan dilarang oleh syari’at Islam yang mulia. Karena sesungguhnya Alloh Ta’ala tidak akan menerima dari sesuatu yang haram.<br /><br /><br /><br />Semoga Alloh memberikan ganjaran atas nafkah yang engkau berikan kepada keluarga yang kau cintai, sebagaimana sabda Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa sallam :<br />”..Dan sesungguhnya, tidaklah engkau menafkahkan sesuatu dengan niat untuk mencari wajah Alloh, melainkan engkau diberi pahala dengannya sampai apa yang engkau berikan kemulut istrimu akan mendapat ganjaran.” (Shahih, HR Al-Bukhari (no.1295( dan Muslim (no.1628), dari Sa’ad bin Abi Waqqosh rodhiyalloohu’anhu.<br /><br /><br /><br />Yaa Zauji,<br /><br />Aku memilihmu karena agama yang ada pada dirimu. Aku memilihmu karena aku tahu bahwa engkau akan senantiasa menjagaku dan anak-anakku kelak dari api Neraka. Kau ajarkan aku untuk taat dan bertakwa kepada Alloh ’Azza wa Jalla dan mentauhidkan-Nya serta menjauhkan syirik, mengajarkan kepadaku tentang syari’at Islam, dan tentang adab-adabnya.<br /><br /><br /><br />Sungguh, betapa engkau telah membawaku teringat dan bergetar saat engkau menasehatiku sambil membawakan firman Alloh Ta’ala :<br /><br />“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya Malaikat-Malaikat yang kasar dank eras, yang tidak durhaka kepada Alloh terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim : 6)<br /><br /><br /><br />Karenanya, engkau senantiasa mengajarkan aku dan anak2 kita kelak mengenai Dienul Islam, mengajarkan kebaikan dan adab-adab Islam. Mengajak untuk senantiasa mendatangi majelis-majelis ilmu yang mengajarkan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih, mendengarkan apa yang disampaikan, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.<br /><br /><br /><br />Hingga cita-citaku dan keinginanku tuk menjadi BUNGA DITAMAN HATIMU sebagaimana Khodijah Rodhiyalloohu’anha menemani Rosulullooh Shollallohu’alaihi wa Sallam sepanjang hidupnya dapat aku amalkan perlahan-lahan dengan bimbinganmu. Walloohi… Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..<br /><br /><br /><br />Yaa Zauji…<br /><br />Kelak akan engkau ajarkan pula aku untuk senantiasa berbakti kepada Orang Tua kita untuk menggapai ridho Alloh Ta’ala. Birrul walidain (berbakti kepada orang tua) yang merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Karena dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid, Alloh ‘Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk berbakti kepada orang tua kita, sebagaimana perintah-Nya :<br /><br />“Dan Robb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada IBU-BAPAK. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai BERUSIA LANJUT dalam PEMELIHARAANMU, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan”ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Ya Robb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil” (QS. Al-Isroo : 23-24)<br /><br /><br /><br /><br /><br />Yaa Zauji,<br /><br />Betapa aku akan sangat taat kepadamu dengan segala ketaatan dan ketakwaanmu kepada Alloh Ta’ala dan ketaatanmu kepada Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam. Hingga andaikata Alloh Ta’ala tidak melarangku untuk bersujud kepada selain-Nya, maka engkaulah tempatku untuk bersujud memohon Surga…<br /><br /><br /><br />”Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.” (Hasan Shahih, HR at-Tirmidzi (no.1159), Ibnu Hibban (no.1291) dan Al-Baihaqi (VII/291) dari Abu Hurairah rodhiyalloohu’anhu)<br /><br /><br /><br />Yaa Zauji..<br /><br />Temanilah diriku sampai matiku nanti, layaknya Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam menemani ummul mukminin Khodijah Rodhiyalloohu’anha. Dampingi aku dalam melaksanakan amanah rumah tanggaku. Sesungguhnya, sebagai kepala keluarga engkau akan ditanya dihadapan Alloh Azza wa Jalla tentang pertanggungjawabanmu atas diriku sebagai istrimu. Juga anak-anak dan rumah tangga sebagai beban pundakmu. Mari kita pikul dengan bahu kesetiaan, genggaman kuat ketakwaan kita dan kucur keringat amal ibadah kita.<br /><br />Yaa Zauji, aku yakin dan optimis bahwa kita pasti mampu, insyaAlloh…<br /><br /><br /><br />Yaa Zauji..<br /><br />Sungguh begitu indah memilikimu dalam mitsaqon gholizho ini kelak… maka bagaimana aku tidak akan memperhatikanmu, sementara engkau adalah surga dan nerakaku, sebagaimana sabda Rosululloh Shollalloohu’alaihi wa Sallam :<br />“Perhatikanlah sikapmu terhadapnya (suami), karena ia bisa menjadi surgamu dan nerakamu”<br /><br />(HR. Ibnu Saad, Ath-Thabrani, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al Jami’us Shoghir (1590))<br /><br /><br /><br /><br /><br />Yaa Zaujii…. Karenanya…<br /><br />”JADILAH SURGA DITAMAN HATIKU…”<br /><br /><br /><br />Semoga Alloh Ta’ala segera mempertemukan kita dan senantiasa mempermudah urusan kita dalam mitsaqon-gholizho (perjanjian yang sangat berat) kelak. Amin<br /><br /><br />Wassalamu’alaykum warohmatulloohi wabarokaatuh<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVW92zGT5akmu0ds5lhAUpYXwhBFvethWIb1P9lhI5nR3Ske0hqrucc5b2PKA_XGFnIe7kTZRlD2yWfsK1HI3uPQFuJORl382Pe5V1K8Z-K7LTKLm8etv_kIYC5HLpgRqJYavuHwjFqmcq/s1600-h/cover.jpg.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVW92zGT5akmu0ds5lhAUpYXwhBFvethWIb1P9lhI5nR3Ske0hqrucc5b2PKA_XGFnIe7kTZRlD2yWfsK1HI3uPQFuJORl382Pe5V1K8Z-K7LTKLm8etv_kIYC5HLpgRqJYavuHwjFqmcq/s320/cover.jpg.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5423473153331314354" border="0" /></a><br /><br />***************<br />copas dari note <span style="font-weight: bold;">'Aisyah Ummu 'Abdillah (FB)</span><br /></div>Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-82605224994666133492010-01-06T11:02:00.001+08:002010-01-06T11:05:05.198+08:00'Afwan akhi.. Kau saudaraku, tapi bukan mahromkuAkhii, kutuliskan risalah ini bagimu. Bukan karena apa. Kau adalah saudaraku, Akhii fillah. Karena Allah Ta’ala, bukan Akhii fii nasab yang mengharamkan pernikahan dan menghalalkan hubungan mahram.[1]<br /><br />Akhii, sesungguhnya hati manusia ada di antara jari-jemari Ar Rahman. Maka beruntunglah orang yang dihadapkan hatinya pada ketaatan pada Allah Ta’ala. Sungguh benarlah doa yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam panjatkan, “Allahumma musharrifal quluub, sharrif quluubanaa ‘alaa tha’atika” (Ya Allah, Dzat Yang Memalingkan Hati, palingkan hati kami di atas ketaatan pada-Mu)[2]<br /><br />Akhii, sesungguhnya manusia diciptakan dalam keadaan lemah[3]. Manusia, ya Akhii. Tak terkecuali. Laki-laki maupun wanita.<br />Tahukah kau wahai Akhii, panutan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mengingatkan kita dalam sabdanya yang artinya, “Aku tidak meninggalkan fitnah yang lebih membahayakan kaum laki-laki daripada fitnah wanita.”[4]<br /><br />Dan agama kita yang mulia juga telah mengajarkan adab-adab bergaul dengan lawan jenis yaa, Akhii. Bila kita tapaki perjalanan salaful ummah, kita akan temukan betapa mereka menjaga adab-adab tersebut.<br /><br />Maka tidak layak bagi kita untuk bermudah-mudah dalam bergaul dengan lawan jenis. Janganlah bermain-main dengan kehormatan, yaa Akhii. Allah Ta’ala selalu mengawasi kita di manapun dan kapanpun. Apatah itu dalam kamar tertutup rapat, ketika kau sedang asik ber-SMS dengan wanita yang bukan mahrammu tanpa keperluan yang mendesak. Sama sekali bukan untuk hal yang membawa mashlahat, hanya untuk mengatakan,<br />“Ap kbr, Ukhti? Lg sbk ap skrng?”<br />“Smgt ^_^”<br />“Ttp senyum nggih =)”<br /><br />Atau untuk sekadar mengirimkan nasehat. Entah itu terjemah Al Qur’an, potongan hadits, atau perkataan ulama. Apa maksud yang ada dalam hatimu, yaa Akhii? Banyak teman-teman ikhwan yang lebih berhak kau beri perhatian dan nasehat. Na’am, murni perhatian dan nasehat, tanpa tendensi apapun.<br /><br />‘Afwan ‘Akhii, bukannya kami terlalu sombong untuk menerima nasehat darimu. Akan tetapi, bagi kami, cukup teman-teman shalihah tempat untuk berbagi rasa. Cukup bagi kami, para asatidz dan asatidzah[5] yang mendakwahi kami. Cukuplah majelis-majelis ilmu dan buku-buku dari para ulama tempat kami mencari tahu tentang agama.<br /><br />Tahukah yaa Akhii, terkadang syaithan menghiasi keburukan sehingga menjadi tampak indah. Bahkan terkadang syaithan membuka sembilan puluh sembilan pintu kebaikan untuk menjerumuskan manusia kepada satu pintu keburukan.[6]<br /><br />Akhii, Ibnu Taimiyah pernah berkata yang artinya, “Kesabaran Yusuf menghadapi rayuan istri tuannya lebih sempurna daripada kesabaran beliau saat dimasukkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, saat dijual dan saat berpisah dengan bapaknya. Sebab hal-hal ini terjadi di luar kehendaknya, sehingga tidak ada pilihan lain bagi hamba kecuali sabar menerima musibah. Tapi kesabaran yang memang beliau kehendaki dan diupayakannya saat menghadapi rayuan istri tuannya, kesabaran memerangi nafsu, jauh lebih sempurna dan utama, apalagi di sana banyak faktor yang sebenarnya menunjang untuk memenuhi rayuan itu, seperti keadaan beliau yang masih bujang dan muda, karena pemuda lebih mudah tergoda oleh rayuan. Keadaan beliau yang terasing, jauh dari kampung halaman, dan orang yang jauh dari kampung halamannya tidak terlalu merasa malu. Keadaan beliau sebagai budak, dan seorang budak tidak terlalu peduli seperti halnya orang merdeka. Keadaan istri tuannya yang cantik, terpandang dan tehormat, tanpa ada seorang pun yang melihat tindakannya dan dia pula yang menghendaki untuk bercumbu dengan beliau. Apalagi ada ancaman, seandainya tidak patuh, beliau akan dijebloskan ke dalam penjara dan dihinakan. Sekalipun begitu beliau tetap sabar dan lebih mementingkan apa yang ada di sisi Allah.”[7]<br /><br />Yaa Akhii, tidakkah kau ingin meneladani Yusuf ‘Alaihis Salam? Seorang pemuda yang menjaga iffah-nya yang dijanjikan mendapatkan perlindungan Allah Ta’ala di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada lagi naungan selain naungan-Nya.[8]<br /><br />Yaa Akhii, mungkin kau sudah pernah mendengar sebuah hadits dari Nau’as Ibni Sam’an radiyyallahu anhu yang artinya, “Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam tentang kebaikan dan kejahatan. Beliau bersabda: “Kebaikan ialah akhlak yang baik dan kejahatan ialah sesuatu yang tercetus di dadamu dan engkau tidak suka bila orang lain mengetahuinya.”[9]<br /><br />Yaa Akhii, kebahagiaan sejati tidak akan diperoleh dengan cara yang haram. Percayalah itu. Cara ini hanya akan menimbulkan kesusahan dan kerusakan pada diri serta terbuangnya harta dengan sia-sia. Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik darinya.[10]<br /><br />Terakhir yaa Akhii, saya akan nukilkan perkataan Salman Al Farisi radiyyallahu ‘anhu dari Ja’far bin Burqan yang artinya, “Ada tiga orang yang membuatku menangis dan tiga orang lagi membuatku tertawa. Aku tertawa melihat orang mengejar dunia sedangkan kematian telah mengintainya, orang berbuat lalai berbuat padahal dirinya tak pernah dilupakan, dan orang banyak tertawa, sedangkan ia tidak tahu apakah Allah murka ataukah ridha kepadanya. Dan aku menangis karena kepergian orang-orang yang dicintai, yaitu kepergian Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan pengikutnya, kedahsyatan yang sangat mengerikan saat berada di pintu kematian, dan saat berdiri di hadapan Rabb semesta alam, yaitu ketika aku tidak mengetahui apakah aku akan dikembalikan ke surga atau ke neraka.”[11]<br /><br />Kuharap risalah ini memperberat timbangan amal kebaikanku kelak. Pada hari di mana harta dan anak takkan berguna kecuali orang yang menghadap Allah Ta’ala dengan hati yang selamat.[12]<br />Wallahul musta’an.<br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh95MR1h3nQ85fQoDM-NtYWYvDGgxj-YRBeGLxk5ttzBtuYfnKNpUrTjwVEBqmyrA8GbcS1Pz5gK6QDVO4pRn0nWMCBaHHgdt4LN5H8_Tr7v3zXdyjh5k5aSDfKMaGClJQq9fgWAH7Kq8KF/s1600-h/12445_102366389787675_100000429444202_62063_394331_n.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 190px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh95MR1h3nQ85fQoDM-NtYWYvDGgxj-YRBeGLxk5ttzBtuYfnKNpUrTjwVEBqmyrA8GbcS1Pz5gK6QDVO4pRn0nWMCBaHHgdt4LN5H8_Tr7v3zXdyjh5k5aSDfKMaGClJQq9fgWAH7Kq8KF/s320/12445_102366389787675_100000429444202_62063_394331_n.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5423457361327494754" border="0" /></a><br /><br />1. Mahram adalah orang-orang yang haram dinikahi, bisa karena nasab, persusuan, atau pernikahan. Di Indonesia, istilah ini rancu dengan muhrim. Padahal istilah yang tepat adalah mahram, karena muhrim berarti orang yang sedang berihram (-pen).<br />2. HR Muslim no. 2654 dari Shahabat ‘Abdullah bin’Amr bin Al Ash Radiyallahu ‘Anhuma<br />3. Lihat QS An Nisaa: 28<br />4. HR. Al-Bukhari dalam An-Nikah (5096), Muslim dalam Adz-Dzikr (2740)<br />5. Jamak dari ustadz dan ustadzah (-pen)<br />6. Perkataan Hasan bin Shalih rahimahullah<br />7. Perkataan ini dinukil oleh Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah dalam Madarijus Salikin<br />8. Lihat HR Bukhari no 660, Muslim 1031 dari Abu Hurairah radiyyallahu anhu, yang artinya, “Tujuh golongan yang kelak akan dilindungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Nya: imam yang adil, pemuda yang tumbuh dengan beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu dalam keadaan demikian dan berpisah pun dalam keadaan demikian pula, laki-laki yang diajak (berzina) oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, namun ia mengatakan: ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’, seseorang yang bersedekah namun ia menyembunyikan sedekahnya, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang mengingat Allah dalam kesendiriannya, hingga kedua matanya bercucuran air mata.”<br />9. HR Muslim, dimuat dalam Bulughul Maram, Kitabul Jami’ bab adab<br />10. Terjemah HR Ahmad V/78,79<br />11. Atsar ini tercantum dalam kitab Rauhuz Zaahidiin yang merupakan ringkasan dari kitab Hilyatul Auliyaa’<br />12. Lihat QS Asy Syu’aara’: 88-89<br /><br /><a href="http://mii.fmipa.ugm.ac.id/?p=617" target="_blank" rel="nofollow" onmousedown="'UntrustedLink.bootstrap($(this),"><span>http://mii.fmipa.ugm.ac.id</span><wbr><span class="word_break"></span>/?p=617</a>Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-31956792022003143942010-01-05T11:16:00.003+08:002010-01-05T11:23:37.629+08:00Ya Ukhty, IKHWAN JUGA MANUSIA!<h2>Bismillaahirrohmaanirrohiim<br /></h2><p style="text-align: justify;"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;"><br />Disaat seorang ikhwan baik-baik “menawarkan diri” kepada seorang akhwat untuk menikahinya, itu bukanlah hal mudah baginya. Ikhwan juga manusia! Tentu si ikhwan sudah berfikir dan memperhitungkan sebaik-baiknya apa dampak positif dan negatifnya, bagaimana besarnya maslahat dan mudhorotnya. Apakah Alloh ‘Azza wa Jalla meridhoi langkah-langkahnya atau justru Alloh ‘Azza wa Jalla murka dengan langkah yang dia ambil. Sepatutnya ia harus berfikir terlebih dahulu, bagaimana ia harus bersikap jika proposalnya di tolak dan bagaimana ia harus bersikap bila proposalnya di terima. Begitulah seharusnya seorang calon Imam mengambil langkah. Bila ikhtiar dan doa telah dilakukan, maka sepatutnyalah ia menyandarkan diri kepada Alloh Ta’ala, dan menyerahkan segala urusannya kepada-Nya semata.<br /><br />Sebagaimana disepakati oleh al-Bukhari muslim telah diriwayatkan, dimana Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa</span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;"> Sallam bersabda :<span style="color: rgb(255, 0, 0);"> “Sungguh menakjubkan keadaan orang mukmin itu. Alloh tidak menetapkan suatu keputusan baginya melainkan keputusan itu adalah baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, maka ia akan bersabar, dan yang demikian itu lebih baik baginya. Jika mendapatkan kesenangan, maka dia akan bersyukur, maka yang demikian itu</span> <span style="color: rgb(255, 0, 0);">adalah baik baginya. Dan hal tersebut tidak akan menjadi milik seorang pun kecuali orang mukmin.” </span>(HR. Muslim no.2999. Dari Shuhain rodhiyalloohu’anhu)</span></span><br /><br /><br /><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">Seorang ikhwan baik-baik akan menawarkan dirinya secara baik-baik pula. Tidak akan melakukan hal-hal yang sekiranya dapat melukai hati seorang akhwat dan mendatangkan murka Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Bukan dengan cara-cara yang tercela dan dilarang oleh syaria’t islam yang mulia. Karena ikhwan baik-baik tahu bagaimana harus memperlakukan seorang akhwat.<br /><br />Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda :<br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 255);">“Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari Akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya. Berwasiatlah kepada wanita yang baik. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau membiarkannya, ia akan bengkok. Oleh karena itu, berwasiatlah kepada wanita dengan baik.” (Hadist shohih </span>: <span style="color: rgb(0, 0, 255);">Diriwayatkan oleh al-Bukhari </span>(no.5185-5186) dan Muslim (no.1468 (62)), dari Abu Hurairoh rodhiyalloohu’anhu)</span></span><br /><br /><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">Dalam riwayat Tirmidzi, Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda :<br /><br />“<span style="color: rgb(0, 0, 255);">Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang paling baik terhadap kaum wanitanya (istri, saudara wanita atau anak-anak wanita”</span><br /><br />Dan ikhwan yang baik-baik akan sangat berHATI-HATI dalam membawa HATI serta memikat HATI, karena ketakutannya dengan murka Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Dan Alloh Ta’ala memuji orang-orang yang takut didalam Kitab-Nya dan menyanjung mereka.<br /><br /></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 255);"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">“Sesungguhnya orang-orang yg BERHATI-HATI karena takut akan (adzab) Robb mereka, dan orang2 yang beriman terhadap ayat-ayat Robb mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Robb mereka (sesuatu apapun), dan orang-orang yg memberikan apa yg telah mereka berikan, dengan HATI YANG TAKUT, (karena mere</span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">ka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Robb mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” </span></span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">(QS. Al-Mukminun : 57-61)<br /><br />Sesungguhnya ikhwan baik-baik yang menjaga Alloh dalam setiap hembusan nafasnya, akan memiliki tiga pilar sentral, yaitu Mahabbah (Cinta), Khauf (Takut) dan Roja’ (Harap) didalam hatinya. Sebagaimana firman-Nya :<br /><br /></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 255);"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">“Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Alloh”</span></span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;"> <span style="color: rgb(0, 0, 255);">(QS. Al-Baqoroh : 165)</span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 255);">“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan HARAP dan CEMAS. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.”</span> <span style="color: rgb(0, 0, 255);">(QS. Al-Anbiya’ : 90)</span><br /><br />Mereka tidak mengedepankan hawa nafsu dan syetan. Mereka memiliki visi dan misi untuk selalu memperoleh ridho Alloh Ta’ala, dengan mencari kebenaran yang tak henti-hentinya dan senantiasa ada taubat disetiap hembusan nafasnya.<br /><br /></span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">Ya ukhty, KETAHUILAH DAN INGATLAH!!! Bahwa mereka tidak akan pernah mencapai tingkat kesempurnaan, karena mereka juga manusia, sama hal-nya seperti antunna. Tak akan ada yang mampu menyerupai ummul mukminin Khodijah binti Khuwailid. Sebagaimana Rosulullooh Sholalloohu ‘alaihi wa Sallam bersabda :<br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 255);">“Sebaik-baik wanita ialah Maryam binti Imron. Sebaik-baik wanita ialah Khodijah binti Khuwailid. (HR Muslim dari Ali bin Abu Thalib radiyallahu ‘anhu).</span><br /><br />Tapi yang harus diperhatikan adalah “adakah didalam dirinya semangat untuk bertaubat dan memperbaiki diri dengan cara yang benar?”<br /><br /></span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">Karena begitu banyak orang lain menginginkan kebenaran, tapi caranya salah! Sebagaimana Ibnu Mas’ud berkata :<span style="color: rgb(0, 0, 255);"> “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tapi tidak benar caranya</span>!”Sesungguhnya Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda : <span style="color: rgb(0, 0, 255);">‘Nanti akan ada kaum yang membaca al-Qur’an tidak melewati tenggorokan mereka!”</span><br /><br />Untuk mengetahui hal ini, maka dapat dibuktikan dengan “pola berfikirnya”, apakah dia tunduk kepada Kitabulloh, Sunnah Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam & Sunnah Khulafaur Rasyidin atau justru tunduk kepada HAWA NAFSUnya dan syetan???</span></span><br /><br /><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">Jika akal tunduk kepada hawa nafsu & syetan, bukan termaksudkan nafsu syahwat saja, namun bagaimana dia mengedepankan hawa nafsunya dalam mencari kebenaran. Disinilah letak awal “siapa dia”.<br /><br />Begitu banyak ikhwan lulusan pesantren-pesantren, tapi begitu banyak pula yang hasilnya bermain dengan hawa nafsu dan mengikuti perkembangan zaman. Sehingga, terjadilah penolakan-penolakan terhadap sebagian firman-firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan sabda-sabda Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam karena dianggapnya tidak sesuai dengan zaman saat ini. Na’udzu billah min zalik.<br /><br />Mereka lupa atau pura-pura lupa… bahwa ISLAM SUDAH SEMPURNA dan Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam telah bersabda :</span></span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 255);"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">“Sungguh, aku tinggalkan kalian diatas ISLAM yang putih bersih, malamnya seperti siangnya. Tidaklah berpaling dari ISLAM yang putih bersih ini sepeninggalku,</span></span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;"> <u><span style="color: rgb(255, 0, 0);">melainkan akan BINASA.</span></u>” (HR. Ibnu Abi’Ashim & Ibnu Majah)<br /><br />Begitukah taubat dan memperbaiki diri yang benar???<br /><br /></span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">Menurut penulis, hidup bersama orang seperti itu adalah hal yang paling menakutkan.<br /><br />Sebaliknya, walaupun kenyataannya lebih banyak laki-laki yang gila dunia dan lupa Sang Khalik (penyakit wahn, cinta dunia dan takut mati). Tapi diantara mereka, ada laki-laki biasa. Dia tidak pernah mengikuti pesantren atau sekolah Islam lainnya, tapi memiliki keinginan untuk senantiasa bertaubat dan memperbaiki diri dengan menundukkan akal-nya kepada Kitabulloh, Sunnah Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam & Sunnah Khulafaur Rasyidin.<br /><br />Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda :<br /><br /></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 255);"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">“Sungguh ada beberapa kaum bila mereka banyak berbuat kesalahan-kesalahan, maka mereka bercita-cita menjadi orang-orang yang Alloh ‘Azza wa Jalla akan mengganti kesalahan-kesalahan mereka dengan kebajikan” </span></span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">(Hadist hasan riwayat al-Hakim (IV/252), dari Shahabat Abu Hurairoh)</span></span><br /><br /><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">Maka menurut antunna, mana yang lebih baik diantara mereka yang telah disebutkan diatas?<br /><br />Jawabnya adalah berdasarkan sabda Rosulullooh Shollalloohu ‘alaihi wa Sallam :<br /><br /><span style="color: rgb(255, 0, 0);">“Setiap anak Adam banyak berbuat salah dan sebaik-baik orang yang banyak berbuat kesalahan adalah yang banyak bertaubat” (</span>HR. Ahmad,at-Tirmidzi, Ibnu Majah & al-Hakim)<br /><br />Mengapa dengan taubat?<br /><br />Karena TAUBAT adalah langkah pasti untuk menuju istiqomah dan menyongsong HIDAYAH ALLOH Ta’ala, menjauhkan diri dari ketergelinciran dan kenistaan. Ia adalah pintu kehormatan yang dibuka bagi para pendosa untuk kembali tanpa DITUNDA-TUNDA.</span></span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 255);"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">“Sesungguhnya taubat disisi Alloh hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima ALLOH taubatnya, dan Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” </span></span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">(QS. An-Nisa : 17)<br /><br />Orang yang bertaubat kepada Alloh ialah orang yang kembali d</span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">ari perbuatan maksiat menuju</span></span> <span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">perbuatan TAAT. Imam Ibnu Qoyyim al-jauziyyah rohimahullooh mengatakan :<br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 255);">“Taubat merupakan awal persinggahan, pertengahan dan akhir perjalanan hidup. Seorang hamba yang sedang mengadakan perjalanan menuju Alloh Ta’ala tidak boleh lepas dari taubat hingga ajal menjemputnya. Taubat merupakan awal langkah seorang hamba kepada Alloh dan kesudahannya. Dan kebutuhan seorang hamba terhadap taubat diakhir hayatnya teramat penting dan sangat mendesak. Sebagaimana juga taubat dibutuhkan di awal perjalanan hidup seorang hamba.”</span> (Madaarijus Saalikiin (I/98).<span style="color: rgb(0, 0, 255);"><br /><br /></span>Itulah titik awal yang harus diperhatikan untukmu duhai Ukhty. Karena Alloh Ta’ala sangat mencintai orang-orang yang bertaubat. Sebagaimana firman-Nya :</span></span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 255);"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">“Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang TAUBAT dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.</span></span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">” (QS. Al-Baqoroh : 222)<br /><br />Maka, selayaknyalah kita turut mencintai orang-orang yang senantiasa bertaubat dan memperbaiki diri. Bukan begitu?!? Dan tentu saja, untuk itu dibutuhkan ILMU. Maka terus meneruslah berada di majelis ilmu untuk menuntut ILMU. Karena menuntut ilmu syar’i hukumnya WAJIB! Dan Taubat adalah kewajiban seumur hidup!<br /><br />Ukhtyfillah yang dirahmati Alloh Subhanahu wa Ta’ala, jika engkau menginginkan ikhwan baik-baik untuk mengkhitbahmu, maka sebagaimana dirimu, si ikhwan pun dianjurkan untuk mencari akhwat baik-baik. Yang harus</span></span> <span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">menjadi instropeksi diri adalah “apakah diri ini sudah menjadi akhwat baik-baik?” Karenanya terus meneruslah kita bertaubat dan memperbaiki diri dengan ILMU, Alloh Ta’ala berfirman:<br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 255);">“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula). Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)…” </span>(QS. An-Nuur :26)<br /><br />Ya ukhty,langkah selanjutnya ketika laki-laki baik-baik datang untuk mengkhitbahmu, maka perhatikanlah sabda Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam berikut :</span></span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 255);"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">“Jika datang kepada kalian seseorang yang</span></span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;"> <span style="color: rgb(255, 0, 0);">kalian ridhoi agama dan akhlaknya,</span> <span style="color: rgb(0, 0, 255);">maka nikahkanlah ia (dengan anak kalian).</span> <span style="color: rgb(255, 0, 0);">Jika tidak, </span><span style="color: rgb(255, 0, 0);">maka akan terjadi fitnah</span><span style="color: rgb(0, 0, 255);"> dibumi dan kerusakan yang besar.”</span><br /><br />Masalahnya sekarang adalah kebanyakan akhwat masih LEBIH mempermasalahkan HARTA dibandingkan dengan AGAMA. Pengaruh materialisme telah banyak menimpa para akhwat dan orang tuanya. Tidak sedikit dari mereka, pada zaman sekarang ini, yang selalu menitikberatkan pada kriteria banyaknya harta, keseimbangan kedudukan, status sosial dan keturunan saja dalam memilih calon jodohnya. Masalah kufu’ (sederajat, sepadan) hanya diukur berdasarkan materi dan harta saja. Sementara pertimbangan agama tidak mendapat perhatian yang serius.</span></span><br /><br /><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">Padahal, Islam sangat memperhatikan kafa-ah atau kesamaan, kesepadanan atau sederajat dalam hal pernikahan. Dengan adanya kesamaan antara kedua suami istri itu, maka usaha untuk mendirikan dan membina rumah tangga yang Islam, insya Alloh akan terwujud. Tapi kafa-ah menurut Islam diukur dengan kualitas iman dan taqwa serta akhlak seseorang, bukan diukur dengan banyaknya harta, status social, keturunan, dan lain2.<br /><br />Hendaklah seorang akhwat dan orang tuanya benar-benar waspada terhadap fitnah yang akan ditimbulkannya, karena diantara manusia ada yang terseret oleh kecintaannya yang berlebihan terhadap seorang akhwat sehingga ia berbuat durhaka kepada orang tua, memutuskan tali silaturahmi dan berbuat kerusakan dibumi, sehingga laknat Alloh menimpanya.</span></span><br /><br /><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">Dan yang paling banyak diantara manusia ada yang diseret oleh kecintaannya kepada seorang akhwat untuk mencari harta yang haram guna memenuhi kecintaannya dan memuaskan syahwatnya. Maka hendaklah seseorang berhati-hati terhadap fitnah wanita.<br /><br /></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 255);"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">“Tidak ada fitnah yang aku tinggalkan setelahku yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnah wanita.” (Shahih, HR al-Bukhari (no.5096) dan Muslim (no.2740(97)), dr </span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">Shahabat Usamah bin Zaid rodhiyalloohu’anhu)<br /><br /></span></span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">“<span style="color: rgb(0, 0, 255);">Sesungguhnya dunia ini manis dan indah. Dan sesungguhnya Alloh menguasakan kepada kalian untuk mengelola apa yang ada didalamnya, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh Karena itu, berhati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah yang pertama kali terjadi pada bani Israil adalah karena wanita” </span>(Shahih, HR Muslim (no.2742 (99), dr Shahabat Abu Sa’id al-Khudri rodhiyalloohu’anhu)<br /><br />Ya ukhty, sadarilah, bahwa kita adalah sumber fitnah yang paling utama. Sumber penyakit yang paling utama. Sadarilah, bahwa jika kita tidak mengekangnya, maka akan timbul kerusakan dimuka bumi ini…<br /><br />Ukhty perhatikanlah sabda Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam berikut :<br /><br /></span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">“Sesungguhnya orang yang selalu melakukan kefasikan adalah penghuni Neraka.” Dikatakan, “Wahai Rosulullooh, siapakah yang selalu berbuat fasik itu?” Beliau menjawab,”Para wanita”. Seorang Shahabat bertanya,”Bukankah mereka itu ibu-ibu kita, saudara-saudari kita, dan isteri-isteri kita?” Beliau menjawab,”Benar. Akan tetapi apabila mereka diberi sesuatu, mereka bersyukur. Apabila mereka ditimpa ujian (musibah), mereka tidak sabar.” (Shahih, HR Ahmad (III/428,IV/604) dr Shahabat ‘Abdurrahman bin Syabl rodhiyalloohu’anhu.<br /><br />Ukhty, mari kita jaga diri ini dari siksa api neraka… Jagalah Alloh Subhanahu wa Ta’ala, niscaya A</span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">lloh Ta’ala akan menjagamu. Jagalah Alloh, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu…<br /><br />Ya ukhty, Jika memang kau masih bersih kukuh juga dengan masalah harta, jika kau masih juga mempermasalahkan harta…. Maka simaklah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala berikut :<br /><br /><span style="color: rgb(255, 0, 0);">“Sesungguhnya HARTA dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan disisi Alloh-lah pahala yang besar.” <span style="color: rgb(0, 0, 255);">(QS. At-Thoghoobun : 15)</span><br /><br /></span>Dalam kitab Ibnu Katsir dijelaskan, bahwa sesungguhnya harta dan anak itu akan menjadi bahan UJIAN DAN COBAAN dari Alloh Ta’ala bagi makhluk-Nya agar Dia mengetahui siapakah hamba-hamba-Nya </span></span>y<span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">ang taat dan yang durhaka kepada-Nya. Dan disisi Alloh pada hari Kiamat kelak adalah PAHALA YANG BESAR.<br /><br />Maka ukhty, berhati-hatilah dengan syirik yang tak nampak, yaitu <span style="color: rgb(0, 0, 255);">dosa yang lebih sulit (sangat samar) </span><span style="color: rgb(0, 0, 255);">untuk dikenali daripada jejak semut yang merayap diatas batu hitam ditengah kegelapan malam</span>. Syirik yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Syirik seperti ini adalah seperti syirik dalam ucapan (selain perkara keyakinan). Salah satu contoh yang sering kita jumpai adalah </span></span><span style="color: rgb(0, 0, 255);"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">MENGGANTUNGKAN NASIB KEPADA MAKHLUK YANG TIDAK DAPAT BERBUAT</span></span> <span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">APA- APA.</span></span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;"> Lidah ini begitu mudahnya bersandar pada makhluk yang tidak mampu berbuat sedikitpun. Terlalu menggantungkan nasib kepada makhluk-Nya dengan memperhitungkan kemampuan manusia (PEKERJAAN & HARTA). Ada sebagian akhwat yang beranggapan bahwa ‘dia tidak dapat hidup dengan laki-laki yang penghasilannya jauh dibawah dia. Tak tahukah engkau ya ukhty, bahwa :<br /><br />Rosulullooh Shollalloohu ‘alaihi wa Sallam bersabda :<br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 255);">“Sesungguhnya Alloh adalah Pencipta semua pekerja dan pekerjaannya.</span><span style="color: rgb(0, 0, 255);">” (HR. al-Hakim I/31-32, dan Majma’ az-Zawa’id VII/197)</span><br /><br /></span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">Demi Alloh, bukan kuasa kita untuk memberikan rizki kepada diri kita maupun keluarga kita. Bukan pula kuasa itu karena kemampuan suami. Alloh Ta’ala-lah yang berkuasa. Bahkan hembusan nafas kita-pun dikuasainya oleh-Nya. Lantas mengapa kita masih menyandarkan diri kepada selain Alloh Ta’ala?<br /><br />Perhatikan font berwarna merah berikut :<br /><br />“<span style="color: rgb(0, 0, 255);">Dan Allah jadikan bagimu dari diri-dirimu sendiri berupa isteri, lalu Dia jadikan bagimu dari isteri-isterimu berupa anak-anak dan cucu, dan</span> <u><span style="color: rgb(255, 0, 0);">Dia memberimu rezeki yang baik</span></u>-<u><span style="color: rgb(255, 0, 0);">baik.”</span></u> (QS. An-Nahl : 72)<br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 255);">“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian (belum menikah) diantara kamu, dan orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan</span>. </span></span><u><span style="color: rgb(255, 0, 0);"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">Jika mereka miskin, Alla</span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">h akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui.” </span></span></span></u><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">(QS An-Nur: 32)<br /><br /><strong>Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda:</strong> <span style="color: rgb(255, 0, 0);">“Carilah oleh kalian rizki dalam pernikahan </span><strong>(dalam kehidupan berkeluarga).“</strong> (HR Imam Dailami dalam musnad Al Firdaus)<br /><br />Ya ukhty, selayaknya bagimu untuk mempermudah ikhwan yang akan mempersuntingmu!!! Sungguh </span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">mereka juga manusia yang dapat dengan mudahnya tergoda oleh syetan dan hawa nafsu yang disebabkan oleh FITNAH yang paling utama, yaitu WANITA.<br /><br />Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Nabi Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda :<br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 255);">“Sesungguhnya diantara kebaikan wanita adalah mudah meminangnya, mudah maharnya, dan mudah rahimnya.” (Hasan, HR. Ahmad (VI/77,91), Ibnu Hibban (no.1256-Al-Mawaarid) dan al-Hakim (II/181))<br /><br /></span>“</span><span style="color: rgb(0, 0, 255);"><span style="font-family:Comic Sans MS;">Sebaik-baik pernikahan ialah yang paling mudah” (Shahih, HR. Abu Dawud (no 2117), Ibnu Hibban (no.1262-al-Mawaarid), dan ath-Thobrani dlm Mu’jamul Ausath (I/221,no 724), dr ‘Uqbah bin ‘Amir rodhiyalloohu’anhu)<br /><br /></span></span></span><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">“<span style="color: rgb(0, 0, 255);">…Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Alloh menjadikan kebaikan yang banyak padanya” (QS. An-Nisaa’:19)<br /><br /></span> </span></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6ZB0jBXo6dW2ilf9kU4L6bqlOCN778vsswV1ctfVB0e3EsxUVVSwE7PROvjKeZzlb49XYNvzCqnuCd4Z9GwD8Hhwd4fYWSLd4oM46jt98qUrAS7FmqX8e29IjZVIfqe7ruq7WDQu9EgA1/s1600-h/11853_105587589456980_100000172173512_150410_362273_n.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6ZB0jBXo6dW2ilf9kU4L6bqlOCN778vsswV1ctfVB0e3EsxUVVSwE7PROvjKeZzlb49XYNvzCqnuCd4Z9GwD8Hhwd4fYWSLd4oM46jt98qUrAS7FmqX8e29IjZVIfqe7ruq7WDQu9EgA1/s320/11853_105587589456980_100000172173512_150410_362273_n.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5423090505891774850" border="0" /></a><br /><br /><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">Ya ukhty, rubahlah dirimu, semoga Alloh menganugerahi seorang Imam yang sholeh. Amin<br /><br />Selamat berjihad!!!<br /><br /></span></span>***************************************************************<br /><br /><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">“Ya Alloh, sesungguhnya aku telah menzholimi diriku sendiri dengan kezholiman yang banyak dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa melainkan hanya Engkau. Karena itu, ampunilah aku, dengan ampunan yang datang dari sisi-Mu dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR. Al-Bukhari no.834 dan Muslim no.2705 (48).<br /><br />“Ya Alloh, jadikanlah aku merasa qona’ah (merasa cukup, puas, rela) terhadap apa yang telah Engkau rizkikan kepadaku, dan berikanlah berkah kepadaku didalamnya dan gantikanlah bagiku semua yang hilang dariku dengan</span></span> <span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;">yang lebih baik.” (HR. Al-Hakim I/510 dan dishahihkan serta disepakati oleh adz-Dzahabi, dari Ibnu ‘Abbas rodhiyalloohu’anhuma)<br /><br />“Ya Alloh, berikanlah ampunan kepadaku atas kesalahana-kesalahanku, kebodohanku serta sikap berlebihanku dalam urusanku, segala sesuatu yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Ya Alloh, berikanlah ampunan kepadaku atas canda dan keseriusanku, kekeliruanku dan kesengajaanku, dan semuanya itu ada pada diriku.” (GR. Al-Bukhari no.6399/Fat-hul Baari XI/196, dari Abu Musa Al-Asy’ari rodhiyalloohu’anh<br /><br /></span></span></p><p style="text-align: justify;">http://evans86.cybermq.com/post/detail/4690/ya-ukhty-ikhwan-juga-manusia<br /><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;"></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size:small;"><span style="font-family:Comic Sans MS;"><br /></span></span></p>Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-88284267378266836452009-12-28T10:47:00.000+08:002009-12-28T10:50:23.606+08:00RUMUS PRAKTIS MUDAH MENGHAFAL AL QUR’AN (Buktikan !!)<div class="note_content text_align_ltr direction_ltr clearfix"> <div>Pada postingan artikel sebelumnya tentang kiat-kiat untuk dapat menghafal ayat-ayat Al Qur’an Nah, pada postingan kali ini, tentang rumus praktis bagi antum yang ber’azzam untuk dapat menyelesaikan hafalan Al Qur’an al Karim setelah mempelajari metode-metode sebagai bekal dalam meraih kemampuan untuk dapat menghafal Al-Qur‘ân secara baik.<br /><br />mohon maaf karena tabel di tampilkan dalam bentuk gambar hal ini karena fb membatasi code2 html sehingga saya kesulitan dalam menuliskannya maka tabel saya tampilkan dalam bentuk gambar.<br /><br />Semoga bermanfaat!<br /><br /><br /> <p><strong>RUMUS PRAKTIS MENGHAFAL AL QUR’AN</strong></p><br /><br /><br /></div><div class="photo photo_none"><div class="photo_img"><a href="http://www.facebook.com/photo.php?pid=30457113&op=1&view=all&subj=227357139338&aid=-1&auser=0&oid=227357139338&id=1319452964"><img style="width: 460px;" src="http://photos-d.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs152.snc3/17945_1178105615684_1319452964_30457113_1141998_n.jpg" alt="" class=" " onload="var img = this; onloadRegister(function() { adjustImage(img); });" /></a></div></div><div class="clear_none"><br /></div><div class="photo photo_none"><div class="photo_img"><a href="http://www.facebook.com/photo.php?pid=30457114&op=1&view=all&subj=227357139338&aid=-1&auser=0&oid=227357139338&id=1319452964"><img style="width: 460px;" src="http://photos-a.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs132.snc3/17945_1178106055695_1319452964_30457114_2152916_n.jpg" alt="" class=" " onload="var img = this; onloadRegister(function() { adjustImage(img); });" /></a></div></div><div class="clear_none"><br /></div><div class="photo photo_none"><div class="photo_img"><a href="http://www.facebook.com/photo.php?pid=30457115&op=1&view=all&subj=227357139338&aid=-1&auser=0&oid=227357139338&id=1319452964"><img style="width: 460px;" src="http://photos-g.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs132.snc3/17945_1178106575708_1319452964_30457115_6357928_n.jpg" alt="" class=" " onload="var img = this; onloadRegister(function() { adjustImage(img); });" /></a></div></div><div class="clear_none"><br /><br /><br />Artikel oleh <a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/" target="_blank" rel="nofollow" onmousedown="'UntrustedLink.bootstrap($(this),"><span>http://salafiyunpad.wordpr</span><wbr><span class="word_break"></span>ess.com</a>"</div></div>Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-30207990190012662702009-12-28T10:39:00.007+08:002009-12-28T10:46:52.929+08:00Berbenah Diri Untuk Penghafal Al-Qur’an<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSASFzwEP5dn5jzk293QavwuCT7Za2Y-JDYvR0TUCRTXbi7H00QP_12lgklOQK73ipEk8taTpJEMXF7I8iPYFWE-KqLYV9qLhkTf7r3LeF_eP6R6lEKKIXe0Kx3pYDd4ewLjpffD_VAFzx/s1600-h/al-quran.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 200px; height: 137px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSASFzwEP5dn5jzk293QavwuCT7Za2Y-JDYvR0TUCRTXbi7H00QP_12lgklOQK73ipEk8taTpJEMXF7I8iPYFWE-KqLYV9qLhkTf7r3LeF_eP6R6lEKKIXe0Kx3pYDd4ewLjpffD_VAFzx/s200/al-quran.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5420112739115591186" border="0" /></a>Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjamin kemurnian Al-Qur‘ân telah memudahkan umat ini untuk menghafal dan mempelajari kitab-Nya. Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan para hamba-Nya agar membaca ayat-ayat-Nya, merenungi artinya, dan mengamalkan serta berpegang teguh dengan petunjukNya. Dia Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan hati para hamba yang shalih sebagai wadah untuk memelihara firman-Nya. Dada mereka seperti lembaran-lembaran yang menjaga ayat-ayat-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :<div style="text-align: justify;" class="clear_left"><em>Sebenarnya, Al-Qur‘ân itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zhalim</em> … (Qs al-Ankabût/29:49).<br /><p>Dahulu, para sahabat Radhiallahu’anhum yang mulia dan Salafush-Shalih, mereka berlomba-lomba menghafal Al-Qur‘ân, generasi demi generasi. Bersungguh-sungguh mendidik anak-anak mereka dalam naungan Al-Qur‘ân, baik belajar maupun menghafal disertai dengan pemantapan ilmu tajwid, dan juga <em>mentadabburi</em> yang tersirat dalam Al-Qur‘ân, (yaitu) berupa janji dan ancaman.</p><br /><p>Berikut ini adalah nasihat yang disampaikan oleh <strong>Dr. Anis Ahmad Kurzun</strong> diangkat dari risalah beliau <em>Warattilil Qur’âna Tartîla</em>, dan diterjemahkan oleh <strong>al-Akh Zakariyya al-Anshari</strong>. Pembahasan ini menyangkut metode-metode, sebagai bekal dalam meraih kemampuan untuk dapat menghafal Al-Qur‘ân secara baik</p><br />Karena, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnu Rajab al-Hanbali Rahimahullah , bahwasanya dahulu, para salaf mewasiatkan agar betul-betul memperbagus dan memperbaiki amalan (membaca dan menghafal Al-Qur‘ân, <strong>Red</strong>.). Bukan hanya sekedar memperbanyak (membaca dan menghafalnya, <strong>Red</strong>.), karena amalan yang sedikit disertai dengan memperbagus dan memantapkannya, itu lebih utama daripada amalan yang banyak tanpa disertai dengan pemantapan. Lihat Risalah <em>Syarah Hadits Syaddâd bin Aus</em>, karya Ibnu Rajab, hlm. 35.<br /><p>Mudah-mudahan dengan kedatangan bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan ini, dapat kita manfaatkan untuk meningkatkan perhatian kita kepada Al-Qur‘ân, mempelajarinya, <em>mentadabburi</em>, memperbaiki bacaan, dan menghafalnya.</p><br /><p><strong>SATU Ikhlas, Kunci Ilmu dan Pemahaman </strong></p>Jadikanlah niat dan tujuan menghafal untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan selalu ingat bahwasanya yang sedang Anda baca ialah Kalamullah. Berhati-hatilah Anda dengan faktor yang menjadi pendorong dalam menghafal, apakah untuk meraih kedudukan di tengah-tengah manusia, ataukah ingin memperoleh sebagian dari keuntungan dunia, upah dan hadiah? Allah tidak menerima sedikit pun dari amalan melainkan apabila ikhlas karena-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br /><p><br /><em>Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dan (menjalankan) agama dengan lurus.</em> (Qs al-Bayyinah/98:5).</p><br /><p><strong>DUA Menjauhi Maksiat dan Dosa </strong></p>Hati yang penuh dengan kemaksiatan dan sibuk dengan dunia, tidak ada baginya tempat cahaya al-Qur’ân. Maksiat merupakan penghalang dalam menghafal, mengulang dan mentadabburi Al-Qur‘ân. Adapun godaan-godaan setan dapat memalingkan seseorang dari mengingat Allah. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br /><p><em>Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah</em>. (Qs al-Mujâdilah/58:19).</p>‘Abdullah bin Al-Mubarâk meriwayatkan dari adh-Dhahhak bin Muzâhim, bahwasanya dia berkata;”Tidak seorang pun yang mempelajari Al-Qur`ân kemudian dia lupa, melainkan karena dosa yang telah dikerjakannya. Karena Allah berfirman Subhanahu wa Ta’ala : (Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri) –Qs asy- Syûra/42 ayat 30- . Sungguh, lupa terhadap Al-Qur`ân merupakan musibah yang paling besar.<sup>1</sup><br /><p>Ketahuilah, Imam asy-Syafi’i yang terkenal dengan kecepatannya menghafal, pada suatu hari ia mengadu kepada gurunya, Waqi‘, bahwa hafalan Al-Qur‘ânnya lambat. Maka gurunya memberikan terapi mujarab, agar ia meninggalkan maksiat dan mengosongkan hati dari segala hal yang dapat memalingkannya dari Rabb. Imam asy-Syafi’i berkata:</p><br />Saya mengadu kepada Waqi’ buruknya hafalanku,<br /><p>maka dia menasihatiku agar meninggalkan maksiat.<br /><br />Dan ia mengabarkan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya,<br /><br />dan cahaya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak diberikan kepada pelaku maksiat.</p><br /><p>Imam Ibnu Munadi berkata,”Sesungguhnya menghafal memiliki beberapa sebab (yang membantu). Di antaranya, yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tercela. Hal itu dapat terwujud, apabila seseorang mencegah diri (dari keburukan, Pent.) Pent.), menghadap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ridha, memasang telinganya, dan pikirannya bersih dari <em>ar-râin</em>.”<sup>2</sup></p>Yang dimaksud dengan <em>ar-râ‘in</em>, ialah sesuatu yang menutupi hati dari keburukan maksiat, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala<br /><br /><p><em>Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.</em> (Qs al-Muthaffifin/83:14).</p>Barang siapa menjauhkan dirinya dari kemaksiatan, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala membukakan hatinya untuk selalu mengingat-Nya, mencurahkan hidayah kepadanya dalam memahami ayat-ayat-Nya, memudahkan baginya menghafal dan mempelajari Al-Qur‘ân, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :<br /><p><em>Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.</em> (Qs al-’Ankabût/29:69).</p>Imam Ibnu Katsir Rahimahullah telah membawakan perkataan Ibnu Abi Hâtim berkaitan dengan makna ayat ini: “Orang yang melaksanakan apaapa yang ia ketahui, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberinya petunjuk terhadap apa yang tidak ia ketahui”.<sup>3</sup><br /><br /><p><strong>TIGA Memanfaatkan Masa Kanak-Kanak dan Masa Muda </strong></p><br />Saat masih kecil, hati lebih fokus karena sedikit kesibukannya. Dikisahkan dari al-Ahnaf bin Qais, bahwasanya ia mendengar seseorang berkata:<br /><p>“Belajar pada waktu kecil, bagaikan mengukir di atas batu”. Maka al-Ahnaf berkata,”Orang dewasa lebih banyak akalnya, tetapi lebih sibuk hatinya.”<sup>4</sup></p>Seharusnya siapa pun yang telah berlalu masa mudanya supaya tidak menyia-nyiakan waktu untuk menghafal. Jika ia konsentrasikan hatinya dari kesibukan dan kegundahan, niscaya ia akan mendapatkan kemudahan dalam menghafal Al-Qur‘ân, yang tidak dia dapatkan pada selain Al-Qur‘ân. Allah berfirman Subhanahu wa Ta’ala:<br /><p><em>Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur‘ân untuk pelajaran, maka adakah yang mau mengambil pelajaran?</em> (Qs al-Qomar/54:17).</p>Demikianlah di antara keistimewaan Al-Qur‘ân. Perlu Anda ketahui, tatkala manusia telah mencapai usia tua, saraf penglihatannya akan melemah. Kadangkala dia tidak mampu membaca Al-Qur‘ân yang ada di mushaf. Dengan demikian, yang pernah dihafal dalam hatinya, akan dia dapatkan sebagai perbendaharaan yang besar. Dengannya ia membaca dan bertahajjud. Tetapi jika sebelumnya ia tidak pernah menghafal Al-Qur‘ân sedikit pun, maka alangkah besar penyesalannya.<br /><br /><p><strong>EMPAT Memanfaatkan Waktu Semangat dan Ketika Luang </strong></p><br />Tidak sepantasnya bagi Anda, wahai pembaca, menghafal pada saat jenuh, lelah, atau ketika pikiran Anda sedang sibuk dalam urusan tertentu. Karena hal itu dapat mengganggu kosentrasi menghafal. Tetapi pilihlah ketika semangat dan pikiran tenang. Alangkah bagus, jika waktu menghafal (dilakukan) ba’da shalat Subuh. Saat itu merupakan sebaik-baik waktu bagi orang yang tidur segera.<br /><p><strong><br /></strong></p> <p><strong>LIMA Memilih Tempat yang Tenang</strong></p>Yaitu dengan menjauhi tempat-tempat ramai, bising. Sebab, hal itu akan mengganggu dan membuat pikiran bercabang-cabang. Maka ketika Anda sedang berada di rumah bersama anakanak, atau (sedang) di kantor, di tempat bekerja, di tengah teman-teman, jangan mencoba-coba menghafal sedangkan suara manusia di sekitar Anda. Atau di tengah jalan ketika sedang mengemudi, di tempat dagangan ketika transaksi jual beli. Ingatlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :<br /><p><em>Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya</em> … (Qs al-Ahzab/33:4).</p>Sebaik-baik tempat yang Anda pilih untuk menghafal ialah rumah-rumah Allah (masjid) agar mendapatkan pahala berlipat ganda. Atau di tempat lain yang tenang, tidak membuat pendengaran dan penglihatan Anda sibuk dengan yang ada di sekitar Anda.<br /><br /><p><strong>ENAM Kemauan dan Tekad yang Benar</strong></p><br />Kemauan yang kuat lagi benar sangat mempengaruhi dalam menguatkan hafalan, memudahkannya, dan dalam berkonsentrasi. Adapun seseorang yang menghafal karena permintaan orang tua atau gurunya tanpa didorong oleh kemauannya sendiri, ia tidak akan mampu bertahan. Suatu saat pasti akan tertimpa penyakit <em>futur</em> (penurunan semangat).<br /><p>Keinginan bisa terus bertambah dengan motivasi, menjelaskan pahala dan kedudukan para penghafal Al-Qur‘ân, orang yang selalu bersama Al-Qur‘ân, dan membersihkan jiwa yang berlomba dalam halaqah, di rumah atau di sekolah. Tekad yang benar akan menghancurkan godaan-godaan setan, dan dapat menahan jiwa yang selalu memerintahkan keburukan.</p>Imam Ibnu Rajab al-Hanbali berkata:<br /><p>Barang siapa memiliki tekad yang benar, setan pasti akan putus asa (mengganggunya). Kapan saja seorang hamba itu ragu-ragu, setan akan mengganggu dan menundanya untuk melaksanakan amalan, serta akan melemahkannya.<sup>5</sup></p><br /><p><strong>TUJUH Menggunakan Panca Indra</strong></p>Kemampuan dan kesanggupan seseorang dalam menghafal berbeda-beda. Begitu juga kekuatan hafalan seseorang dengan yang lainnya bertingkat-tingkat. Akan tetapi, memanfaatkan beberapa panca indra dapat memudahkan urusan dan menguatkan hafalan dalam ingatan.<br /><br /><p>Bersungguh-sungguhlah, wahai Pembaca, gunakanlah indra penglihatan, pendengaran dan ucapan dalam menghafal. Karena masing-masing indra tersebut memiliki sistem tersendiri yang dapat mengantarkan hafalan ke otak. Apabila metode yang digunakan itu banyak, maka hafalan menjadi semakin kuat dan kokoh.</p>Adapun caranya, yaitu Anda mulai terlebih dahulu membacanya dengan suara keras, apa yang hendak dihafalkan, sedangkan Anda melihat ke halaman yang sedang Anda baca. Dengan terus melihat dan mengulanginya sampai halaman tersebut terekam dalam memori Anda. Sertakan pendengaran Anda dalam mendengarkan bacaan, lalu merasa senang. Apalagi jika Anda membaca dengan suara senandung yang disukai oleh jiwa.<br /><p>Seseorang yang menghafal Al-Qur‘ân dengan melihat mushaf, sedangkan ia diam, atau dengan cara mendengarkan kaset murottal tanpa melihat mushaf, atau merasa cukup ketika menghafal hanya membaca dengan suara lirih, maka semua metode ini tidak mengantarnya mencapai tujuan dengan mudah.</p><br /><p>Perlu Anda ketahui, bahwasanya (dalam menghafal) manusia ada dua macam.</p><br /><ol><br /><li> Orang yang lebih banyak menghafal dengan cara mendengar daripada menghafal dengan melihat mushaf. Ingatannya ini disebut <em>Sam’iyyah</em> (pendengaran).</li><br /><li> Orang yang lebih banyak menghafal dengan cara melihat. Apabila ia membaca satu penggal ayat Al-Qur‘ân (akan) lebih bisa menghafal daripada (hanya dengan) mendengarkannya. Ingatannya ini disebut <em>Bashariyyah</em> (penglihatan).</li><br /><br /></ol><br /><p>Apabila Anda termasuk di antara mereka, maka sebelum menghafal, perbanyaklah membaca ayat dengan melihat <em>mushaf</em> dalam waktu yang lebih lama. Kemudian tutuplah <em>mushaf</em> dan tulis ayat-ayat yang baru saja Anda hafal dengan tangan. Setelah itu cocokkan yang Anda tulis dengan <em>mushaf</em>, agar Anda mengetahui mana yang salah, dan tempattempat hafalan yang lemah, sehingga Anda dapat mengulangi untuk memantapkannya.</p>Jika Anda memperhatikan bahwa Anda selalu salah dalam satu kalimat tertentu atau lupa setiap kali mengulangnya, maka tanamkan kalimat tersebut dalam memori Anda dengan membuat kalimat serupa yang Anda ketahui. Dengan demikian, Anda akan mengingat kalimat tersebut dengan kalimat yang Anda buat.<br /><p>Imam Ibnu Munadi telah menunjukkan kepada kita masalah ini dengan perkataannya: “Seorang guru hendaklah mempraktekkan metode ini kepada murid. Yaitu memerintahkannya agar mengingat nama, atau sesuatu yang dia ketahui yang serupa dengan kalimat al-Qur`ân yang ia selalu lupa, sehingga akan menjadikannya ingat, insya Allah.”<sup>6</sup></p>Kemudian beliau berdalil dengan perkataan Ali Radhiallahu’anhu kepada Abu Musa Radhiallahu’anhu : “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan agar aku memohon petunjuk dan kebenaran kepada Allah. Lalu aku mengingat kalimat (petunjuk) dengan (petunjuk jalan), dan aku mengingat (kebenaran) dengan (membetulkan busur)”.<sup>7</sup><br /><br /><p><strong><br /></strong><strong>DELAPAN Membatasi Hanya Satu Cetakan Mushaf </strong><br /></p><p>Bagi para penghafal, utamakan memilih cetakan <em>mushaf</em>, yang diawali pada tiap-tiap halamannya permulaan ayat dan diakhiri dengan akhir ayat. Ini memiliki pengaruh sangat besar dalam menanamkan bentuk halaman dalam memori (ingatan), dan mengembalikan konsentrasi terhadap halaman tersebut ketika mengulang. Jika cetakan mushaf berbeda-beda, akan menimbulkan ingatan halaman dalam otak berbeda-beda, dan akan membuyarkan hafalannya, serta tidak bisa konsentrasi.</p>Begitu pula saya wasiatkan kepada saudaraku agar bersungguh-sungguh menggunakan <em>mushaf</em> saku, atau <em>mushaf</em> yang terdiri dari beberapa bagian, sesuai dengan cetakan mushaf yang sedang Anda hafal. Ini merupakan hal yang sangat baik. Setiap kali Anda mendapatkan waktu luang dan semangat, dimana pun Anda berada, supaya segera memanfaatkan waktu tersebut untuk menghafal hafalan baru, atau mengulang hafalan lama.<br /><p><strong><br /></strong></p><p><strong>SEMBILAN Pengucapan yang Betul </strong></p><br />Setelah Anda memilih waktu, tempat yang sesuai dan membatasi hanya satu cetakan <em>mushaf</em> yang hendak Anda hafal, maka wajib bagi Anda membetulkan pengucapan dan mengoreksi kalimat-kalimat Al-Qur‘ân kepada seorang guru yang <em>mutqin</em> (ahli) sebelum mulai menghafal. Atau dengan cara mendengarkannya melalui kaset murattal seorang qari‘. Hal ini supaya Anda terjaga dari kekeliruan. Karena apabila kalimat yang telah Anda hafal itu salah, akan sulit bagi Anda membetulkannya setelah terekam dalam memori.<br /><p>Imam Ibnu Munadi berkata,”Ketahuilah, menghafal itu memiliki beberapa sebab. Di antaranya, seseorang membaca kepada orang yang lebih banyak hafalannya, karena orang yang dibacakan kepadanya lebih mengetahui kesalahan daripada orang yang membaca.”<sup>8</sup></p><br /><p>Wahai saudaraku, bersungguh-sungguhlah menghadiri majlis-majlis <em>tahfizhul-Qur‘ân</em>, bertatap muka dengan para hafizh dan guruguru yang mutqin, agar Anda terhindar dari kesalahan dan dapat menghafal dengan landasan yang kokoh.</p>Saya wasiatkan juga kepada saudaraku para pengajar Al-Qur‘ân, di masjid-masjid, di sekolah-sekolah agar bersungguh-sungguh membetulkan bacaan para murid pada ayat-ayat yang hendak mereka hafal, dan mengarahkan mereka supaya betul-betul mengoreksi kalimatkalimat Al-Qur‘ân yang sering terjadi padanya kesalahan. Begitu juga seorang guru meminta kepada para muridnya agar selalu mengulangulang hafalan kepada sesama teman untuk menjaga mereka dari kemungkinan terjadinya kesalahan.<br /><br /><p><strong><br /></strong></p><p><strong>SEPULUH Hafalan yang Saling Bersambung </strong></p>Jangan lupa, wahai saudaraku! Jadikanlah hafalan Anda saling berkaitan. Setiap kali Anda menghafal satu ayat kemudian merasa telah lancar, maka ulangilah membaca ayat tersebut dengan ayat sebelumnya. Kemudian lanjutkan menghafal ayat berikutnya sampai satu halaman dengan menggunakan metode ini.<br /><p>Disamping itu, apabila Anda telah menghafal satu halaman, maka harus membacanya kembali sebelum meneruskan ke halaman berikutnya. Begitu pula apabila hafalan Anda sudah sempurna satu surat, hendaklah menggunakan metode tadi, agar rangkaian ayatayat itu dapat teringat dalam memori Anda. Sungguh, jika tidak menggunakan metode ini, membuat hafalan Anda tidak terikat. Dan ketika menyetor hafalan, Anda akan membutuhkan seorang guru yag selalu mengingatkan permulaan tiap-tiap ayat. Begitu juga akan membuat Anda mengalami kesulitan ketika <em>muraja‘ah</em> hafalan.</p><br /><p><strong>SEBELAS Memahami Makna Ayat</strong></p>Di antara yang dapat membantu Anda menggabungkan ayat dan mudah dalam menghafal, yaitu terus-menerus meruju‘ kepada kitab-kitab tafsir yang ringkas, sehingga Anda memahami makna ayat meskipun global. Atau paling tidak, Anda menggunakan kitab <em>Kalimatul Qura’ni Tafsiiru wa Bayan</em> karya Syaikh Hasanain Muhammad Makhlûf. Dengan mengetahui makna-makna kalimat, dapat membantu Anda memahami makna ayat secara global.<br /><p><strong><br /></strong></p><p><strong>DUA BELAS Hafalan yang Mantap </strong></p><br />Sebagian pemuda membaca penggalan ayat, dua sampai tiga kali saja. Lalu menyangka bahwa ia telah hafal. Lantas pindah ke penggalan ayat berikutnya karena ingin tergesagesa disebabkan waktunya sempit, atau karena persaingan di antara temannya, atau disebabkan desakan seorang guru kepadanya. Perbuatan ini, sama sekali tidak benar dan tidak bermanfaat. Sedikit tetapi terus-menerus itu lebih baik, daripada banyak tetapi tidak berkesinambungan. Hafalan yang tergesa-gesa mengakibatkan cepat lupa.<br /><p>Fakta ini tersebar di kalangan para penghafal. Penyebabnya, kadangkala seseorang merasa puas dan tertipu terhadap dirinya ketika hanya mencukupkan membaca penggalan ayat beberapa kali saja. Apabila ia merasa penggalan ayat tadi sudah masuk dalam ingatannya, maka ia beralih ke ayat berikutnya. Dia menyangka, semacam ini sudah cukup baginya.</p><br /><p>Faktor yang mendukung fakta ini, karena sebagian pengampu hafalan mengabaikan persoalan ini ketika penyetoran hafalan. Padahal semestinya, seorang penghafal tidak boleh berhenti menghafal dan mengulang dengan anggapan bahwa ia telah hafal ayat-ayat tersebut. Bahkan ia harus memantapkan hafalannya secara terus-menerus mengulang ayat-ayat yang dihafalnya. Karena setiap kali mengulang kembali, akan lebih memperbagus hafalannya, dan meringankan bebannya ketika muraja‘ah.</p><br /><p><strong>TIGA BELAS Terus-Menerus Membaca </strong></p>Tetaplah terus membaca Al-Qur‘ân setiap kali Anda mendapatkan kesempatan. Karena banyak membaca, dapat memudahkan menghafal dan membuat hafalan menjadi bagus. Banyak membaca termasuk metode paling utama dalam <em>muraja‘ah</em>.<br /><p>Cobalah Anda perhatikan, sebagian surat dan ayat yang sering Anda baca dan dengar, maka ketika menghafalnya, Anda tidak perlu bersusah payah. Sehingga apabila seseorang telah sampai hafalannya pada ayat-ayat tersebut, maka dengan mudah ia akan menghafalnya. Contohnya surat al-Wâqi‘âh, al-Mulk, akhir surat al-Furqân, apalagi <em>juz ‘amma</em> dan beberapa ayat terakhir dari surat al-Baqarah.</p><br /><br /><p>(Dengan sering membaca), dapat dibedakan antara seorang murid (yang satu) dengan murid lainnya. Barang siapa yang memiliki kebiasaan setiap harinya selalu membaca dan memiliki target tertentu yang ia baca, maka menghafal baginya (menjadi) mudah dan ringan. Hal ini dapat dibuktikan dalam banyak keadaan. Ayat mana saja yang ingin dihafal, hampir-hampir sebelumnya seperti sudah dihafal. Akan tetapi yang sedikit membaca dan tidak membuat target tertentu setiap harinya untuk dibaca, ia akan mendapatkan kesulitan yang besar ketika menghafal.</p><br /><p>Perlu diketahui, wahai saudaraku! Membaca Al-Qur‘ân termasuk ibadah paling utama dan mendekatkan diri kepada Allah. Setiap huruf yang Anda baca mendapatkan satu kebaikan, dan kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Sama halnya dengan banyak membaca surat-surat yang telah dihafal, ia dapat menambah kemantapan hafalan dan tertanamnya dalam memori. Khususnya pada waktu shalat, maka bersungguh-sungguhlah Anda melakukan muraja‘ah yang telah dihafal dengan membacanya ketika shalat. Ingatlah, qiyamullail (bangun malam) dan ketika shalat tahajjud beberapa raka’at, Anda membaca ayat-ayat yang Anda hafal merupakan pintu paling agung di antara pintu-pintu ketaatan, dan membuat orang lain yang sulit menghafal menjadi iri terhadap apa yang Anda hafal.</p><br /><p>Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah membimbing kita kepada metode ini, yang merupakan kebiasaan orangorang shalih, supaya hafalan Al-Qur‘ân kita menjadi kuat melekat, dan selamat dari penyakit lupa. Dari Sahabat ‘Abdullâh bin ‘Umar Radhiallahu’anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</p><br /><p><br /></p><p><em>Dan apabila shahibil-Qur‘ân (penghafal Al-Qur‘ân) menghidupkan malamnya, lalu membaca Al-Qur‘ân pada malam dan sianganya, niscaya ia akan ingat. Dan apabila dia tidak bangun, maka niscaya dia akan lupa.</em> (HR Muslim).</p><br /><p><strong>EMPAT BELAS Menghafal Sendiri </strong></p>Sedikit Manfaatnya Karena kebiasaan manusia itu menundanunda amalan. Setiap kali terlintas dalam pikirannya bahwa ia harus segera menghafal, datang kepadanya kesibukan-kesibukan dan jiwa yang mendorongnya untuk menunda amalan. Akibatnya membuat tekadnya cepat melemah. Adapun menghafal bersama seorang teman atau lebih, mereka akan membuat langkah-langkah tertentu. Masing-masing saling menguatkan antara yang satu dengan lainnya, sehingga menumbuhkan saling berlomba di antara mereka, serta memberi teguran kepada yang meremehkan. Inilah metode yang dapat mengantarkan kepada tujuan, Insya Allah.<br /><p>Cobalah perhatikan, betapa banyak pemuda telah menghafal sekian juz di halaqah <em>tahfizhul- Qur’ân</em> di masjid, kemudian mereka disibukkan dari menghadiri halaqah ini. Mereka menyangka akan (mampu) menyempurnakan hafalan sendirian saja, dan tidak membutuhkan halaqah lagi. Tiba-tiba keinginan itu menjadi lemah lalu )ia pun) berhenti menghafal. Yang lebih parah lagi, orang yang seperti mereka kadang-kadang disibukkan oleh berbagai urusan dan pekerjaan. Kemudian mereka tidak mengulang hafalan yang telah dihafalnya. Hari pun berlalu, sedangkan semua hafalan mereka telah lupa. Mereka telah menyia-nyiakan semua yang telah mereka peroleh.</p><br /><br /><p>Menghafal sendiri bisa membuka peluang pada diri seseorang terjerumus ke dalam kesalahan saat ia mengucapkan sebagian kalimat. Tanpa ia sadari, kesalahan itu terkadang terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama. Tatkala ia memperdengarkan hafalannya kepada orang lain atau kepada seorang ustadz di halaqah, maka kesalahannya akan nampak.</p><br /><p>Oleh karena itu, wahai saudaraku! Pilihlah menghafal bersama mereka apa yang mudah bagi Anda untuk menghafalnya dari Kitabullâh, mengulang hafalan Anda bersama mereka. Ini merupakan sebaik-baik perkumpulan orangorang yang saling mencintai karena Allah Subhanallahu wa Ta’ala.</p><br /><p><strong>LIMA BELAS Teliti Terhadap Ayat-Ayat Mutasyabihat </strong></p>Sangat penting untuk memperhatikan ayat-ayat <em>mutasyabih</em> (serupa) di sebagian lafazh-lafazhnya, dan membandingkan ayat-ayat mutasyabih itu di tempat-tempat (lainnya). Ketika Anda menghafalnya, alangkah baik jika ayat-ayat <em>mutasyabih</em> itu disalin di buku yang khusus. Supaya letak ayat-ayat mutasyabih itu dapat Anda ingat ketika mengulangi membacanya.<br /><p>Dapat dilihat pada sebagian penghafal yang tidak memperhatikan letak ayat-ayat mutasyabih yang satu dengan lainnya. Sehingga mereka terjatuh dalam kesalahan ketika menyetor hafalan, disebabkan tidak memperhatikan letak ayat-ayat mutasyabih itu. Dalam hal ini, suatu ayat tertentu membuat mereka menjadi ragu dikarenakan menyerupai dengan ayat pada surat lain. Ketika membaca ayat-ayat tersebut, ternyata berpindah ke surat berikutnya tanpa mereka sadari. Bisa jadi ketika menyetor hafalan, kadangkala berpindah ke ayat mutasyabih yang ketiga atau keempat apabila ayat mutasyabih itu ada di beberapa tempat. Oleh karena itu, metode yang paling baik agar hafalan menjadi mantap, yaitu memusatkan perhatian terhadap ayat-ayat yang sama antara satu dengan lainnya. Curahkan kesungguhan dan fokuskan diri Anda dalam mencermatinya.</p>Para ulama telah menyusun berbagai kitab dalam masalah ini. Di antara kitab yang paling bagus. ialah kitab<em> Mutasyabihul Quranil ‘Azhim </em> karya Imam Abi al-Hasan bin al-Munadi wafat pada tahun 366 H, dan kitab <em>Asraru Tikrari fil Quran</em> karya seorang <em>qari‘</em> handal, Muhammad bin Hamzah al-Karmani, seorang ulama abad kelima Hijriyah. Sebagian ulama juga menyusun <em>Mandzumah Syi’riyyah</em> (susunan bait-bait sya’ir) dalam masalah ini, untuk memudahkan para penuntut ilmu menghafalnya. Di antaranya, kitab <em>Nudzhmu Mutasyabihil Quran</em> karya Syaikh Muhammad at-Tisyiti, (ia) termasuk ulama abad kesebelas Hijriyah.<br />Imam Ibnu Munadi dalam menjelaskan pentingnya mengetahui letak (tempat-tempat) ayat-ayat Al-Qur‘ân yang mutasyabih, (beliau) berkata: “Mengetahui tempat-tempat ayat-ayat mutasyabih, sesungguhnya dapat membantu menambah kekuatan hafalan seseorang, dan melatih orang yang masih menghafal. Sebagian ahli qiraat telah membukukan hal ini, lalu menyebutnya dengan al-mutasyabih, penolak dari buruknya hafalan”.<sup>9</sup><br /><p>Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah, wahai saudaraku dengan wasiat dan bimbingan ini. Segeralah menghafal Kitabullâh, merenungi ayat-ayatnya, dan berpegang teguh dengan petunjuknya, sebab Kitabullâh merupakan cahaya yang nyata dan jalan yang lurus. Allah berfirman Subhanahu wa Ta’ala :</p><em>Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seidzin- Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.</em> (Qs al-Mâidah/5:15-16).<br /><p><sup>(1)</sup> <em>Fadha‘ilul-Qur‘ân</em>, karya Ibnu Katsir, hlm. 147.<br /><br /><sup>(2)</sup> <em>Mutasyabihul- Qur‘ânil-’Azhim</em>, karya Imam Ibnu Munadi, hlm. 25.<br /><br /><br /><sup>(3)</sup> Tafsir Ibnu Katsir (3/432).<br /><br /><sup>(4)</sup> <em>Adabud-Du-nya wad-Dîn</em>, karya al Mawardi, hlm. 57.<br /><br /><sup>(5)</sup> Risalah Syarah Hadits <em>Syaddâd bin Aus</em>, karya Imam Ibnu Rajab, hlm. 37.<br /><br /><sup>(6)</sup> <em>Mutasyabihul- Qur‘ânil-Azhim</em>, karya Ibnu Munadi, hlm. 56, secara ringkas.<br /><br /><br /><sup>(7)</sup> <em>Mutasyabihul- Qur‘ânil-Azhim</em>, hlm. 55, dan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab <em>Shahîhnya</em>, no. 2725.<br /><br /><sup>(8)</sup> <em>Mutasyabihul- Qur‘ânil-Azhim</em>, hlm. 25.<br /><br /><sup>(9)</sup> <em><span>Mutasyabihul-Qur‘ânil-Azhi</span><wbr><span class="word_break"></span>m</em>, hlm. 59, secara ringkas.</p><br /><br /><p><strong>Majalah As-sunnah Edisi Ramadhan (06-07)/Tahun XI/1428H/2</strong></p><br /><p><strong>Sumber:</strong><a href="http://bukhari.or.id/" target="_blank" rel="nofollow" onmousedown="'UntrustedLink.bootstrap($(this),">http://bukhari.or.id</a>"</p></div>Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-29299161274251733142009-12-25T13:57:00.003+08:002009-12-25T14:03:31.024+08:00Surat Cinta Dari Manusia Yang Malamnya Penuh CintaCopas Dari Note Ummu 'Abdirrahman Al-Makassariyah (FB)<br /><br />Kami tujukan kepada :<br /><br />Insan yang tersia-sia malamnya<br />Assalamu'alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjf6R7TUXNlzOu9dbMMTm9DdLtL_iB_qkZqLxJIPUx2iz_DzCSRwMgLN9-JC0nV7u6XGni9d2lSDDNTJOs1fZpuf5L4mPzvx_hDKeU01EZe3l7-HzEqIe0TWQQ3BYBBRW9Ax8gZLGhAUDK7/s1600-h/bintang.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 126px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjf6R7TUXNlzOu9dbMMTm9DdLtL_iB_qkZqLxJIPUx2iz_DzCSRwMgLN9-JC0nV7u6XGni9d2lSDDNTJOs1fZpuf5L4mPzvx_hDKeU01EZe3l7-HzEqIe0TWQQ3BYBBRW9Ax8gZLGhAUDK7/s200/bintang.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5419050023666489218" border="0" /></a>Wahai orang-orang yang terpejam matanya,<br />Perkenankanlah kami, manusia-manusia malam menuliskan sebuah surat cinta kepadamu. Seperti halnya cinta kami pada waktu malam-malam yang kami rajut di sepertiga terakhir. Atau seperti cinta kami pada keagungan dan rahasianya yang penuh pesona. Kami tahu dirimu bersusah payah lepas tengah hari berharap intan dan mutiara dunia.<br />Namun kami tak perlu bersusah payah, sebab malam-malam kami berhiaskan intan dan mutiara dari surga.<br /><br />Wahai orang-orang yang terlelap,<br />Sungguh nikmat malam-malammu. Gelapnya yang pekat membuat matamu tak mampu melihat energi cahaya yang tersembunyi di baliknya. Sunyi senyapnya membuat dirimu hanyut tak menghiraukan seruan cinta. Dinginnya yang merasuk semakin membuat dirimu terlena,menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya. Aduhai kau sangat menikmatinya.<br /><br />Wahai orang-orang yang terlena,<br />Ketahuilah, kami tidak seperti dirimu !! Yang setiap malam terpejam matanya, yang terlelap pulas tak terkira. Atau yang terlena oleh suasananya yang begitu menggoda. Kami tidak seperti dirimu !! Kami adalah para perindu kamar di surga. Tak pernahkah kau dengar Sang Insan Kamil, Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya di surga itu ada kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka yang memberi makan orang-orang yang memerlukannya, menyebarkan salam serta mendirikan sholat pada saat manusia terlelap dalam tidur malam." Sudahkah kau dengar tadi ? Ya, sebuah kamar yang menakjubkan untuk kami dan orang-orang yang mendirikan sholat pada saat manusia-manusia yang lain tertutup mata dan hatinya.<br /><br />Wahai orang-orang yang keluarganya hampa cinta,<br />Kau pasti pernah mendengar namaku disebut. Aku Abu Hurairah, Periwayat Hadist. Kerinduanku akan sepertiga malam adalah hal yang tak terperi. Penghujung malam adalah kenikmatanku terbesar. Tapi tahukah kau ? Kenikmatan itu tidak serta merta kukecap sendiri.<br />Kubagi malam-malamku yang penuh syahdu itu menjadi tiga. Satu untukku, satu untuk istriku tercinta dan satu lagi untuk pelayan yang aku kasihi. Jika salah satu dari kami selesai mendirikan sholat, maka kami bersegera membangunkan yang lain untuk menikmati bagiannya. Subhanallah, tak tergerakkah dirimu ? Pedulikah kau pada keluargamu ? Adakah kebaikan yang kau inginkan dari mereka ? Sekedar untuk membangunkan orang-orang yang paling dekat denganmu, keluargamu ?<br />Lain lagi dengan aku, Nuruddin Mahmud Zanki. Sejarah mencatatku sebagai Sang Penakluk kesombongan pasukan salib. Suatu kali seorang ulama tersohor Ibnu Katsir mengomentari diriku, katanya, " Nuruddin itu kecanduan sholat malam, banyak berpuasa dan berjihad dengan<br />akidah yang benar." Kemenangan demi kemenangan aku raih bersama pasukanku. Bahkan pasukan musuh itu terlibat dalam sebuah perbincangan seru. Kata mereka, " Nuruddin Mahmud Zanki menang bukan karena pasukannya yang banyak. Tetapi lebih karena dia mempunyai rahasia bersama Tuhan". Aku tersenyum, mereka memang benar. Kemenangan yang kuraih adalah karena do'a dan sholat-sholat malamku yang penuh kekhusyu'an.<br /><br />Tahukah kau dengan orang yang selalu setia mendampingiku ? Dialah Istriku tercinta, Khotun binti Atabik. Dia adalah istri shalehah di mataku, terlebih di mata Alloh. Malam-malam kami adalah malam penuh kemesraan dalam bingkai Tuhan. Gemerisik dedaunan dan desahan angin<br />seakan menjadi pernak-pernik kami saat mendung di mata kami jatuh berderai dalam sujud kami yang panjang.<br /><br />Kuceritakan padamu suatu hari ada kejadian yang membuat belahan jiwaku itu tampak murung. Kutanyakan padanya apa gerangan yang membuatnya resah. Ya Allah, ternyata dia tertidur, tidak bangun pada malam itu, sehingga kehilangan kesempatan untuk beribadah. Astaghfirulloh, aku menyesal telah membuat dia kecewa. Segera setelah peristiwa itu kubayar saja penyesalanku dengan mengangkat seorang pegawai khusus untuknya. Pegawai itu kuperintahkan untuk menabuh genderang agar kami terbangun di sepertiga malamnya.<br /><br />Wahai orang-orang yang terbuai,<br />Kau pasti mengenalku dalam kisah pembebasan Al Aqso, rumah Allah yang diberkati. Akulah pengukir tinta emas itu, seorang Panglima Perang, Sholahuddin Al-Ayyubi. Orang-orang yang hidup di zamanku mengenalku tak lebih dari seorang Panglima yang selalu menjaga sholat berjama'ah. Kesenanganku adalah mendengarkan bacaan Alqur'an yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalah saat yang paling kutunggu. Saat-saat dimana aku bercengkerama dengan Tuhanku. Sedangkan siang hariku adalah perjuangan-perjuangan nyata, pengejawantahan cintaku pada-Nya.<br /><br />Wahai orang-orang yang masih saja terlena,<br />Pernahkah kau mendengar kisah penaklukan Konstantinopel ? Akulah orang dibalik penaklukan itu, Sultan Muhammad Al Fatih. Aku sangat lihai dalam memimpin bala tentaraku. Namun tahukah kau bahwa sehari sebelum penaklukan itu, aku telah memerintahkan kepada pasukanku untuk berpuasa pada siang harinya. Dan saat malam tiba, kami laksanakan sholat malam dan munajat penuh harap akan pertolongan-Nya.Jika Allah memberikan kematian kepada kami pada siang hari disaat kami berjuang, maka kesyahidan itulah harapan kami terbesar. Biarlah siang hari kami berada di ujung kematian, namun sebelum itu, di ujung malamnya Alloh temukan kami berada dalam kehidupan. Kehidupan dengan menghidupi malam kami.<br /><br />Wahai orang-orang yang gelap mata dan hatinya,<br />Pernahkah kau dengar kisah Penduduk Basrah yang kekeringan ? Mereka sangat merindukan air yang keluar dari celah-celah awan. Sebab terik matahari terasa sangat menyengat, padang pasir pun semakin kering dan tandus. Suatu hari mereka sepakat untuk mengadakan Sholat Istisqo yang langsung dipimpin oleh seorang ulama di masa itu. Ada wajah-wajah besar yang turut serta di sana, Malik bin Dinar, Atho' As-Sulami, Tsabit Al-Bunani. Sholat dimulai, dua rakaat pun usai. Harapan terbesar mereka adalah hujan-hujan yang penuh berkah.<br /><br />Namun waktu terus beranjak siang, matahari kian meninggi, tak ada tanda-tanda hujan akan turun. Mendung tak datang, langit membisu, tetap cerah dan biru. Dalam hati mereka bertanya-tanya, adakah dosa-dosa yang kami lakukan sehingga air hujan itu tertahan di langit ? Padahal kami semua adalah orang-orang terbaik di negeri ini ?<br /><br />Sholat demi sholat Istisqo didirikan, namun hujan tak kunjung datang. Hingga suatu malam, Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani terjaga di sebuah masjid. Saat malam itulah, aku, Maimun, seorang pelayan, berwajah kuyu, berkulit hitam dan berpakaian usang, datang ke masjid itu. Langkahku menuju mihrab, kuniatkan untuk sholat Istisqo sendirian, dua orang terpandang itu mengamati gerak gerikku.<br />Setelah sholat, dengan penuh kekhusyu'an kutengadahkan tanganku ke langit, seraya berdo'a :<br />"Tuhanku, betapa banyak hamba-hamba-Mu yang berkali-kali datang kepada-Mu memohon sesuatu yang sebenarnya tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan-Mu. Apakah ini karena apa yang ada pada-Mu sudah habis ? Ataukah perbendaharaan kekuasaan-Mu telah hilang Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengan kecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberi kami hujan secepatnya."<br />Lalu apa gerangan yang terjadi ? Angin langsung datang bergemuruh dengan cepat, mendung tebal di atas langit. Langit seakan runtuh mendengar do'a seorang pelayan ini. Do'aku dikabulkan oleh Tuhan, hujan turun dengan derasnya, membasahi bumi yang tandus yang sudah lama merindukannya.<br />Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani pun terheran-heran dan kau pasti juga heran bukan ? Aku, seorang budak miskin harta, yang hitam pekat, mungkin lebih pekat dari malam-malam yang kulalui. Hanya manusia biasa, tapi aku menjadi sangat luar biasa karena doaku yang<br />makbul dan malam-malam yang kupenuhi dengan tangisan dan taqarrub pada-Nya.<br /><br />Wahai orang-orang yang masih saja terpejam,<br />Penghujung malam adalah detik-detik termahal bagiku, Imam Nawawi. Suatu hari muridku menanyakan kepadaku, bagaimana aku bisa menciptakan berbagai karya yang banyak ? Kapan aku beristirahat, bagaimana aku mengatur tidurku ? Lalu kujelaskan padanya, "Jika aku<br />mengantuk, maka aku hentikan sholatku dan aku bersandar pada buku-bukuku sejenak.<br />Selang beberapa waktu jika telah segar kembali, aku lanjutkan ibadahku."<br />Aku tahu kau pasti berpikir bahwa hal ini sangat sulit dijangkau oleh akal sehatmu. Tapi lihatlah, aku telah melakukannya, dan sekarang kau bisa menikmati karya-karyaku.<br /><br />Wahai orang-orang yang tergoda,<br />Begitu kuatkah syetan mengikat tengkuk lehermu saat kau tertidur pulas ? Ya, sangat kuat, tiga ikatan di tengkuk lehermu !! Dia lalu menepuk setiap ikatan itu sambil berkata, "Hai manusia, Engkau masih punya malam panjang, karena itu tidurlah !!".<br /><br />Hei, Sadarlah, sadarlah, jangan kau dengarkan dia, itu tipu muslihatnya ! Syetan itu berbohong kepadamu. Maka bangunlah, bangkitlah, kerahkan kekuatanmu untuk menangkal godaannya. Sebutlah nama Alloh, maka akan lepas ikatan yang pertama. Kemudian, berwudhulah, maka akan lepas ikatan yang kedua. Dan yang terakhir, sholatlah, sholat seperti kami, maka akan lepaslah semua ikatan- ikatan itu.<br /><br />Wahai orang-orang yang masih terlelap,<br />Masihkah kau menikmati malam-malammu dengan kepulasan ? Masihkah ? Adakah tergerak hatimu untuk bangkit, bersegera, mendekat kepada-Nya,bercengkerama dengan-Nya, memohon keampunan-Nya, meski hanya 2 rakaat ? Tidakkah kau tahu, bahwa Alloh turun ke langit bumi pada 1/3 malam yang pertama telah berlalu. Tidakkah kau tahu, bahwa Dia berkata, "Akulah Raja, Akulah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Kuberi, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku ampuni. Dia terus berkata demikian, hingga fajar merekah.<br /><br />Wahai orang-orang yang terbujuk rayu dunia,<br />Bagi kami, manusia-manusia malam, dunia ini sungguh tak ada artinya. Malamlah yang memberi kami kehidupan sesungguhnya. Sebab malam bagi kami adalah malam-malam yang penuh cinta, sarat makna. Masihkah kau terlelap ? Apakah kau menginginkan kehidupan sesungguhnya ? Maka ikutilah jejak kami, manusia-manusia malam. Kelak kau akan temukan cahaya di sana, di waktu sepertiga malam. Namun jika kau masih ingin terlelap, menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik<br />selimutmu yang demikian hangatnya, maka surat cinta kami ini sungguh tak berarti apa-apa bagimu.<br /><br />Semoga Allah mempertemukan kita di sana, di surga-Nya, mendapati dirimu dan diri kami dalam kamar-kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Semoga...<br />Wassalamu'alaikum warahmatulloohi wabarokaatuh<br />(Manusia-Manusia Malam)<br /><br />Sumber : muslim sourcesMira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-72410811209236235912009-12-25T12:14:00.001+08:002009-12-25T12:16:45.720+08:00HUKUM PERAYAAN MENYAMBUT TAHUN BARU MASEHI<b>HUKUM PERAYAAN MENYAMBUT TAHUN BARU MASEHI </b><br /><br />Oleh : Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Buhuts Al-Ilmiah wal Ifta<br /><br /><b>Pertanyaan.</b><br />Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Buhuts Al-Ilmiah wal Ifta ditanya :<br />[1]. Pada beberapa hari belakangan ini, kami menyaksikan betapa gencarnya liputan mass-media mass-media (cetak maupun elektronik) dalam rangka menyambut datangnya tahun 2000M dan permulaan Milenium Ketiga seputar kejadian-kejadian dan prosesi-prosesinya. Terlihat bahwa orang-orang kafir dari kalangan yahudi dan nashrani serta selain mereka begitu suka cita menggantungkan harapan-harapan dengan adanya hal itu.<br /><br />Pertanyaannya, wahai Syaikh yang mulia. Sesungguhnya sebagian mereka yang menisbatkan diri sebagai orang Islam telah juga menunjukkan perhatiannya terhadap hal ini dan menganggapnya sebagai momentum bahagia sehingga mengaitkan hal itu dengan pernikahan, pekerjaan mereka atau memajang/menempelkan pengumuman tentang hal itu di altar-altar perdagangan atau perusahaan mereka dan lain sebagainya yang menimbulkan dampak negatif bagi seorang Muslim.<br /><br />Dalam hal ini, apakah hukum mengangungkan momentum seperti itu dan menyambutnya serta saling mengucapkan selamat karenanya, baik secara lisan, melalui kartu khusus yang dicetak dan lain sebagainya, menurut syari'at Islam ? Semoga Allah memberikan ganjaran pahala kepada anda atas amal shalih terhadap Islam dan kaum Muslimin dengan sebaik-baik ganjaran.<br /><br />[2]. Dalam versi pertanyaan yang lain : Orang-orang yahudi dan nashrani bersiap-siap untuk menyambut datang tahun baru 2000 Masehi berdasarkan sejarah mereka dalam bentuk yang tidak lazim demi mempromosikan program-program serta keyakinan-keyakinan mereka di seluruh dunia, khususnya di negeri-negeri Islam.<br /><br />Sebagian kaum Muslimin telah terpengaruh dengan promosi ini sehingga mereka nampak mempersiapkan segala sesuatunya untuk hal itu, dan di antara mereka ada yang mengumumkan potongan harga (diskon) atas barang dagangannnya spesial buat momentum ini. Kiranya, dikhawatirkan kelak hal ini berkembang menjadi aqidah kaum Muslimin di dalam ber-wala' (loyal) terhadap orang-orang non Muslim.<br /><br />Kami berharap mendapatkan penjelasan anda seputar hukum keikutsertaan kaum Muslimin dalam momentum-momentum kaum kafir, mempromosikan hal itu dan menyambutnya. Demikian juga hukum menon-aktifkan kegiatan kerja oleh sebagian lembaga dari perusahaan berkenaan dengan hal itu.<br /><br />Apakah melakukan sesuatu dari hal-hal tersebut dan semisalnya atau rela terhadapnya mempengaruhi aqidah seorang Muslim ?<br /><br /><b>Jawaban.</b><br />Sesungguhnya nikmat yang paling besar yang dianugrahkan oleh Allah kepada para hambaNya adalah nikmat Islam dan hidayah kepada jalanNya yang lurus. Di antara rahmatNya pula, Allah Ta'ala mewajibkan kepada para hambaNya, kaum Mukminin, agar memohon hidayahNya di dalam shalat-shalat mereka. Mereka memohon kepadaNya agar mendapatkan hidayah ke jalan yang lurus dan mantap di atasnya. Dalam hal ini, Allah Ta'ala telah memberikan spesifikasi jalan (shirath) ini sebagai jalan para Nabi, Ash-Shiddiqin, Syuhada dan orang-orang shalih yang Dia anugrahkan nikmatNya kepada mereka. Jadi, bukan jalan orang-orang yahudi, nashrani dan seluruh orang-orang kafir dan musyrik yang menyimpang darinya.<br /><br />Bila hal ini sudah diketahui, maka adalah wajib bagi seorang Muslim untuk mengenal kadar nikmat Allah kepadanya sehingga dengan itu, dia mau bersyukur kepadaNya melalui ucapan, perbuatan dan keyakinan. Dalam pada itu, dia juga akan menjaga nikmat ini dan membentenginya serta melakukan sebab-sebab yang dapat menjaga hilangnnya nikmat tersebut.<br /><br />Bagi orang yang diberikan bashiroh (pemahaman mendalam) terhadap Dienullah di saat kondisi dunia dewasa ini yang diselimuti oleh pencampuradukan antara al-haq dan kebatilan pada kebanyakan orang, dia akan mengetahui dengan jelas upaya keras yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam untuk menghapus kebenarannya dan memadamkan cahayanya, upaya menjauhkan kaum Muslimin darinya serta memutuskan kontak mereka dengannya melalui berbagai sarana yang memungkinkan. Belum lagi, upaya memperburuk citra Islam dan melabelkan tuhudan dan kebohongan-kebohongan terhadanya guna menghadang seluruh manusia dari jalan Allah dan dari beriman kepada wahyu yang diturunkan kepada RasulNya, Muhammad bin Abdullah. Pembenaran statement ini dibuktikan oleh firman-firman Allah Ta'ala.<br /><br />"Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kami beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran" [Al-Baqarah : 109]<br /><br />"Segolongan dari ahli kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya" [Ali-Imran : 69]<br /><br />"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi" [Ali-Imran : 149]<br /><br />"Katakanlah, Hai ahli kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan, "Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan" [Ali Imran : 99]<br /><br />Dan ayat-ayat lainnya. Akan tetapi meskipun demikian, Allah Ta'ala telah berjanji untuk mejaga dienNya dan kitabNya, dalam firmanNya.<br /><br />"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya" [Al-Hijr : 9]<br /><br />Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak.<br /><br />Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberitakan bahwa akan selalu muncul suatu golongan dari umatnya yang berjalan di atas al-haq, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka ataupun menentang mereka hingga terjadi hari Kiamat. Segala puji bagi Allah pujian yang banyak dan kita memohon kepadaNya Yang Maha Dekat dan Mengabulkan Permohonan agar menjadikan kita dan saudara-saudara kita kaum Muslimin termasuk dari golongan tersebut, sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia.<br /><br />Dengan ini, Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Ilmiah wal Ifta setelah mendengar dan melihat adanya penyambutan yang demikian meriah dan perhatian yang serius dan beberapa golongan orang-orang yahudi dan nashrani serta orang-orang yang menisbatkan diri kepada Islam yang terpengaruh oleh mereka berkenaan dengan telah berakhirnya momentum tahun 2000 dan menyongsong Milenium Ketiga menurut Kalender Masehi, maka suka tidak suka, Lajnah Daimah Lil Buhuts Ilmiah wal Ifta wajib memberikan nasehat dan penjelasan kepada seluruh kaum Muslimin tentang hakikat momentum ini serta hukum syariat yang suci ini terhadapnya sehingga kaum Muslimin memahami dengan baik dien mereka dan berhati-hati. Dengan demikian, tidak terjerumus ke dalam kesesatan-kesesatan orang-orang yahudi yang dimurkai dan orang-orang nashrani yang sesat.<br /><br />Karenanya, kami menyatakan.<br /><br /><b>Pertama.</b><br />Sesungguhnya orang-orang yahudi dan nashrani menggantungkan kejadian-kejadian, keluh-kesah dan harapan-harapan mereka kepada momentum Milenium ini dengan begitu yakin akan terealisasinya hal itu atau paling tidak, hampir demikian karena menurut anggapan mereka hal ini sudah melalui proses kajian dan penelitian. Demikian pula, mereka mengait-ngaitkan sebagian permasalahan aqidah mereka dengan momentum ini dengan anggapan bahwa hal itu berasal dari ajaran kitab-kitab mereka yang sudah dirubah. Jadi, adalah wajib bagi seorang Muslim untuk tidak menoleh kepada hal itu dan tergoda olehnya bahkan semestinya merasa cukup dengan Kitab Rabbnya Ta'ala dan Sunnah Nabinya Shallallahu 'alaihi wa sallam dan tidak memerlukan lagi selain keduanya. Sedangkan teori-teori dan pendapat-pendapat yang bertentangan dengan keduanya, ia tidak lebih hanya sekedar berupa ilusi belaka.<br /><br /><b>Kedua.</b><br />Momentum ini dan semisalnya tidak luput dari pencampuradukan antara al-haq dan kebatilan, propaganda kepada kekufuran, kesesatan, permisivisme (serba boleh) dan atheisme serta pemunculan sesuatu yang menurut syari'at adalah sesuatu yang mungkar. Di antara hal itu adalah propaganda kepada penyatuan agama-agama (pluralisme), penyamaan Islam dengan aliran-aliran dan sekte-sekte sesat lainnya, penyucian terhadap salib dan penampakan syi'ar-syi'ar kekufuran yang dilakukan oleh orang-orang nashrani dan yahudi serta perbuatan-pebuatan dan ucapan-ucapan semisal itu yang mengandung beberapa hal ; bisa jadi, pernyataan bahwa syari'at nashrani dan yahudi yang sudah diganti dan dihapus tersebut dapat menyampaikan kepada Allah. Bisa jadi pula, berupa anggapan baik terhadap sebagian dari ajaran kedua agama tersebut yang bertentangan dengan dien al-Islam. Atau hal selain itu yang merupakan bentuk kekufuran kepada Allah dan RasulNya, kepada Islam dan ijma' umat ini. Belum lagi, hal itu adalah sebagai salah satu sarana westernisasi kaum Muslimin dari ajaran-ajaran agama mereka.<br /><br /><br /><b>Ketiga</b><br />Banyak sekali dalil-dalil dari Kitabullah, as-Sunnah dan atsar-atsar yang shahih yang melarang untuk menyerupai orang-orang kafir di dalam hal yang menjadi ciri dan kekhususan mereka. Di antara hal itu adalah menyerupai mereka dalam perayaan hari-hari besar dan pesta-pesta mereka. Hari besar ('Ied) maknanya (secara terminologis) adalah sebutan bagi sesuatu, termasuk didalamnya setiap hari yang datang kembali dan terulang, yang diagung-agungkan oleh orang-orang kafir. Atau sebutan bagi tempat orang-orang kafir dalam menyelenggarakan perkumpulan keagamaan. Jadi, setiap perbuatan yang mereka ada-adakan di tempat-tempat atau waktu-waktu seperti ini maka itu termasuk hari besar ('Ied) mereka. Karenanya, larangannya bukan hanya terhadap hari-hari besar yang khusus buat mereka saja, akan tetapi setiap waktu dan tempat yang mereka agungkan yang sesungguhnya tidak ada landasannya di dalam dien Islam, demikian pula, perbuatan-perbuatan yang mereka ada-adakan di dalamnya juga termasuk ke dalam hal itu. Ditambah lagi dengan hari-hari sebelum dan sesudahnya yang nilai religiusnya bagi mereka sama saja sebagaimana yang disinggung oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah. Di antara ayat yang menyebutkan secara khusus larangan menyerupai hari-hari besar mereka adalah firmanNya.<br /><br />"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu" [Al-Furqan : 72]<br /><br />Ayat ini berkaitan dengan salah satu sifat para hamba Allah yang beriman. Sekelompok Salaf seperti Ibnu Sirin, Mujahid dan Ar-Rabi' bin Anas menafsirkan kata "Az-Zuura" (di dalam ayat tersebut) sebagai hari-hari besar orang kafir.<br /><br />Dalam hadits yang shahih dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Saat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam datang ke Madinah, mereka memiliki dua hari besar ('Ied) untuk bermain-main. Lalu beliau bertanya, "Dua hari untuk apa ini ?". Mereka menjawab, "Dua hari di mana kami sering bermain-main di masa Jahiliyyah". Lantas beliau bersabda.<br /><br />"Sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian untuk keduanya dua hari yang lebih baik dari keduanya : Iedul Adha dan Iedul Fithri" [1]<br /><br />Demikian pula terdapat hadits yang shahih dari Tsabit bin Adl-Dlahhak Radhiyallahu 'anhu bahwasanya dia berkata, "Seorang laki-laki telah bernadzar pada masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menyembelih onta sebagai qurban di Buwanah. Lalu dia mendatangi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sembari berkata.<br /><br />"Sesungguhnya aku telah bernadzar untuk menyembelih onta sebagai qurban di Buwanah. Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, 'Apakah di dalamnya terdapat salah satu dari berhala-berhala Jahiliyyah yang disembah ? Mereka menjawab, 'Tidak'. Beliau bertanya lagi. 'Apakah di dalamnya terdapat salah satu dari hari-hari besar mereka ?'. Mereka menjawab, 'Tidak'. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Tepatilah nadzarmu karena tidak perlu menepati nadzar di dalam berbuat maksiat kepada Allah dan di dalam hal yang tidak dipunyai (tidak mampu dilakukan) oleh manusia" [2]<br /><br />Umar bin Al-Khaththtab Radhiyallahu 'anhu berkata, "Janganlah kalian mengunjungi kaum musyrikin di gereja-gereja (rumah-rumah ibadah) mereka pada hari besar mereka karena sesungguhnya kemurkaan Allah akan turun atas mereka" [3]<br /><br />Dia berkata lagi, "Hindarilah musuh-musuh Allah pada momentum hari-hari besar mereka" [4]<br /><br />Dan dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Barangsiapa yang berdiam di negeri-negeri orang asing, lalu membuat tahun baru dan festifal seperti mereka serta menyerupai mereka hingga dia mati dalam kondisi demikian, maka kelak dia akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama mereka" [5]<br /><br /><b>Keempat.</b><br />Merayakan hari-hari besar orang-orang kafir juga dilarang karena alasan-alasan yang banyak sekali, di antaranya :<br /><br />[a]. Menyerupai mereka dalam sebagian hari besar mereka mengandung konsekwensi bergembira dan membuat mereka berlapang dada terhadap kebatilan yang sedang mereka lakukan.<br /><br />[b]. Menyerupai mereka dalam gerak-gerik dan bentuk pada hal-hal yang bersifat lahiriah akan mengandung konsekwensi menyerupai mereka pula dalam gerak-gerik dan bentuk pada hal-hal yang bersifat batiniah yang berupa 'aqidah-aqidah batil melalui cara mencuri-curi dan bertahap lagi tersembunyi.<br /><br />Dampak negatif yang paling besar dari hal itu adalah menyerupai orang-orang kafir secara lahiriah akan menimbulkan sejenis kecintaan dan kesukaan serta loyalitas secara batin. Mencintai dan loyal terhadap mereka menafikan keimanan sebagaimana firman Allah Ta'ala.<br /><br />"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan nashrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu) ; sebagaimana mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin ; maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim" [Al-Maidah : 51]<br /><br />Dan firmanNya.<br /><br />"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih saying dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya" [Al-Mujadillah : 22]<br /><br /><b>Kelima.</b><br />Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas, maka tidak boleh hukumnya seorang Muslim yang beriman kepada Allah sebagai Rabb dan Islam sebagai agama serta Muhammad sebagai Nabi dan Rasul, mengadakan perayaan-perayaan hari-hari besar yang tidak ada landasannya dalam dien Islam, termasuk diantaranya pesta 'Milenium' rekaan tersebut. Juga, tidak boleh hadir pada acaranya, berpartisipasi dan membantu dalam pelaksanaannya dalam bentuk apapun karena hal itu termasuk dosa dan melampaui aturan-aturan Allah sedangkan Allah sendiri terlah berfirman, "Dan janganlah bertolong-tolongan di atas berbuat dosa dan melampaui batas, bertakwalah kepada Allah karena sesungguhnya Allah amat pedih siksaanNya" [Al-Maidah : 2]<br /><br /><b>Keenam.</b><br />Seorang Muslim tidak boleh saling tolong menolong dengan orang-orang kafir dalam bentuk apapun dalam hari-hari besar mereka. Di antara hal itu adalah mempromosikan dan mengumumkan hari-hari besar mereka, termasuk pesta 'milenium' rekaan tersebut. Demikian pula, mengajak pada hal itu dengan sarana apapun baik melalui mass media, memasang jam-jam dan pamflet-pamflet bertuliskan angka, membuat pakaian-pakaian dan plakat-plakat kenangan, mencetak kartu-kartu dan buku-buku tulis sekolah, memberikan diskon khusus pada dagangan dan hadiah-hadiah uang dalam rangka itu, kegiatan-kegiatan olah raga ataupun menyebarkan symbol khusus untuk hal itu.<br /><br /><b>Ketujuh</b><br />Seorang Muslim tidak boleh menganggap hari-hari besar orang-orang kafir, termasuk pesta Milenium rekaan tersebut sebagai momentum-momentum yang membahagiakan atau waktu-waktu yang diberkahi sehingga karenanya meliburkan pekerjaan, menjalin ikatan perkawinan, memulai aktifitas bisnis, membuka proyek-proyek baru dan lain sebagainya. Tidak boleh dia meyakini bahwa hari-hari seperti itu memiliki keistimewaan yang tidak ada pada hari selainnya karena hari-hari tersebut sama saja dengan hari-hari biasa lainnya, dan karena hal ini merupakan keyakinan yang rusak yang tidak dapat merubah hakikat sesuatu bahkan keyakinan seperti ini adalah dosa di atas dosa, kita memohon kepada Allah agar diselamatkan di terbebas dari hal itu.<br /><br /><b>Kedelapan</b><br />Seorang Muslim tidak boleh mengucapkan selamat terhadap hari-hari besar orang-orang kafir karena hal itu merupakan bentuk kerelaan terhadap kebatilan yang tengah mereka lakukan dan membuat mereka bergembira, karenanya Ibnu Al-Qayyim berkata " Adapun mengucapkan selamat terhadap syi'ar-syi'ar keagamaan orang-orang kafir yang khusus bagi mereka, maka haram hukumnya menurut kesepakatan para ulama, seperti mengucapkan selamat dalam rangka hari-hari besar mereka dan puasa mereka, seperti mengucapkan 'Semoga hari besar ini diberkahi' atau ucapan semisalnya dalam rangka hari besar tersebut. Dalam hal ini, kalaupun pengucapnya lolos dari kekufuran akan tetapi dia tidak akan lolos dari melakukan hal yang diharamkan. Hal ini sama posisinya dengan bilamana dia mengucpkan selamat karena dia (orang kafir) itu sujud terhadap salib. Bahkan, dosa dan kemurkaan terhafap hal itu lebih besar dari sisi Allah ketimbang mengucapkan selamat atas minum khamr, membunuh jiwa yang tidak berdosa, berzina dan semisalnya. Banyak sekali orang yang tidak memiliki sedikitpun kadar dien pada dirinya terjerumus ke dalam hal itu dan dia tidak menyadari jeleknya perbuatannya. Maka, siapa saja yang mengucapkan selamat kepada seorang hamba karena suatu maksiat, bid'ah atau kekufuran yang dilakukannya, berarti dia telah mendapatkan kemurkaan dan kemarahan Allah"<br /><br /><b>Kesembilan.</b><br />Adalah suatu kehormatan bagi kaum Muslimin untuk berkomitmen terhadap sejarah hijrah Nabi mereka, Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang disepakati pula orang para sahabat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam secara ijma' dan mereka jadikan kalender tanpa perayaan apapun. Hal itu kemudian diteruskan secara turun temurun oleh kaum Muslimin yang datang setelah mereka, sejak 14 abad yang lalu hingga saat ini. Karenaya seorang Muslim tidak boleh mengalihkan penggunaan kalender Hijriah kepada kelender umat-umat selainnya, seperti kalender Masehi ini ; karena termasuk perbuatan menggantikan yang lebih baik dengan yang lebih jelek. Dari itu kami wasiatkan kepada seluruh saudara-saudara kami, kaum Muslimin, agar bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-sebenar takwa, berbuat ta'at dan menjauhi kemaksiatan terhadapNya serta saling berwasiat dengan hal itu dan sabar atasnya.<br /><br />Hendaknya setiap Mukmin yang menjadi penasehat bagi dirinya dan antusias terhadap keselamatannya dari murka Allah dan laknatNya di dunia dan Akhirat berusaha keras di dalam merealisasikan ilmu dan iman, menjadikan Allah semata sebagai Pemberi petunjuk, Penolong, Hakim dan Pelindung, karena sesungguhnya Dia-lah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. Cukuplah Rabbmu sebagai Pemberi Petunjuk dan Penolong serta berdo'alah selalu dengan do'a Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berikut ini.<br /><br />"Ya, Allah, Rabb Jibril, Mikail, Israfil. Pencipta lelangit dan bumi. Yang Maha Mengetahui hal yang ghaib dan nyata. Engkau memutuskan hal yang diperselisihkan di antara para hambaMu, berilah petunjuk kepadaku terhadap kebenaran yang diperselisihkan dengan idzinMu, sesungguhnya Engkau menunjuki orang yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus" [6]<br /><br />Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.<br /><br />Wa Shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammad Wa Alihi Wa Shahbihi<br /><br />[Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta, No. 21049, tgl. 12-08-1420]<br /><br />__________<br />Foote Note<br />[1]. Dikelaurkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya, No. 11595, 13058, 13210. Sunan Abu Daud, kitab Ash-Shalah No. 1134, Sunan An-Nasa'i, Kitab Shalah Al-Iedain, No. 1556 dengan sanad yang shahih.<br />[2]. Dikeluarkan oleh Abu Daud, Kitab Al-Aiman Wa An-Nadzar, No. 3313 denan sanad shahih.<br />[3]. Dikeluarkan oleh Imam Al-Baihaqy No. 18640<br />[4]. Ibid No. 18641<br />[5]. 'Aun Al-Ma'bud Syarh Sunan Abi Daud, Syarh hadits no. 3512<br />[6]. Dikeluarkan oleh Imam Muslim di dalam shahihnya, Kitab Shalah Al-Musafirin, No. 770<br /><br />[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Darul Haq]<br /><br /><span> __________________________</span><div><wbr><span class="word_break"></span>_______________________<br /><br /><b>HUKUM MENYAMBUT DAN BERGEMBIRA DENGAN HARI RAYA ORANG-ORANG KAFIR</b><br /><br />Oleh : Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan<br /><br />Sesungguhnya di antara konsekwensi terpenting dari sikap membenci orang-orang kafir ialah menjauhi syi'ar dan ibadah mereka. Sedangkan syi'ar mereka yang paling besar adalah hari raya mereka, baik yang berkaitan dengan tempat maupun waktu. Maka orang Islam berkewajiban menjauhi dan meninggalkannya.<br /><br />Ada seorang lelaki yang datang kepada baginada Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta fatwa karena ia telah bernadzar memotong hewan di Buwanah (nama sebuah tempat), maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menanyakan kepadanya.<br /><br />"Apakah disana ada berhala, dari berhala-berhala orang Jahiliyah yang disembah ?" Dia menjawab, "Tidak". Beliau bertanya, "Apakah di sana tempat dilaksanakannya hari raya dari hari raya mereka ?" Dia menjawab, "Tidak". Maka Nabi bersabda, "Tepatillah nadzarmu, karena sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nadzar dalam maksiat terhadap Allah dalam hal yang tidak dimiliki oleh anak Adam" [1]<br /><br />Hadits diatas menunjukkan, tidak bolehnya menyembelih untuk Allah di bertepatan dengan tempat yang digunakan menyembelih untuk selain Allah ; atau di tempat orang-orang kafir merayakan pesta atau hari raya. Sebab hal itu berarti mengikuti mereka dan menolong mereka di dalam mengagungkan syi'ar-syi'ar mereka, dan juga karena menyerupai mereka atau menjadi wasilah yang mengantarkan kepada syirik. Begitu pula ikut merayakan hari raya (hari besar) mereka mengandung wala' (loyalitas) kepada mereka dan mendukung mereka dalam menghidupkan syi'ar-syi'ar mereka.<br /><br />Di antara yang dilarang adalah menampakkan rasa gembira pada hari raya mereka, meliburkan pekerjaan (sekolah), memasak makanan-makanan sehubungan dengan hari raya mereka. Dan diantaranya lagi ialah mempergunakan kalender Masehi, karena hal itu menghidupkan kenangan terhadap hari raya Natal bagi mereka. Karena itu para shahabat menggunakan kalender Hijriyah sebagai gantinya.<br /><br />Syaikhul Islam Ibnu Timiyah berkata, "Ikut merayakan hari-hari besar mereka tidak diperbolehkan karena dua alasan".:<br /><br /><b>Pertama.</b><br />Bersifat umum, seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa hal tersebut berarti mengikuti ahli Kitab, yang tidak ada dalam ajaran kita dan tidak ada dalam kebiaasaan Salaf. Mengikutinya berarti mengandung kerusakan dan meninggalkannya terdapat maslahat menyelisihi mereka. Bahkan seandainya kesamaan yang kita lakukan merupakan sesuatu ketetapan semata, bukan karena mengambilnya dari mereka, tentu yang disyari'atkan adalah menyelisihiya karena dengan menyelisihinya terdapat maslahat seperti yang telah diisyaratkan di atas. Maka barangsiapa mengikuti mereka, dia telah kehilangan maslahat ini sekali pun tidak melakukan mafsadah (kerusakan) apapun, terlebih lagi kalau dia melakukannya.<br /><br /><b>Alasan Kedua.</b><br />Karena hal itu adalah bid'ah yang diada adakan. Alasan ini jelas menunjukkan bahwa sangat dibenci hukumnya menyerupai mereka dalam hal itu".<br /><br />Beliau juga mengatakan, "Tidak halal bagi kaum muslimin bertasyabuh (menyerupai) mereka dalam hal-hal yang khusus bagi hari raya mereka ; seperti, makanan, pakaian, mandi, menyalakan lilin, meliburkan kebiasaan seperti bekerja dan beribadah ataupun yang lainnya. Tidak halal mengadakan kenduri atau memberi hadiah atau menjual barang-barang yang diperlukan untuk hari raya tersebut. Tidak halal mengizinkan anak-anak ataupun yang lainnya melakukan permainan pada hari itu, juga tidak boleh menampakkan perhiasan.<br /><br />Ringkasnya, tidak boleh melakukan sesuatu yang menjadi ciri khas dari syi'ar mereka pada hari itu.<br /><br />Hari raya mereka bagi umat Islam haruslah seperti hari-hari biasanya, tidak ada hal istimewa atau khusus yang dilakukan umat Islam. Adapun jika dilakukan hal-hal tersebut oleh umat Islam dengan sengaja [2] maka berbagai golongan dari kaum salaf dan khalaf menganggapnya makruh. Sedangkan pengkhususan seperti yang tersebut di atas maka tidak ada perbedaan di antara ulama, bahkan sebagian ulama menganggap kafir orang yang melakukan hal tersebut, karena dia telah mengagungkan syi'ar-syi'ar kekufuran.<br /><br />Segolongan ulama mengatakan. "Siapa yang menyembelih kambing pada hari raya mereka (demi merayakannya), maka seolah-olah dia menyembelih babi". Abdullah bin Amr bin Ash berkata, "Siapa yang mengikuti negera-negara 'ajam (non Islam)dan melakukan perayaan Nairuz [3] dan Mihrajan [4] serta menyerupai mereka sampai ia meninggal dunia dan dia belum bertobat, maka dia akan dikumpulkan bersama mereka pada Hari Kiamat [5]<br /><br />________<br />Foot Note<br />[1]. Hadits Riwayat Abu Daud dengan sanad yang sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim]<br />[2]. Mungkin yang dimaksud (yang benar) adalah 'tanpa sengaja'.<br />[3]. Nairuz atau Nauruz (bahasa Persia) hari baru, pesta tahun baru Iran yang bertepatan dengan tanggal 21 Maret -pent.<br />[4]. Mihrajan, gabungan dari kata mihr (matahari) dan jan (kehidupan atau ruh), yaitu perayaan pada pertengahan musim gugur, di mana udara tidak panas dan tidak dingin. Atau juga merupakan istilah bagi pesta yang diadakan untuk hari bahagia -pent.<br />[5]. Majmu' Fatawa 25/329-330<br /><br />[Disalin dari kitab At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal Al-Aliy, Edisi Indonesia, Kitab Tauhid 1, Penulis Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Penerbit Darul Haq]<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUb_ePJ5QCz5xdRS__FlflB30pUn8DuEjjAa4WgGubSNd3DhJwDdrGmULafmm2NXfQVIxKgqkF5LA2-fdY_DkUqmELtkd0ISHqVZqIrh05-lz0Gzqt5X_qECuORXYdQGbaLjMvghSdcUag/s1600-h/tbaru.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 162px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUb_ePJ5QCz5xdRS__FlflB30pUn8DuEjjAa4WgGubSNd3DhJwDdrGmULafmm2NXfQVIxKgqkF5LA2-fdY_DkUqmELtkd0ISHqVZqIrh05-lz0Gzqt5X_qECuORXYdQGbaLjMvghSdcUag/s200/tbaru.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5419022721952416146" border="0" /></a><br />copy dari note FB Abu Ayaz<br /><br /></div>Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-84946249583501374362009-12-25T11:55:00.000+08:002009-12-25T11:56:27.439+08:00HARI ASYURA 10 MUHARRAM ANTARA SUNNAH DAN BID’AH<b>HARI ASYURA 10 MUHARRAM ANTARA SUNNAH DAN BID’AH [*]</b><br /><br />Oleh : Ustadz Aris Munandar bin S.Ahmadi<br /><br /><b>SEJARAH DAN KEUTAMAAN PUASA ASYURA</b><br />Sesungguhnya hari Asyura (10 Muharram) meski merupkan hari bersejarah dan diagungkan, namun orang tidak boleh berbuat bid'ah di dalamnya. Adapun yang dituntunkan syariat kepada kita pada hari itu hanyalah berpuasa, dengan dijaga agar jangan sampai tasyabbuh dengan orang Yahudi.<br /><br />"Orang-orang Quraisy biasa berpuasa pada hari asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melakukannya pada masa jahiliyyah. Tatkala beliau sampai di Madinah beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa." [1]<br /><br />"Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya :"Apa ini?" Mereka menjawab :"Sebuah hari yang baik, ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur. Maka beliau Rasulullah menjawab :"Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu." [2]<br /><br />Dua hadits ini menunjukkan bahwa suku Quraisy berpuasa pada hari Asyura di masa jahiliyah, dan sebelum hijrahpun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melakukannya. Kemudian sewaktu tiba di Madinah, beliau temukan orang-orang Yahudi berpuasa pada hari itu, maka Nabi-pun berpuasa dan mendorong umatnya untuk berpuasa.<br /><br />Diriwayatkan pada hadits lain.<br /><br />“Ia adalah hari mendaratnya kapal Nuh di atas gunung “Judi” lalu Nuh berpuasa pada hari itu sebagai wujud rasa syukur”[3]<br /><br />“Abu Musa berkata : “Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan mereka menjadikannya sebagai hari raya, maka Rasulllah Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Puasalah kalian pada hari itu” [4]<br /><br />“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa di hari Asyura, maka beliau menjawab : “Puasa itu bisa menghapuskan (dosa-dosa kecil) pada tahun kemarin” [5]<br /><br /><b>CARA BERPUASA DI HARI ASYURA</b><br /><b>[1].</b> Berpuasa selama 3 hari tanggal 9, 10, dan 11 Muharram<br />Berdasarkan hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan lafadz sebagaimana telah disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam al-Huda dan al-Majd Ibnu Taimiyyah dalam al-Muntaqa 2/2:<br /><br />"Selisihilah orang Yahudi dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya."<br /><br />Dan pada riwayat ath-Thahawi menurut penuturan Al-Urf asy-Syadzi:<br /><br />"Puasalah pada hari Asyura dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya dan janganlah kalian menyerupai orang Yahudi."<br /><br />Namun di dalam sanadnya ada rawi yang diperbincangkan. Ibnul Qayyim berkata (dalam Zaadud Ma'al 2/76):"Ini adalah derajat yang paling sempurna." Syaikh Abdul Haq ad-Dahlawi mengatakan:"Inilah yang Utama."<br /><br />Ibnu Hajar di dalam Fathul Baari 4/246 juga mengisyaratkan keutamaan cara ini. Dan termasuk yang memilih pendapat puasa tiga hari tersebut (9, 10 dan 11 Muharram) adalah Asy-Syaukani (Nailul Authar 4/245) dan Syaikh Muhamad Yusuf Al-Banury dalam Ma’arifus Sunan 5/434<br /><br />Namun mayoritas ulama yang memilih cara seperti ini adalah dimaksudkan untuk lebih hati-hati. Ibnul Qudamah di dalam Al-Mughni 3/174 menukil pendapat Imam Ahmad yang memilih cara seperti ini (selama tiga hari) pada saat timbul kerancuan dalam menentukan awal bulan.<br /><br /><b>[2].</b> Berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram<br />Mayoritas Hadits menunjukkan cara ini:<br />“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan berpuasa. Para shahabat berkata:"Ya Rasulullah, sesungguhnya hari itu diagungkan oleh Yahudi." Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Di tahun depan insya Allah kita akan berpuasa pada tanggal 9.", tetapi sebelum datang tahun depan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat."[6]<br /><br />Dalam riwayat lain :<br />"Jika aku masih hidup pada tahun depan, sungguh aku akan melaksanakan puasa pada hari kesembilan."[7].<br /><br />Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata (Fathul Baari 4/245) :"Keinginan beliau untuk berpuasa pada tanggal sembilan mengandung kemungkinan bahwa beliau tidak hanya berpuasa pada tanggal sembilan saja, namun juga ditambahkan pada hari kesepuluh. Kemungkinan dimaksudkan untuk berhati-hati dan mungkin juga untuk menyelisihi kaum Yahudi dan Nashara, kemungkinan kedua inilah yang lebih kuat, yang itu ditunjukkan sebagian riwayat Muslim”<br /><br />"Dari 'Atha', dia mendengar Ibnu Abbas berkata:"Selisihilan Yahudi, berpuasalah pada tanggal 9 dan 10”.<br /><br /><b>[3].</b> Berpuasa Dua Hari yaitu tanggal 9 dan 10 atau 10 dan 11 Muharram<br />"Berpuasalah pada hari Asyura dan selisihilah orang Yahudi, puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya”<br />Hadits marfu' ini tidak shahih karena ada 3 illat (cacat):<br />[a]. Ibnu Abi Laila, lemah karena hafalannya buruk.<br />[b]. Dawud bin Ali bin Abdullah bin Abbas, bukan hujjah<br />[c]. Perawi sanad hadits tersebut secara mauquf lebih tsiqah dan lebih hafal daripada perawi jalan/sanad marfu'<br /><br />Jadi hadits di atas Shahih secara mauquf sebagaimana dalam as-Sunan al-Ma'tsurah karya As-Syafi'i no 338 dan Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tahdzibul Atsar 1/218.<br /><br />Ibnu Rajab berkata (Lathaiful Ma'arif hal 49):"Dalam sebagian riwayat disebutkan atau sesudahnya maka kata atau di sini mungkin karena keraguan dari perawi atau memang menunjukkan kebolehan…."<br /><br />Al-Hafidz berkata (Fathul Baari 4/245-246):"Dan ini adalahl akhir perkara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dahulu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam suka menyocoki ahli kitab dalam hal yang tidak ada perintah, lebih-lebih bila hal itu menyelisihi orang-orang musyrik. Maka setelah Fathu Makkah dan Islam menjadi termahsyur, beliau suka menyelisihi ahli kitab sebagaimana dalam hadits shahih. Maka ini (masalah puasa Asyura) termasuk dalam hal itu. Maka pertama kali beliau menyocoki ahli kitab dan berkata :"Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian (Yahudi).", kemudian beliau menyukai menyelisihi ahli kitab, maka beliau menambah sehari sebelum atau sesudahnya untuk menyelisihi ahli kitab."<br /><br />Ar-Rafi'i berkata (at-Talhish al-Habir 2/213) :"Berdasarkan ini, seandainya tidak berpuasa pada tanggal 9 maka dianjurkan untuk berpuasa pada tanggal 11"<br /><br /><b>[4].</b> Berpuasa pada 10 Muharram saja<br />Al-Hafidz berkata (Fathul Baari 4/246) :"Puasa Asyura mempunyai 3 tingkatan, yang terendah berpuasa sehari saja, tingkatan diatasnya ditambah puasa pada tanggal 9, dan tingkatan diatasnya ditambah puasa pada tanggal 9 dan 11. Wallahu a'lam."<br /><br />__________<br />Foote Note<br />[*]. Diolah oleh Aris Munandar bin S Ahmadi, dari kitab Rad’ul Anam Min Muhdatsati Asyiril Muharram Al-Haram, karya Abu Thayib Muhammad Athaullah Hanif, tahqiq Abu Saif Ahmad Abu Ali<br />[1]. Hadits Shahih Riwayat Bukhari 3/454, 4/102-244, 7/147, 8/177,178, Ahmad 6/29, 30, 50, 162, Muslim 2/792, Tirmidzi 753, Abu Daud 2442, Ibnu Majah 1733, Nasa’i dalam Al-Kubra 2/319,320, Al-Humaidi 200, Al-Baihaqi 4/288, Abdurrazaq 4/289, Ad-Darimy 1770, Ath-Thohawi 2/74 dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya 5/253<br />[2]. Hadits Shahih Riwayat Bukhari 4/244, 6/429, 7/274, Muslim 2/795, Abu Daud 2444, Nasa’i dalam Al-Kubra 2/318, 319, Ahmad 1/291, 310, Abdurrazaq 4/288, Ibnu Majah 1734, Baihaqi 4/286, Al-Humaidi 515, Ath-Thoyalisi 928<br />[3]. Hadits Riwayat Ahmad 2/359-360 dengan jalan dari Abdusshomad bin Habib Al-Azdi dari bapaknya dari Syumail dari Abu Hurairah, Abdusshomad dan bapaknya keduanya Dha’if.<br />[4]. Hadits Shahih Riwayat Bukahri 4/244, 7/274, Muslim 2/796, Nasa’i dalam Al-Kubra 2/322 dan Al-Baihaqi 4/289<br />[5]. Hadits Shahih Riwayat Muslim 2/818-819, Abu Daud 2425, Ahmad 5/297, 308, 311, Baihaqi 4.286, 300 Abdurrazaq 4/284, 285<br />[6]. Hadits Shahih Riwayat Muslim 2/796, Abu Daud 2445, Thabary dalam Tahdzibul Atsar 1/24, Baihaqi dalam Al-Kubra 4/287 dan As-Shugra 2/119 serta Syu’abul Iman 3506 dan Thabrabi dalam Al-Kabir 10/391<br />[7]. Hadits Shahih Muslim 2/798, Ibnu Majah 736, Ahmad 1/224, 236, 345, Baihaqi 4/287, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushanafnya 3/58, Thabrani dalam Al-Kabir 10/401, Thahawi 2/77 dan lain-lain<br /><br />[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun V/1421H-2001M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183]<br /><br /><span> __________________________</span><div><wbr><span class="word_break"></span><span>__________________________</span><wbr><span class="word_break"></span>______<br /><br /><b><big>BID’AH-BID’AH DI HARI ASYURA</big></b><br /><br />[1]. Shalat dan dzikir-dzikir khusus, sholat ini disebut dengan sholat Asyura<br />[2]. Mandi, bercelak, memakai minyak rambut, mewarnai kuku, dan menyemir rambut.<br />[3]. Membuat makanan khusus yang tidak seperti biasanya.<br />[4]. Membakar kemenyan.<br />[5]. Bersusah-susah dalam kehausan dan menampakkan kesusahannya itu.<br />[6]. Doa awal dan akhir tahun yang dibaca pada malam akhir tahun dan awal tahun (Sebagaimana termaktub dalam Majmu' Syarif)<br />[7]. Menentukan berinfaq dan memberi makan orang-orang miskin<br />[8]. Memberi uang belanja lebih kepada keluarga.<br />[9]. As-Subki berkata (ad-Din al-Khalish 8/417):"Adapun pernyataan sebagian orang yang menganjurkan setelah mandi hari ini (10 Muharram) untuk ziarah kepada orang alim, menengok orang sakit, mengusap kepala anak yatim, memotong kuku, membaca al-Fatihah seribu kali dan bersilaturahmi maka tidak ada dalil yg menunjukkan keutamaan amal-amal itu jika dikerjakan pada hari Asyura. Yang benar amalan-amalan ini diperintahkan oleh syariat di setiap saat, adapun mengkhususkan di hari ini (10 Muharram) maka hukumnya adalah bid'ah."<br /><br />Ibnu Rajab berkata (Latha’iful Ma’arif hal. 53) : “Hadits anjuran memberikan uang belanja lebih dari hari-hari biasa, diriwayatkan dari banyak jalan namun tidak ada satupun yang shahih. Di antara ulama yang mengatakan demikian adalah Muhammad bin Abdullah bin Al-Hakam Al-Uqaili berkata :”(Hadits itu tidak dikenal)”. Adapun mengadakan ma’tam (kumpulan orang dalam kesusahan, semacam haul) sebagaimana dilakukan oleh Rafidhah dalam rangka mengenang kematian Husain bin Ali Radhiyallahu ‘anhu maka itu adalah perbuatan orang-orang yang tersesat di dunia sedangkan ia menyangka telah berbuat kebaikan. Allah dan RasulNya tidak pernah memerintahkan mengadakan ma’tam pada hari lahir atau wafat para nabi maka bagaimanakah dengan manusia/orang selain mereka”<br /><br />Pada saat menerangkan kaidah-kaidah untuk mengenal hadits palsu, Al-Hafidz Ibnu Qayyim (al-Manar al-Munif hal. 113 secara ringkas) berkata : “Hadits-hadits tentang bercelak pada hari Asyura, berhias, bersenang-senang, berpesta dan sholat di hari ini dan fadhilah-fadhilah lain tidak ada satupun yang shahih, tidak satupun keterangan yang kuat dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selain hadits puasa. Adapun selainnya adalah bathil seperti.<br /><br />“Barangsiapa memberi kelonggaran pada keluarganya pada hari Asyura, niscaya Allah akan memberikan kelonggaran kepadanya sepanjang tahun”.<br /><br />Imam Ahmad berkata : “Hadits ini tidak sah/bathil”. Adapun hadits-hadits bercelak, memakai minyak rambut dan memakai wangi-wangian, itu dibuat-buat oleh tukang dusta. Kemudian golongan lain membalas dengan menjadikan hari Asyura sebagai hari kesedihan dan kesusahan. Dua goloangan ini adalah ahli bid’ah yang menyimpang dari As-Sunnah. Sedangkan Ahlus Sunnah melaksanakan puasa pada hari itu yang diperintahkan oleh Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi bid’ah-bid’ah yang diperintahkan oleh syaithan”.<br /><br />Adapun shalat Asyura maka haditsnya bathil. As-Suyuthi dalam Al-Lali 2/29 berkata : “Maudhu’ (hadits palsu)”. Ucapan beliau ini diambil Asy-Syaukani dalam Al-Fawaid Al-Majmu’ah hal.47. Hal senada juga diucapkan oleh Al-Iraqi dalam Tanzihus Syari’ah 2/89 dan Ibnul Jauzi dalam Al-Maudlu’ah 2/122<br /><br />Ibnu Rajab berkata (Latha’ful Ma’arif) : “Setiap riwayat yang menerangkan keutamaan bercelak, pacar, kutek dan mandi pada hari Asyura adalah maudlu (palsu) tidak sah. Contohnya hadits yang dikatakan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu secara marfu.<br /><br />“Barangsiapa mandi dan bersuci pada hari Asyura maka tidak akan sakit di tahun itu kecuali sakit yang menyebabkan kematian”.<br /><br />Hadits ini adalah buatan para pembunuh Husain.<br /><br />Adapun hadits,<br />“Barangsiapa bercelak dengan batu ismid di hari Asyura maka matanya tidak akan pernah sakit selamanya”<br /><br />Maka ulama seperti Ibnu Rajab, Az-Zakarsyi dan As-Sakhawi menilainya sebagai hadits maudlu (palsu).<br /><br />Hadits ini diriwayatkan Ibnul Jauzi dalam Maudlu’at 2/204. Baihaqi dalam Syu’abul Iman 7/379 dan Fadhail Auqat 246 dan Al-Hakim sebagaimana dinukil As-Suyuthi dalam Al-Lali 2/111. Al-Hakim berkata : “Bercelak di hari Asyura tidak ada satu pun atsar/hadits dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan hal ini adalah bid’ah yang dibuat oleh para pembunuh Husain Radhiyallahu ‘anhu.<br /><br />Demikianlah sedikit pembahasan tentang hari Asyura. Semoga kita bisa meninggalkan bid’ah-bid’ahnya. Amin<br /><br />_________<br />Foote Note<br />[8]. Abdurrazaq 4/287, Thahawi dalam Syarh Ma’anil Atsar 2/78, Baihaqi dalam Sunan Kubra 4/287 dan dalam Syu’abul Iman 3509 dari jalan Ibnu Juraij, Atha telah mengabariku …. Sanadnya shahih. Ada juga muttabi dalam riwayat Qasim Al-Bhagawi dalam Al-Hadits Ali Ibnil Ja’di 2/886 dengan sanad shahih<br />[9]. Hadits Dhaif, riwayat Ahmad 1/241, Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya 2095, Thahawi 2/78, Bazar 1052 dalam Kasyfil Atsar, Baihaqi 4/278, Thobary dalam Tahdzibul Atsar 1/215, Ibnu Adi dalam Al-Kamil 3/88<br /><br />[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun V/1421H-2001M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183]<br /><br /><br />->di copy dari note Abu Ayaz (FB)<br /></div>Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-5645194812746775642009-12-25T11:45:00.001+08:002009-12-25T11:52:24.307+08:00BOLEHKAH KAUM MUSLIMIN MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL??<b>UCAPAN SELAMAT NATAL</b><br /><br />Oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin<br /><br /><b>Pertanyaan</b><br />Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Tentang hukum mengucapkan selamat natal kepada orang kafir. Dan bagaimana kita menjawab orang yang mengucapkan natal kepada kita? Apakah boleh mendatangi tempat-tempat yang menyelenggarakan perayaan ini? Apakah seseorang berdosa jika melakukan salah satu hal tadi tanpa disengaja? Baik itu sekedar basa-basi atau karena malu atau karena terpaksa atau karena hal lainnya? Apakah boleh menyerupai mereka dalam hal ini?<br /><br /><b>Jawaban</b><br />"Mengucapkan selamat kepada orang-orang kafir dengan ucapan selamat natal atau ucapan-ucapan lainnya yang berkaitan dengan perayaan agama mereka hukumnya haram, hukum ini telah disepakati. Sebagaimana kutipan dari Ibnul Qayyim dalam bukunya Ahkam Ahl Adz-Dzimmah, yang mana beliau menyebutkan, Adapun ucapan selamat terhadap simbol-simbol kekufuran secara khusus, disepakati hukumnya haram. misalnya, mengucapkan selamat atas hari raya atau puasa mereka dengan mengatakan, 'Hari yang diberkahi bagimu' atau 'Selamat merayakan hari raya ini' dan sebagainya. Yang demikian ini, kendati si pengucapnya terlepas dari kekufuran, tapi perbuatan ini termasuk yang diharamkan, yaitu setara dengan ucapan selamat atas sujudnya terhadap salib, bahkan dosanya lebih besar di sisi Allah dan kemurkaan Allah lebih besar daripada ucapan selamat terhadap peminum khamr, pembunuh, pezina atau lainnya, karena banyak orang yang tidak mantap agamanya terjerumus dalam hal ini dan tidak mengetahui keburukan perbuatannya. Barangsiapa mengucapkan selamat kepada seorang hamba karena kemaksiatan, bid'ah atau kekufuran, berarti ia telah mengundang kemurkaan dan kemarahan Allah.' Demikian ungkapan beliau.<br /><br />Haramnya mengucapkan selamat kepada kaum kuffar sehubungan dengan hari raya agama mereka, sebagaimana dipaparkan oleh Ibnul Qayyim, karena dalam hal ini terkandung pengakuan terhadap simbol-simbol kekufuran dan rela terhadap hal itu pada mereka walaupun tidak rela hal itu pada dirinya sendiri. Kendati demikian, seorang muslim diharamkan untuk rela terhadap simbol-simbol kekufuran atau mengucapkan selamat terhadap simbol-simbol tersebut atau lainnya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak meridhainya, sebagaimana firmanNya.<br /><br />"Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hambaNya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu." [Az-Zumar: 7]<br /><br />Dalam ayat lain disebutkan,<br />“Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agamamu " [Al-Ma'idah : 3]<br />.<br />Maka, mengucapkan selamat kepada mereka hukumnya haram, baik itu ikut serta dalam pelaksanaannya maupun tidak.<br /><br />Jika mereka mengucapkan selamat hari raya mereka kepada kita, hendaknya kita tidak menjawabnya, karena itu bukan hari raya kita, bahkan hari raya itu tidak diridhai Allah Swt, baik itu merupakan bid'ah atau memang ditetapkan dalam agama mereka. Namun sesungguhnya itu telah dihapus dengan datangnya agama Islam, yaitu ketika Allah mengutus Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk semua makhluk, Allah telah berfirman,<br /><br />"Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi. " [Ali Imran : 85)]<br /><br />Haram hukumnya seorang muslim membalas ucapan selamat dari mereka, karena ini lebih besar dari mengucapkan selamat kepada mereka, karena berarti ikut serta dalam perayaan mereka.<br /><br />Juga diharamkan bagi kaum muslimin untuk menyamai kaum kuffar dengan mengadakan pesta-pesta dalam perayaan tersebut atau saling bertukar hadiah, membagikan gula-gula, piring berisi makanan, meliburkan kerja dan sebagainya, hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam bukunya Iqtidha' ash-Shirath al-Mustaqim Mukhalafah Ashab al-Jahim menyebutkan, "Menyerupai mereka dalam sebagian hari raya mereka menyebabkan kesenangan pada hati mereka, padahal yang sebenarnya mereka dalam kebatilan, bahkan bisa jadi memberi makan pada mereka dalam kesempatan itu dan menaklukan kaum lemah." Demikian ucapan beliau.<br /><br />Barangsiapa melakukan di antara hal-hal tadi, maka ia berdosa, baik ia melakukannya sekedar basa-basi atau karena mencintai, karena malu atau sebab lainnya, karena ini merupakan penyepelean terhadap agama Allah dan bisa menyebabkan kuatnya jiwa kaum kuffar dan berbangganya mereka dengan agama mereka.<br /><br />Hanya kepada Allah-lah kita memohon agar memuliakan kaum muslimin dengan agama mereka, menganugerahi mereka keteguhan dan memenangkan mereka terhadap para musuh. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.<br /><br />[Al-Majmu' Ats-Tsamin, Syaikh Ibnu Utsaimin, juz 3]<br /><br />[Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Disusun oleh Khalid Al-Juraisy,Penerjemah Amir Hamzah, Penerbit Darul Haq]<br /><span> __________________________</span><div><wbr><span class="word_break"></span>_______<br /><br /><b>Bantahan untuk Yusuf Qordhowi yang Membolehkan Mengucapkan Selamat Natal</b><br /><br />Oleh :Muhammad Abduh Tuasikal<br /><br />Bismillah...<br />Sebagian orang beralasan bolehnya mengucapkan selamat natal pada orang nashrani karena dianggap sebagai bentuk ihsan (berbuat baik). Dalil yang mereka bawakan adalah firman Allah Ta’ala,<br /><br />لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ [سورة الممتحنة:8].<br /><br />“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah: 8). Inilah di antara alasan untuk melegalkan mengucapkan selamat natal pada orang nashrani. Mereka memang membawakan dalil, namun apakah pemahaman yang mereka utarakan itu membenarkan mengucapkan selamat natal?<br /><br />Semoga Allah menolong kami untuk menyingkap tabir manakah yang benar dan manakah yang keliru. Hanya Allah yang beri pertolongan.<br /><br />***<br />Cuplikan:<br />Ulama Sepakat: Haram Mengucapkan Selamat Natal<br /><br />Perkataan Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahlu Dzimmah:<br /><br />”Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya.” Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.<br /><br />Banyak orang yang kurang paham agama terjatuh dalam hal tersebut. Orang-orang semacam ini tidak mengetahui kejelekan dari amalan yang mereka perbuat. Oleh karena itu, barangsiapa memberi ucapan selamat pada seseorang yang berbuat maksiat, bid’ah atau kekufuran, maka dia pantas mendapatkan kebencian dan murka Allah Ta’ala.”[24]<br /><br />Syaikh Muhammad bin Shalih Al ’Utsaimin mengatakan, ”Ucapan selamat hari natal atau ucapan selamat lainnya yang berkaitan dengan agama kepada orang kafir adalah haram berdasarkan kesepakatan para ulama.”[25]<br /><br />Herannya ulama-ulama kontemporer saat ini[26] malah membolehkan mengucapkan selamat Natal. Alasan mereka berdasar pada surat Al Mumtahanah ayat 8. Sungguh, pendapat ini adalah pendapat yang ’nyleneh’ dan telah menyelisihi kesepakatan para ulama. Pendapat ini muncul karena tidak bisa membedakan antara berbuat ihsan (berlaku baik) dan wala’ (loyal). Padahal para ulama katakan bahwa kedua hal tersebut adalah berbeda sebagaimana telah kami utarakan sebelumnya.<br /><br />Pendapat ini juga sungguh aneh karena telah menyelisihi kesepakatan para ulama (ijma’). Sungguh celaka jika kesepakatan para ulama itu diselisihi. Padahal Allah Ta’ala berfirman,<br /><br />وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا<br /><br />“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”(QS. An Nisa’: 115). Jalan orang-orang mukmin inilah ijma’ (kesepakatan) mereka.<br /><br />Dari sini, kami merasa aneh jika dikatakan bahwa mengucapkan selamat natal pada orang nashrani dianggap sebagai masalah khilafiyah (beda pendapat). Padahal sejak masa silam, para ulama telah sepakat (berijma’) tidak dibolehkan mengucapkan selamat pada perayaan non muslim. Baru belakangan ini dimunculkan pendapat yang aneh dari Yusuf Qardhawi, cs. Siapakah ulama salaf yang sependapat dengan beliau dalam masalah ini? Padahal sudah dinukil ijma’ (kata sepakat) dari para ulama tentang haramnya hal ini.<br /><br />Hujjah terakhir yang kami sampaikan, adakah ulama salaf di masa silam yang menganggap bahwa mengucapkan selamat pada perayaan non muslim termasuk bentuk berbuat baik (ihsan) dan dibolehkan, padahal acara-acara semacam natalan dan perayaan non muslim sudah ada sejak masa silam?! Di antara latar belakangnya karena tidak memahami surat Mumtahanah ayat 8 dengan benar. Tidak memahami manakah bentuk ihsan (berbuat baik) dan bentuk wala’ (loyal). Dan sudah kami utarakan bahwa mengucapkan selamat pada perayaan non muslim termasuk bentuk wala’ dan diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (ijma’). Dan namanya ijma’ tidak pernah lepas dari dari Al Qur’an dan As Sunnah sebagaimana seringkali diutarakan oleh para ulama. Hanya Allah yang memberi taufik.<br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr5QgNxQMm8_cyIoWoOkQi4tBdzNCpIj_gMIBGCezd9tN5RJ3aA-YjqqkATq9tgCE_nNbwMa6UTUfIlZ9EqMEjr0aidbg3EkL96U5KWQhInBLEu5QtfMob0MESoK8Ek9DzFruyzxv_hjVs/s1600-h/15136_1304533214835_1275657261_875011_1855204_n.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 162px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr5QgNxQMm8_cyIoWoOkQi4tBdzNCpIj_gMIBGCezd9tN5RJ3aA-YjqqkATq9tgCE_nNbwMa6UTUfIlZ9EqMEjr0aidbg3EkL96U5KWQhInBLEu5QtfMob0MESoK8Ek9DzFruyzxv_hjVs/s200/15136_1304533214835_1275657261_875011_1855204_n.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5419016528315340306" border="0" /></a><br /><br />Silakan baca selengkapnya di sini:<br /><a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/aqidah/2824-mengucapkan-selamat-natal-dianggap-amalan-baik.html" target="_blank" rel="nofollow" onmousedown="'UntrustedLink.bootstrap($(this),"><span>http://rumaysho.com/belaja</span><wbr><span class="word_break"></span><span>r-islam/aqidah/2824-menguc</span><wbr><span class="word_break"></span><span>apkan-selamat-natal-diangg</span><wbr><span class="word_break"></span>ap-amalan-baik.html</a></div>Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-56489983582336349982009-12-25T11:16:00.002+08:002009-12-25T11:25:39.240+08:00Akhi… Apa Susahnya Kau Hapus Akhwat dari Friendlist Facebookmu?<strong>[Renungan untuk Ikhwan-Akhwat Pengguna Facebook: bagian I]</strong><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqepwwA4xhBgaKyG84jXrK0e5xXqi383MglZmqwQ2pt0XfyTBgfHLgaByxdVFgBbPsRwr3hNrgwPtB5iMwTFfpUc2AXjKeMsOh_DshYxD_BY9ZqJXuSWk7IYRMZcW18LpKL7tAKi-OPpwp/s1600-h/friendster-facebook2.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 200px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqepwwA4xhBgaKyG84jXrK0e5xXqi383MglZmqwQ2pt0XfyTBgfHLgaByxdVFgBbPsRwr3hNrgwPtB5iMwTFfpUc2AXjKeMsOh_DshYxD_BY9ZqJXuSWk7IYRMZcW18LpKL7tAKi-OPpwp/s200/friendster-facebook2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5419009549733212418" border="0" /></a><p><br /></p><p>Penyusun:<strong> Abu Muhammad Al-Ashri</strong></p>Muraja’ah dan koreksi ulang: <strong>Ustadz Abu Ukasyah Aris Munandar</strong><br /><p><strong>.</strong><br /></p><p>Akhi...<br /></p> Bila kita sempatkan diri kita untuk membaca sejarah hidup para pendahulu kita yang shalih mulai dari masa shahabat hingga para ulama salafi, niscaya kita dapati akhlak, adab, dan ketegasan mereka yang menakjubkan. <a name='more'></a>‘Kan kita jumpai pula indahnya penjagaan diri mereka dari aib dan maksiat. Merekalah orang-orang yang paling bersegera menjauhi maksiat. Bahkan, sangat menjauh dari sarana dan sebab-sebab yang mendorong kepada perbuatan maksiat.<br /><br />Bila kita membaca kehidupan anak-anak atau para remaja di masa salaf, niscaya kita dapati mereka adalah darah-darah muda yang tampak kecintaannya terhadap din, semangatnya dalam membela al-haq, dan sikap bencinya kepada perbuatan dosa. Maka, kita dapati mereka di usia muda, sudah memiliki hafalan Al-Qur’an, semangat yang besar untuk berjihad, dan kecerdasan yang menakjubkan.<br /><br />Sebaliknya, sungguh sangat sedih hati ini. Tidakkah kita merasakan bahwa kaum muslimin saat ini terpuruk, terhina dan tidak berdaya di hadapan orang-orang kafir, padahal jumlah kita banyak? Lihatlah diri kita! Bandingkan diri kita dengan para pemuda di masa salaf! Akhi... saya, antum, kita semua pernah bermasiat. Namun, sampai kapan kita bermaksiat kepada-Nya?<br /><br />.<br /><br />Saya tidak mengharamkan antum berdakwah kepada wanita, karena Nabi pun berdakwah kepada wanita!<br /><br />Saya pun tidak mengharamkan muslim atau muslimah memanfaatkan facebook, karena untuk mengharamkan sesuatu membutuhkan dalil.<br /><br />Siapa yang melarangmu mendakwahi mereka akhi...?<br /><br />Bahkan, dulu kumasih berprasangka baik padamu bahwa kau ‘kan dakwahi teman-teman lamamu, termasuk para wanita itu...<br /><br />Namun, yang terjadi adalah sebagaimana yang kau tahu sendiri...<br /><br />Tak perlu kutulis...<br /><br />Karena kau pasti tahu sendiri...<br /><br />.<br /><br /><strong>Catat! Tak kubuka friendlist FB-mu karena aku tak mencari-cari aibmu...</strong><br /><br />Namun, tidakkah kau sadar bahwa FB itu sangat-sangat terbuka?<br /><br />Hingga dirimu sendiri yang tak sadari...<br /><br />Bahwa tingkah lakumu pada para akhwat itu,<br /><br />Dapat dilihat kawan-kawanmu yang lain, termasuk diriku...<br /><br />Yang inilah sebab yang mendorongku menorehkan pena dalam lembaran-lembaran ini...<br /><br />Duh....<br /><br />Betapa sering Allah menutupi aib seorang hamba...<br /><br />Namun dirinyalah sendiri yang membongkar aibnya...<br /><br />.<br /><p><em>Ya Allah...</em></p><em><br />Kuadukan kesedihan hatiku ini hanya kepadaMu...</em><br /><p><em>Hanya kepadaMulah kuserahkan hatiku...</em></p><br /><p><em>Mudah-mudahan Kau mendengar doaku...</em></p><br /><p><em>Dan Kau maafkan kesalahan kawan-kawanku itu...</em></p><br /><p><em>Di samping ku terus berhadap agar Kau pun maafkan diriku...</em></p><br />.<br /><br />Akhi...<br /><br />Pernahkah kau baca firman Allah yang menyinggung “<strong>mata yang berkhianat</strong>”?<br /><br />Baiklah, kita periksa kembali. Allah berfirman dalam surat Al-Mukmin: 19<br /><blockquote><br /><p><strong>يعلم خاينة الأعين</strong></p><br /><p>“Dia mengetahui (pandangan)<strong> mata yang berkhianat</strong>”</p><br /></blockquote><br />Nah,<strong> apakah yang dimaksud dengan mata yang berkhianat itu</strong>? Akhi, sesungguhnya Al-Qur’an itu turun di masa para shahabat. Shahabat Nabilah yang paling mengerti makna Al-Qur’an karena mereka hidup bersama Nabi, langsung mendapat bimbingan dan pengarahan Nabi. Maka, kini kan kubawakan <strong>tafsir Ibnu Abbas</strong>, sebagai hadiahku untukmu.<br /><br />Akhi ingat kan siapa Ibnu Abbas? Na’am! Dia adalah ahli tafsir dari kalangan shahabat Nabi. Kudapatkan tafsir ini dari Abul Faraj Al-Jauzy (Ibnul Jauzy), dalam kitab beliau,ذم الهوى. Ibnu Abbas berkata<br /><p>الرجل يكون في القوم فتمر بهم المرأة فيريهم أنه يغض بصره عنها فإن رأى منهم غفلة نظر إليها فإن خاف أن يفطنوا إليه غض بصره وقد اطلع الله عز وجل من قلبه أنه يود أنه نظر إلى عورتها</p><br /><p>“Seseorang berada di tengah banyak orang lalu seorang <strong>wanita melintasi mereka</strong>. Maka, <strong>ia memperlihatkan</strong> kepada <strong>kawan-kawannya</strong> bahwa <strong>MENAHAN PANDANGANNYA </strong>DARI <strong>WANITA TERSEBUT</strong>. Jika ia melihat <strong>mereka lengah</strong>, ia <strong>pandangi wanita tersebut</strong>. Dan jika ia <strong>khawatir</strong> kawan-kawannya <strong>memergokinya</strong>, ia menahan pandangannya. Padahal, <strong>Allah</strong> ‘azza wa jalla <strong>mengetahui</strong> isi <strong>hati</strong>nya bahwa ia ingin melihat aurat wanita tersebut .”</p><br />.<br /><br />Camkan itu akhi...!<br /><br />Kita sudah lama mengenal Islam...<br /><br />Kita sudah lama ngaji...<br /><br /><strong>Apakah seseorang yang sudah lama <em>ngaji</em> pantas seperti itu?</strong><br /><br />Inginkah akhi dikenal manusia sebagai pemuda yang shalih...<br /><br />Yang senantisa menundukkan pandangan di alam nyata...<br /><br />Namun kau berkhianat dengan matamu...<br /><br />Kau tipu kawan-kawanmu yang berprasangka baik kepadamu...<br /><br />Tidakkah ‘kau malu kepada Allah...<br /><br />Yang melihatmu di kala tiada orang lain di sisimu selain laptopmu?<br /><br />Yang dengannya kau bisa pandangi wanita sesuka hatimu...?<br /><br />Yang dengannya kau bisa saling sapa dengannya mereka sepuasmu..?<br /><br />Yang dengannya kau bisa berbincang-bincang dengannya sekehendakmu...?<br /><br />.<br /><br />Akhi...<br /><br />Janganlah ‘kau marah padaku...<br /><br /><strong>Marahlah pada Ibnu Abbas jika kau mau...</strong><br /><br /><strong>Karena dialah yang menjelaskan arti mata khianat kepadaku...</strong><br /><br /><strong>.<br /></strong><br /><br />Akhi...<br /><br />Jika kau malu bermaksiat di hadapan kawan-kawanmu, apalagi di hadapan para wanita itu...<br /><br />Ketahuilah bahwa<br /><blockquote><br /><p>قلة حيائك ممن على اليمين وعلى الشمال وأنت على الذنب أعظم من الذنب</p><br /><p>“Sedikitnya rasa malumu terhadap siapa yang berada di sebelah kanan dan sebelah kirimu, saat kamu melakukan dosa, itu lebih besar daripada dosa itu sendiri!”</p><br /></blockquote><br />Eits... sebentar akhi, jangan marah dulu. Itu di atas bukan ucapan saya, tetapi ucapan Ibnu Abbas! Silakan lihat di ذم الهوى halaman 181.<br /><br />.<br /><br />Akhi...<br /><br />Apakah engkau masih sempat-sempanya tertawa, melempar senyum pada akhwat itu, meski sebatas:<br /><blockquote><br /><p>simbol ^__^</p><br /><p>atau kata-kata: <strong>xii...xiii..xii..</strong>,</p><br /><p>atau: <strong>hiks..hiks...hiks...</strong>,</p><br /><p>atau: <strong>hiii..hi..hi..</strong>,</p><br /><p>atau: <strong>ha..ha..ha...,</strong></p><br /><p>atau: <strong>so sweet ukhti...</strong>,</p><br /></blockquote><br /><br />atau sejenisnya yang <strong>kau tulis di wall-wall atau ruang komentar Facebook para akhwat itu</strong>!<br /><br />Maka, Ketahuilah bahwa<br /><p>وضحكك وأنت لا تدري ما الله صانع بك أعظم من الذنب</p><br /><p>“Tertawa saat kamu tidak tahu apa yang akan Allah perbuat terhadapmu, ITU LEBIH BESAR DARIPADA DOSA ITU SENDIRI!”</p><br />dan juga<br /><p>وفرحك بالذنب إذا ظفرت به أعظم من الذنب</p><br /><p>“Kegembiraanmu dengan dosa ketika kamu melakukannya, ITU LEBIH BESAR DARIPADA DOSA ITU SENDIRI”</p><br />Afwan akhi jika antum mulai emosi (semoga tidak). Jangan lihat saya karena dua kalimat di atas bukan ucapan saya, tetapi <strong>ucapan Ibnu Abbas</strong> pula, afwan.<br /><br />.<br /><br />Akhi...<br /><br />Kalau antum masih bermudah-mudahan dalam berfacebook ria dengan para wanita itu,<br /><br />Ketahuilah bahwa <strong>antum adalah pengecut</strong>!<br /><br />Karena kalau kau berani, kau kan temui ayahnya dan kau pinang dirinya...<br /><br />Kalaupun hartamu tidak mendorongmu untuk itu...<br /><br />Kau tetap pengecut karena kau hanya “tunjukkan perhatian”...<br /><br />Sementara kau tidak berani “maju melangkah”...<br /><br />Jika kau mampu tahan pandanganmu dari “bunga-bunga” facebook itu, barulah kau ini seorang pemberani!<br /><br />Sabar dulu akhi, jangan marah dulu. Siapa saya? Saya ini masih sama-sama belajar seperti antum, atau malah saya masih tergolong anak “<strong>baru ngaji</strong>”. Namun, mohon jikalau akhi menolak ucapan saya, perhatikanlah untaian kata yang dikutip <strong>Ibnul Jauzi</strong> di bawah ini..<br /><blockquote><br /><p>ليس الشجاع الذي يحمي مطيته ... يوم النزال ونار الحرب تشتعل</p><br /><p>لكن فتى غض طرفا أو ثنى بصرا ... عن الحرام فذاك الفارس البطل</p><br /><p>Pemberani bukanlah orang yang melindungi tunggangannya</p><br /><p>Pada saat peperangan, ketika api berkobar</p><br /><p>Akan tetapi, pemuda yang menahan padangannya dari yang diharamkan…</p><br /><p>Itulah prajurit yang ksatria!</p><br /></blockquote><br /><br />Akhi...<br /><br />Sekali lagi, kalau kau tersinggung dengan ucapanku. Mohon janganlah kau lihat siapa saya, kawanmu ini. Saya tidak ada apa-apanya. Namun, sekali lagi, kumohon lihatlah siapa orang yang perkataannya kuhadirkan padamu. Salaf memberi nasehat kepada kita dengan untaian katanya di bawah ini:<br /><blockquote><br /><p>فتفهم يا أخي ما أوصيك به إنما بصرك نعمة من الله عليك فلا تعصه بنعمه وعامله بغضه عن الحرام تربح واحذر أن تكون العقوبة سلب تلك النعمة وكل زمن الجهاد في الغض لخطة فإن فعلت نلت الخير الجزيل وسلمت من الشر الطويل</p><br /><p>“Pahamilah wahai saudaraku apa yang aku pesankan kepadamu...</p><br /><p>Penglihatanmu tidak lain adalah nikmat dari Allah atasmu...</p><br /><p>Janganlah mendurhakai-Nya dengan menggunakan nikmat-Nya....</p><br /><p><strong>Perlakukanlah penglihatan tersebut dengan menahannya dari yang haram</strong>,</p><br /><p>Maka kamu beruntung.</p><br /><p>Jangan sampai engkau mendapat sangsi berupa hilangnya kenikmatan itu.</p><br /><p>Waktu berjihad untuk menahan pandangan adalah sejenak.</p><br /><p>Jika kau melakukannya, kau ‘kan dapatkan kebaikan yang banyak,</p><br /><p>dan selamat dari keburukan yang panjang.”</p><br /><p>[lihat ذم الهوى , karya أبو الفرج عبد الرحمن بن أبي الحسن الجوزي, hal. 143 ]</p><br /></blockquote><br />Akhi...<br /><br />Sekali lagi, demi Allah, saya tidak melarangmu untuk berdakwah, termasuk dakwah kepada wanita. Sudah kuterangkan di atas bahwa Nabi pun berdakwah kepada wanita.<br /><br />Namun, wahai akhi...<br /><br />Antum memiliki kewajiban yang besar sebelum antum berdakwah, yaitu ilmu! Sudahkah kita berdakwah dengan ilmu? Akhi ini kutujukan pula untuk diriku: Manakah waktu yang lebih banyak kita habiskan? <strong>Mendakwahi wanita itu</strong>, atau <strong>waktu kita dalam mengikuti majelis ilmu</strong>? Silakan kita jawab sendiri.<br /><br />.<br /><br />Akhi...<br /><br />Laki-laki memang tidak dilarang bahkan bisa diwajibkan mendakwahi wanita, sebagaimana yang Nabi dan para shahabat lakukan...<br /><br />Namun, mendakwahi mereka tidak harus lewat facebook kan? Antum bisa membuat blog/webiste yang dari situ antum bisa menulis risalah. Antum bahkan bisa berbicara di alam nyata jika diperlukan, selama tidak ada khalwat. Namun, tidakkah kita ingat bahwa para shahabat menimba ilmu dari istri Nabi tidak berhadapan langsung, tetapi <strong>di balik tabir</strong>?<br /><br />Jika ingin berdakwah, antum bisa menukilkan artikel bermanfaat, lalau kau cantumkan di facebookmu.. Antum juga bisa membuat page, atau grup yang dengannya kau bisa kirimkan artikel kepada kaum muslimin atau muslimah sehingga bisa membaca nasehatmu. Itu saja! Lalu kau log-out dari FB. Selesai kan? TANPA KITA HARUS MELIHAT-LIHAT LAWAN JENIS dan berbincang-bincang dengannya.<br /><br />Akhi... di saat antum akan mendakwahi wanita, di saat itu pula antum harus menjaga diri antum untuk jauh.. menjauh sejauh-jauhnya dari pintu fitnah!<br /><br />Tidak ingatkah akhi bahwa para shahabat ketika ingin menimba ilmu kepada para istri nabi, mereka lakukan <strong>di balik tabir</strong>? <strong>Di balik tabir akhi...!</strong> Bukan melihat wajah-wajah <strong>wanita yang kau add di facebookmu itu!</strong><br /><br /><strong>.<br /></strong><br /><br />Akhi...<br /><br />Jangan kau anggap ini kaku. Kalau akhi tidak percaya. Silakan periksa sendiri. Demi Allah, silakan periksa sendiri para akhwat teman-teman lama antum ketika di SLTP / SMU dulu, termasuk di kampusmu yang kau add di FB-mu.<br /><br /><strong>Berapa di antara mereka yang menerima nasehatmu dalam praktik yang nyata?</strong><br /><br />Hingga para akhwat tersebut memakai hijabnya...<br /><br />Menutupi wajahnya dari pandanganmu...<br /><br />Meninggalkan maksiat-maksiat karena menrima nasehatmu..<br /><br />Atau akhwat-akhwat itu hanya katakan,<br /><blockquote><br /><p><em>“Subhanallah akhi...,</em></p><br /><p><em>bagus sekali nasehatnya....,</em></p><br /><p><em>izin share ya....</em></p><br /><p><em>Saya di-tag dong...</em></p><br /><p><em>Kok ana tidak di-tag akhi...?</em></p><br /><p><em>Makasih ya bang telah di-tag...</em></p><br /><p><em>Jangan bosan-bosan nasehatin ana...”</em></p><br /><p><em><br /></em></p><br /></blockquote><br />Bah! Jangan terburu-buru kau biarkan hatimu berbunga-bunga dengan kata-kata di atas akhi, karena<br /><p>و خلق الإنسان ضعيفا</p><br /><p>“Manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah”</p><br /><p>(Q.S. An-Nisa’: 28)</p><br />maka ingatlah bahwa jika akhwat itu bisa berkata-kata lembut kepadamu, padahal dia bukan istrimu, tentu <strong>dia pun akan bersikap demikian pada laki-laki lain, selain dirimu!</strong><br /><blockquote><br /><p>أفق يا فؤادي من غرامك واستمع ... مقالة محزون عليك شفيق</p><br /><p>علقت فتاة قلبها متعلق ... بغيرك فاستوثقت غير وثيق</p><br /><p>Sadarlah wahai hati dari kasmaranmu, dan dengarkan!</p><br /><p>Ucapan kesedihan dan kasihan kepadamu...</p><br /><p><strong>Kamu terpikat dengan gadis yang hatinya terpikat dengan selainmu!</strong></p><br /></blockquote><br /><p><strong>.<br /></strong></p><br />Akhi....<br /><br /><strong>Sebelum kau terpukau dengan gaya bahasa para akhwat</strong> itu, ingatlah bahwa Nabi memberikan peringatan kepada kita<br /><p>ما تركت بعدي فتنة أضر على الرجال من النساء</p><br /><p>”Aku tidak meninggalkan sepeninggalku suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki ketimbang wanita”</p><br /><p>[ H.R Bukhari dan Muslim ]</p><br /><p>.</p><br />Akhi...<br /><br />Apakah kau tidak merasakan kesedihan sebagaimana yang kurasakan? Akhi... Bagaimana mata ini tidak mengalir di saat kita baca pesan istri Nabi, Aisyah, berkata,<br /><blockquote><br /><p>لو أن رسول الله صلى الله عليه وسلم رأى ما أحدث النساء اليوم لنهاهن عن الخروج أو حرم عليهن الخروج</p><br /><p>“Seandainya Rasulullah melihat apa yang diperbuat kaum wanita pada hari ini, niscaya beliau melarang mereka keluar rumah atau mengharamkan mereka keluar rumah”</p><br /><p>[lihat beserta sanadnya di ذم الهوى , karya أبو الفرج عبد الرحمن بن أبي الحسن الجوزي, hal. 154]<a>[1]</a></p><br /></blockquote><br />Ya.. Allah, <em>‘afallahu ‘anhunna</em>...<br /><br />.<br /><br />Akhi... Kapan Aisyah (radhiyallahu ‘anha) mengatakan demikian? Kapan...? Kapan...? <strong>Lebih dari seribu tahun yang lalu,</strong> akhi, di saat Islam masih di puncak kejayaannya, di saat para shahabat yang menerima langsung pengajaran nabi masih hidup.<br /><br />.<br /><blockquote><br /><p>Duhai Ibunda, Aisyah....</p><br /><p>Kau katakan demikian...</p><br /><p>di kala Nabi belum lama wafat meninggalkan dirimu...</p><br /><p>di kala para shahabat terbaik masih hidup di antaramu..</p><br /><p>Kau katakan demikian...</p><br /><p>di kala para wanita masih tutupi dirinya dengan hijab kemuliaan</p><br /><p>Aku tahu tak tahu apa yang ‘kan kau katakan...</p><br /><p>Jika kau hidup di masa kami...</p><br /><p>Di saat kami tenggelam dalam kotornya dunia...</p><br /><p>Di saat manusia menghiasi dirinya dengan tipisnya rasa malu...</p><br /><p>Di saat kaum wanita ceburkan dirinya dalam alam tabu...</p><br /></blockquote><br /><p>.</p><br />Maka, demikian pula Engkau wahai saudariku muslimah! Jikalau tulisan ini sampai kepadamu, mengapa tidak kau katakan kepada kami, para laki-laki, suatu ucapan yang kami justru bangga mendengarnya:<br /><blockquote><br /><p>إليك عني! إليك عني! ... فلست منك و لست مني</p><br /><p>Menjauhlah kau dariku...! Menjauhlah kau dariku...!</p><br /><p>Karna aku bukan milikmu...</p><br /><p>Dan kau pun bukan bagian dari ku...</p><br /></blockquote><br /><br />Ya ukhti...<br />Mengapa mau add, atau kau terima permintaan pertemanan facebook dengan para laki-laki, sementara ia bukan milikmu?<br /><br />Belumkah kau ketahui tahu bahwa<br /><blockquote><br /><p>إن الرجال الناظرين إلى النساء</p><br /><p>مثل السباع تطوف باللحمان</p><br /><p>إن لم تصن تلك اللحوم أسودها</p><br /><p>أكلت بلا عوض و لا أثمان</p><br /><p>Laki-laki ketika melihat wanita...</p><br /><p>Seperti bintang buas ketika melihat daging...</p><br /><p>Jika daging-daging itu tidak disimpan dengan rapi...</p><br /><p>Ia ‘kan dibabat tanpa konpensasi apapun dan tanpa harga...</p><br /></blockquote><br />.<br /><br />Ya ukhti...<br /><br />Belumkah sampai kepadamu pesan Nabi kita?<br /><blockquote><br /><p>يا معشر النساء تصدقن وأكثرن الاستغفار فإني رأيتكن أكثر أهل النار</p><br /><p>“<strong>Wahai kaum wanita</strong>, bersedekahlah kalian dan perbanyaklah istighfar! Sesungguhnya aku melihat kalian sebagai <strong>penghuni mayoritas di neraka</strong>.</p><br /><p>(H.R. Muslim: 132)</p><br /></blockquote><br />Wahai ukhti...<br /><br />Tidakkah kau ingat bahwa kau pun diperintah untuk menahan pandanganmu?<br /><blockquote><br /><p>وقل للمؤمنات يغضضن من أبصارهن ويحفظن فروجهن ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهر منها وليضربن بخمرهن على جيوبهن</p><br /><p>“Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka <strong>menahan pandangan mereka</strong>, dan <strong>memelihara kemaluan</strong> mereka! Dan <strong>janganlah</strong> mereka <strong>menampakkan perhiasan </strong>mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka! Dan hendaklah mereka <strong>menutupkan kain kudung</strong> ke dada mereka!”</p><br /><p>(Q.S. An-Nuur: 31)</p><br /></blockquote><br /><p><strong>---bersambung---</strong></p><br />Ahad, 14/11/1430 – 1 November 2009<br /><br />Ba’da shuhuh yang cerah di Masjid Al-‘Ashri,<br /><br />Menjelang dimulainya kajian kitab <em>Al-Irsyad ila Shahihil I’tiqad</em><br /><br /><em>.</em><br /><br /><em><strong>CATATAN KAKI:</strong><br /></em><br /><br /><p> </p><br /><a>[1]</a> Terdapat riwayat dari Aisyah yang mirip dengan atsar di atas, yaitu dalam <strong>shahih Muslim </strong>(cetakan دار إحياء التراث العربي - بيروت Juz I, hal. 445, hadits nomor 144):<br /><br /><p> </p><br /><br /><blockquote><br /><p>عن عمرة بنت عبدالرحمن أنها سمعت عائشة زوج النبي صلى الله عليه وسلم تقول</p><br /><p>: لو أن رسول الله صلى الله عليه وسلم رأى ما أحدث النساء لمنعهن المسجد كما منعت نساء بني إسرائيل قال فقلت لعمرة أنساء بني إسرائيل منعن المسجد ؟ قالت نعم</p><br /></blockquote><br />lihat pula lafadz ini dalam :<br /><ol><br /><li><strong>Musnad Ahmad bin Hambal</strong> (cetakan مؤسسة قرطبة - القاهرة ) Juz VI, hal. 193, hadits nomor <strong>25.651</strong></li><br /><li><strong>Musnad Ishaq bin Rahwiyah</strong> (cetakan cetakan مكتبة الإيمان - المدينة المنورة), Juz II, hal. 148, hadits nomor <strong>639</strong>; dan Juz II, hal. 426, hadits nomor <strong>897.</strong></li></ol><br /><a href="http://alashree.wordpress.com/" target="_blank" rel="nofollow" onmousedown="'UntrustedLink.bootstrap($(this),"><span>http://alashree.wordpress.</span><wbr><span class="word_break"></span>com</a>Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-87325112784725364622009-12-16T10:57:00.003+08:002009-12-21T12:29:09.081+08:00Pesan Akhwat Untuk Ikhwan'Afwan, sebenarnya yang pengen ana sampaikan adalah pilihan kita untuk memilih pasangan. Bagi para ikhwan, pikirkanlah baik-baik sebelum menawarkan sebuah jalinan bernama ta'aruf. Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya. Mengertilah keadaan kami (akhwat). Antum tahu bahwa sifat kaum hawa itu lebih sensitif. Kami mudah sekali terbawa perasaan. Di sadari atau tidak, diakui atau tidak, kami adalah makhluk yang mudah sekali GR, suka di sanjung, suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih. Jadi saat kata ta'aruf atau mungkin khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan sholih seperti antum, tak ada alasan bagi kami untuk menolak. Karena jika kami menolak tanpa alasan yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi pada diri antum, apakah kata-kata itu memang keluar dari lubuk hati antum yang terdalam? Apakah antum sudah memohon petunjuk kepada yang Maha Menguasai hati? Apa antum benar-benar siap (ilmu, iman, mental, fisik, materi, dll) untuk menjalin ikatan suci bernama pernikahan?<br /><br />Sekali lagi, berhati-hatilah dengan kata ta'aruf. Karena ta'aruf adalah gerbang menuju pernikahan. Kemudian timbul pertanyaan, seberapa jauhkah jarak pintu gerbang menuju pintu rumah antum? Padahal selama perjalanan akan banyak cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat kami terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat kami terlena. Ingin sekali kami memetiknya, ingin sekali kami berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum sajikan. Tapi kami nggak berhak, kami belum mendapat izin dari si empunya rumah. Tadinya kami ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah jalan antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat kami lupa akan tujuan semula.<br /><br />Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan kami pun menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah kami mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya.<br /><br />Saat itulah hati kami hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan kami rangkai, kami bangun, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat. Lalu antum membiarkan kami menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang membuat kami kembali terbuai tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan kami berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap membukakan pintu untuk kami. Kami akan segera pulang karena mungkin saja kami salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati ini. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung bagi kami dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana. Kami tak ingin mengkhianati calon suami kami yang sebenarnya. Di istananya, ia menunggu bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara kami berkunjung dan berlama-lama di istana orang lain.<br /><br />Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan. Cinta itu akan cenderung pada hawa nafsu. Cinta itu akan cenderung untuk mengajak berbuat maksiat Itu pasti!! Langkah-langkah syaithon yang akan menuntunnya. Kita tentunya nggak mau memakai label<span style="font-weight: bold; font-style: italic;"> </span><span class="fullpost"><blink></span><span style="font-weight: bold; font-style: italic;">ta'aruf</span><span class="fullpost"></blink></span> untuk membungkus suatu kemaksiatan,bukan ?! Hati-hatilah dengan hubungan ta'aruf yang menjelma menjadi TTM (ta'aruf tapi mesum). Tolong hargai kami sebagai saudara antum. Kami bukan kelinci percobaan. Kami punya perasaan yang tidak berhak buat antum "coba-coba". Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya. Jika antum memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput kami...Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-30274092743218935362009-11-28T10:07:00.001+08:002009-11-28T10:10:15.092+08:00Atas nama ta'aruf ?!?!<span>saudariku....sahabatku...u</span>khty muslimah....,,,,<div class="clear_left"><br /><br />sungguhpun taaruf bukanlah sebuah permainan....bukan sekedar coba-coba...bukan sekedar perkiraan...<br />"hmm..siapa tau cocok..."<br />"hmm...siapa tau jodoh..."<br />"siapa tau..."siapa tau...'<br />atau bahkan..." Hmm....lumayanlah...buat hepi-hepian...???????"<br />astaghfirullah....<br /><br />sungguh...Taaruf itu bukanlah sebuah keisengan seperti itu....!!!!<br /><br />bagaimana mungkin SATU-SATUNYA JALAN YANG DIHALALKAN OLEH ALLAH...OLEH ISLAM..adalah sebuah permainan iseng...permainan coba-coba...sebuah kesenangan terselubung...??????<br />bagaimana mungkin SATU-SATUNYA JALAN YANG DIHALALKAN OLEH ALLAH...OLEH ISLAM..adalah sebuah permainan iseng...permainan coba-coba...sebuah kesenangan terselubung...??????<br /><br /><br /> bagaimana mungkin suatu upaya untuk menghindari PACARAN...justru tanpa disadari masuk dalam PACARAN tersebut...<br /><span> bagaiaman mungkin sebuah upaya untuk membuahkan suatu yang suci...suatu ikatan yang mahal harganya...sebuah perjanjian agung yakni PERNIKAHAN adalah sebuah lelucon yang bisa dilakukan dengan siapa saja...siapa saja yang mau...siapa saja yang ada...atau sebuah iseng-iseng berhadiah...??????????????</span><wbr><span class="word_break"></span>?<br /><br /><br /><br />dengan perkataan...<br /><span> "coba ah...sama dia...siapa tau...hehehe..???????!!!!!</span><wbr><span class="word_break"></span>!!?????????"<br /><br />TAARUF BUKAN HAL-HAL REMEH TEMEH SEPERTI ITU....!!!!!!!<br />TAARUF ITU SUNGGUH SUCI...!!!<br /><br />sungguh bukan hak saya untuk berkata demikian sebenarnya...<br />saya bukan siapa-siapa...bahkan saya adalah orang yang sangat sangat awam dengan masalah ini....<br /><br />tapi...sungguh miris hati saya ketika melihat realita...taaruf seakan jadi sebuah solusi atau jalan lain karena tidak boleh pacaran...!!!<br />akhibatnya...??? taaruf tiada bedanya dengan pacaran...???<br />lalu...??? taaruf adalah pacaran hanya dibungkus dengan "selimut Islami..."????????<br /><br /> jika pacaran yang dibicarakan adalah...(hmm..mungkin ..^^)<br /> "sayang...ketemuan yuk..."<br /><br /> jika taaruf...<br /> "ukhty...sholat tahajud dulu...??????????"<br /><br /> jika pacaran mengungkapkan perasaan dengan<br /> "sayang...aku cinta kamu..."<br /><br /> taaruf ...??<br /> "ukhty...sungguh hati ini mencintaimu karena Allah...????"<br /><br /> sms-sms penuh perhatian...tiap hari...tiap jam...<br /> telepon-telepon mengobrol kehidupan sehari-hari...<br /> chatting..???<br /> YANG DIBICARAKAN...??????? hmm..tidak jauh beda...!!!<br /><br /></div><div class="photo photo_right"><div class="photo_img"><a href="http://www.facebook.com/photo.php?pid=483238&op=1&view=all&subj=352493910172&aid=-1&auser=0&oid=352493910172&id=1093728701"><img src="http://photos-a.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs041.snc3/12841_1178989710262_1093728701_483238_2516788_a.jpg" alt="" /></a></div></div><div class="clear_right"><br /><br /><br />kiranya semuanya telah tau...<br />bahwa wanita adalah fitnah terbesar bagi seorang laki-laki...<br /><br />namun...saya wanita...dan ukhty pun wanita...<br /><br /><span> tapi kita juga tau...bahwa perhatian laki-laki...kasih sayangnya...sikap melindunginya...kesetiaann</span><wbr><span class="word_break"></span>ya adalah cobaan yang tidak kalah hebatnya bagi seorang wanita...<br /><span> tapi kita juga tau...bahwa perhatian laki-laki...kasih sayangnya...sikap melindunginya...kesetiaann</span><wbr><span class="word_break"></span>ya adalah cobaan yang tidak kalah hebatnya bagi seorang wanita<br /><br />mungkin kami para akhwat pada awalnya akan berkata...<br />"iih...iseng bgt sih..."<br />"nyebelin..."<br />"ganjen..."<br />"TP TP..."<br />"ngapain sih ngajak-ngajak taarufan nggak jelas.."<br /><br />TAPI....kita semua juga tau....<br /><br />cinta itu tumbuh karena terbiasa...<br /><br /> terbiasa dekat...<br /> terbiasa ada...<br /> terbiasa bersama...<br /> terbiasa berantem..hhe..^^<br /> terbiasa saling menyapa...<br /> terbiasa diberi perhatian...<br /> terbiasa saling mengobrol...hmm...<br /><br /><br /><br />cinta itu teramat bening...<br />saat ini tiada apapun...namun perlahan...tanpa kita sadari...dia sudah menjalar ke seluruh bagian jiwa kita,,,menguasai kita...<br /><br />awalnya mungkin kita akan merasa sebal dengan kehadirannya...<br />terganggu oleh sms-sms isengnya....<br />terganggu oleh pertanyaan-pertanyaan anehnya....<br /><br />namun...tanpa kita sadari...<br />saat ia tiada...<br />saat sms tak kunjung tiba...<br />saat telepon tak berdering lama....????<br />akan ada perasaan kehilangan....<br />setiap saat melihat ke HP...menunggu deringnya...<br />setiap saat melongok ke komputer...menunggu onlinenya.....<br /><br />dan itukah...??? itukah saudariku....??? yang dinamakan dengan..."MENCINTAI KARENA ALLAH...???"<br />itukah...????<br />itukah....?????????<br /><br />ya akhi...para ikhwan....<br />sungguh hati wanita ini lemah....<br />hati wanita itu mudah terjangkiti virus....<br /><br />dan bagaimana jika kita telah jatuh cinta...<br />bagaimana ternyata hati kita sudah saling merindu...menginnginkan adanya kebersamaan...<br />merindukan adanya kasih yang tanpa akhir...<br />sementara....KITA BELUM HALAL....!!!!!! DAN MUNGKIN KITA TIDAK AKAN PERNAH JADI HALAL....!!!!!!<br /><br />sanggupkah engkau pertanggungjawabkan sms-sms mesramu...???<br />sangggupkah engkau pertanggungjawabkan telepon mesramu...???<br />sanggupkah engkau pertanggungjawabkan tangis kami karena mulai merindukanmu...??? mulai berharap padamu...???<br /><br />Tolong, kami hanya ingin menjaga diri . Menjaga amal kami tetap tertuju padaNYA.Karena janji Allah itu pasti. Wanita baik hanya diperuntukkan laki-laki baik.<br /><br />Jangan ajak mata kami berzina dengan memandangmu! Jangan ajak telinga kami berzina dengan mendengar pujianmu! Jangan ajak tangan kami berzina dengan menerima hadiah kasih sayangmu! Jangan ajak kaki kami berzina dengan mendatangimu! Jangan ajak hati kami berzina dengan ber-dua-an denganmu!<br /><br /><br /><br />ya akhi....ikhwan...calon pemimpin kami di masa depan....<br />jika engkau benar-benar serius...mengapa engkau hanya bersembunyi dibalik internetmu...???<br />bersembunyi dibalik HPmu...???<br />bersembunyi dalam kata-katamu...????????<br /><br />kita sudah lelah dengan semua itu...<br />sungguhpun kita tidak mengharapkan seorang laki-laki BERMENTAL TEMPE...<br />yang hanya berani di dunia maya...<br />yang hanya berani di dunia sms...<br /><br />dan yang lari dari tanggungjawab setelah merasa tidak cocok....<br /><br />jika engkau memang sungguh serius...<br />DATANGLAH PADA ORANGTUA KAMI...!!!<br />JAWAB PERTANYAAN KAMI DENGAN LANTANG...!! DIHADAPAN KAMI...!!!!<br />JAWAB PERTANYAAN KAMI SECARA LANGSUNG....!!!!<br /><br />kami wanita ingin pemimpin yang berani....<br />kami wanita yang ingin menjaga diri...<br />kami wanita yang tidak ingin diberi harapan palsu...janji gombal....<br />kami wanita yang ingin laki-laki yang halal.....<br />DENGARLAH AKHI...KAMI WANITA YANG BERBEDA...!!!!!!<br /><br /></div><div class="photo photo_center"><div class="photo_img"><a href="http://www.facebook.com/photo.php?pid=483237&op=1&view=all&subj=352493910172&aid=-1&auser=0&oid=352493910172&id=1093728701"><img src="http://photos-b.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs061.snc3/12841_1178989190249_1093728701_483237_464642_a.jpg" alt="" /></a><br /><br /><br /></div></div>MUNGKIN SALAH SEORANG LAKI-LAKI AKAN BERTANYA..." mengapa wanita begitu selektif memilih orang yang akan taaruf.."<br />maka...<br />wanita akan menjawab..<br /><br /> suami kami nanti kelak akan menjadi pemimpin kami...<br /> akan kami layani kebutuhannya....<br /> akan kami tunggu kehadirannya...<br /> akan kami berikan jiwa kami...raga kami....<br /> bagaimana mungkin kami lalai dalam memilih calon suami...meski hanya dalam rangka taaruf...??<br /><br /> suami kami nanti akan menjadi pembimbing agama kami...penjaga kami...pelindung kami...<br /> bagaimana mungkin kami akan gegabah dalam menentukan pilihan...meski hanya sebatas tukaran biodata..??<br /><br /> mentaati suami kami adalah salah satu jalan kami ke surga...<br /> ketaatan pada suami adalah lambang kesholihan kami....<br /> bagaimana mungkin kami akan cepat memutuskan siapa pilihan kami meski hanya sebatas kata..."baik saya setuju...taarufan..."<br /><br /><br /><br /> ya akhi....saudaraku...para ikhwan....<br /> JANGAN TAWARKAN KEISENGAN ATAS NAMA TAARUF PADA KAMI...!!!!!<br /> KETAHUILAH...KAMI ADALAH WANITA YANG BERBEDA...!!!!!Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-40060168784944410472009-11-28T10:06:00.001+08:002009-11-28T10:07:52.053+08:00Jangan ajak kami berzina yaa akhi..Ini adalah kisah yang sudah sangat melegenda:<br />- Tentang Julius Caesar, kaisar Romawi yang rela kehilangan kehormatan, kesetiaan dan bahkan negaranya demi si Ratu Penggoda:Cleopatra. Semua dia lakukan (kata ahli sejarah)...atas nama cinta<br />- Ini kisah tentang pemuda bernama Romeo, demi seorang wanita, rela kehilangan keluarga, dan tentu saja nyawa... tetap saja: atas nama cinta -<br /><br />Satu lagi, seorang janda bernama Khadijah, yang rela mengorbankan segalanya demi membela pemuda bernama Muhammad, yang dia yakini membawa risalah Tuhannya.<br /><br />Ini juga :atas nama cinta kata Jalaluddin Rumi: cinta akan membuat yang pahit menjadi manis dan dengan cinta tembaga menjadi emas dengan cinta yang keruh menjadi jernih. Dengan cinta sakit menjadi obat, dengan cinta yang mati akan menjadi hidup, dan cintalah yang menjadikan seorang raja menjadi hamba sahaya dari pengetahuanlah cinta seperti tumbuh.<br /><br />Afwan, aku bukan pujangga yang hendak membahas tentang cinta. Aku juga tidak sedang mencampuri urusan orang lain (Aku hanya ingin memposisikan diri sebagai seorang saudara.. yang wajib hukumnya untuk mengingatkan saudaranya yang mungkin...salah langkah.<br /><br />Bila aku salah, atau artikel ini tak berkenan, mohon maaf. Itu saatnya aku untuk dikritisi. Aku ingin bicara atas nama wanita, terlebih akhwat (kalau boleh sih) tolong untuk para ikhwan (atau yang merasa sebagai muslim).<br /><br />Wanita adalah makhluk yang sempit akal dan mudah terbawa emosi. Terlepas bahwa aku tidak suka pernyataan tersebut, tetapi itulah fakta. Sangat mudah membuat wanita bermimpi.<br /><br />Tolong, berhentilah memberi angan-angan kepada kami. Mungkin kami akan melengos kalau disapa. Atau membuang muka kalau dipuji. Namun, jujur saja, ada perasaan bangga. Bukan suka pada antum (mungkin) namun suka karena diperhatikan "lebih".<br /><br /><div class="photo photo_left"><div class="photo_img"><a href="http://www.facebook.com/photo.php?pid=483235&op=1&view=all&subj=352493910172&aid=-1&auser=0&oid=352493910172&id=1093728701"><br /></a></div></div>Diantara kami, ada golongan Maryam yang pandai menjaga diri. Tetapi tidak semua kami mempunyai hati suci. Jangan antum tawarkan sebuah ikatan bernama ta'aruf bila antum benar-benar belum siap akan konsekuensinya. Sebuah ikatan ilegal yang bisa jadi berumur tak cuma dalam hitungan bulan tetapi menginjak usia tahun, tanpa kepastian kapan akan dilegalkan.<br /><br />Tolong, pahami arti cinta seperti pemahaman Umar Al Faruq: seperti induk kuda yang melangkah hati-hati karena takut menginjak anaknya (afwan, bener ini ya riwayatnya?). Bukan mengajak kami ke bibir neraka. Dengan SMS-SMS mesra, telepon sayang, hadiah-hadiah ungkapan cinta dan kunjungan pemantapan yang dibungkus sebuah label: ta'aruf.<br /><br />Tolong, kami hanya ingin menjaga diri . Menjaga amal kami tetap tertuju padaNYA.Karena janji Allah itu pasti. Wanita baik hanya diperuntukkan laki-laki baik.<br /><br />Jangan ajak mata kami berzina dengan memandangmu! Jangan ajak telinga kami berzina dengan mendengar pujianmu! Jangan ajak tangan kami berzina dengan menerima hadiah kasih sayangmu! Jangan ajak kaki kami berzina dengan mendatangimu! Jangan ajak hati kami berzina dengan ber-dua-an denganmu! Ada beda persahabatan sebagai saudara, dengan hati yang sudah terjangkiti virus. Beda itu bernama "rasa" dan "pemaknaan"<br /><br /><br />Jangan ajak mata kami berzina dengan memandangmu! Jangan ajak telinga kami berzina dengan mendengar pujianmu! Jangan ajak tangan kami berzina dengan menerima hadiah kasih sayangmu! Jangan ajak kaki kami berzina dengan mendatangimu! Jangan ajak hati kami berzina dengan ber-dua-an denganmu<br /><br /><br />Bukan, bukan seperti itu yang dicontohkan Rasulullah! Antum memang bukan Mush'ab. Antum juga tak sekualitas Yusuf as. Tetapi antum bukan Arjuna dan tak perlu berlagak seperti Casanova karena Islam sudah punya jalan keluar yang indah. Segeralah menikah atau jauhi wanita dengan puasa!Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-52011341577648611582009-11-26T13:58:00.003+08:002009-11-26T14:06:10.225+08:00Kasih sayang seorang ayahBiasanya anak-anak yg jauh dari orang tuanya merasa kangeen sekali dgn mamanya.<br /><br />Lalu bagimana dgn papa?<br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4wiXbYXroibJd7gUruyyQnPLxRl1vJamgvDUEnyS3UtVS1__QO8e_wYQ6mKQy6jEGLG8ikisThwYKCmSuX7HfJhfx5jAfdIqX1x4r6pOBQaYcPH2pcn-aAycWhTUyeQvQJlddCNgI1wK3/s1600/kado_buat_ayah.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 200px; height: 160px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4wiXbYXroibJd7gUruyyQnPLxRl1vJamgvDUEnyS3UtVS1__QO8e_wYQ6mKQy6jEGLG8ikisThwYKCmSuX7HfJhfx5jAfdIqX1x4r6pOBQaYcPH2pcn-aAycWhTUyeQvQJlddCNgI1wK3/s200/kado_buat_ayah.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5408288670688926434" border="0" /></a><br />Mungkin mama lebih sering menanyakan keadaan anaknya setiap hari .tp taukah kamu jika papamu yg mengingatkannya utk menelfonmu?<br /><br />Mgkn mama yg lebih sering mengajakmu bercerita,tp taukah kamu sepulangnya ia bekerja dgn wajah lelah ia selalu menanyakan kabarmu dari mama mu?<br /><br />waktu kecil..<br /><br />Papa mengajari putri kecilnya bermain sepeda. Setelah dia mengganggap kamu bisa ia melepaskan roda bantu di sepedamu, Saat itu mama menutup mata karena takut anaknya terjatuh lalu terluka.tp ayah dgn yakin menatapmu mengayuh sepeda dgn pelan karena dia tahu putri kecilnya pasti bisa.<br /><br />Saat kamu menangis meronta meminta boneka yg baru,mama menatapmu iba,tetapi ayah mengatakan dgn tegas “kita beli nanti,tapi tidak sekarang” karena ia tidak ingin kamu menjadi manja dgn semua tuntutan yg selalu di penuhi.<br /><br />ketika kamu remaja<br /><br />kamu mulai menuntut utk keluar malam. Lalu papa mulai bersikap lebih tegas ketika mengatakan “tidak”.<br />itu utk menjagamu karena kamu adalah sesuatu yg berharga.<br />Lalu kamu masuk ke kamar membanting pintu.<br />Tp yg dtg mengetok pintu dan membujuk mu adalah mama.<br />Taukah kamu saat itu dia memejamkan matanya dan menahan diri,karena Dia sangat ingin mengikuti keinginanmu. Tp lagi2 dia harus menjagamu.<br /><br />saat seorang cowok mulai sering datang mencarimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia. Dan sesekali menguping atau mengintip saat kmu sdg brdua di ruang tamu. Tahukah kmu dia merasa cemburu?<br /><br />dan saat dia melonggarkan sedikit peraturan, kamu melanggar jam malamnya. Ia duduk di ruang tamu menunggu mu pulang dgn sangat2 khawatir. Wajah khawatir itu mengeras ketika melihat putri kecilnya pulang terlalu larut. Dia marah. Karena hal yg di takutinya akhirnya datang “putri kecilnya sudah tidak ada lg”<br /><br />saat papa sedikit memaksamu utk menjd seorang dokter. Ketahuilah bahwa ia hanya memikirkan masa depanmu nanti. Tp toh dia tetap tersenyum saat pilihanmu adalah menjd seorang penulis.<br /><br />sampai saat papa harus melepasmu di bandara. Bahkan badannya terlalu kaku utk memelukmu. Ia hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini-itu. Dia ingin menangis seperti mama yg menangis dan memelukmu erat. Tp dia hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya dan menepuk pundakmu berkata “jaga diri baik2”. Agar kamu kuat utk pergi.<br /><br />saat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yg mengerutkan kening adalah Papa. Berusaha mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dgn yg lain.<br /><br />ketika permintaanmu bukan lg sekedar meminta boneka baru, dan ia tau ia tidak bisa memberikan. Dia sangat ingin mengatakan “iya nak,nanti kita beli” dan saat kata2 yg keluar adalah “tidak bisa” dari bibirnya. Tahukah kamu Ia merasa gagal membuat anaknya tersenyum.<br /><br />saat kamu sakit dan tidak berada di dekatnya. Papa terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak berkata “sudah di blg jgn minum air dingin!”.berbeda dgn mama yg memperhatikanmu dgn lembut.<br />ketahuilah saat itu ia benar2 khawatir dgn keadaanmu.<br /><br />dan di saatnya nanti kamu wisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah org pertama yg berdiri dan memberi tepuk tangan utk mu. Dia yg tersenyum bangga dan puas melihat “putri kecilnya yg tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”<br /><br />sampai saat seorang teman hidupmu datang dan meminta izin mengambilmu darinya. Papa akan sangat berhati2 memberikan izin.karena ia tau laki2 itu yg nanti akan menggantikannya.<br /><br />dan saat Papa melihat mu duduk di panggung pernikahan bersama seseorang yg di anggapnya pantas menggantikannya. Papa pergi kebelakang panggung,dan menangis “tugasku telah selesai dgn baik.putri kecilku yg lucu telah menjadi wanita yg cantik”<br /><br />Papa hanya bisa menunggu kedatangan mu dan cucu2nya sesekali utk menjenguknya. Dgn rambut yg telah memutih dan badan yg tak lagi kuat utk menjagamu dari bahaya.<br /><br />papa adalah sosok yg harus selalu terlihat kuat bahkan ketika dia tidak kuat utk tdk menangis. Harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. papa jg orang pertama yg selalu yakin bahwa “kamu bisa” dalam hal apapun.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6b7_2mKGUbdUkzOZhzORioCd7YwtzWR_J3-Y7YMy0f-FqewW03h0MVpTolNcCXtt-QE7WXgH840mfWTQdJp5SWsf826zlCVkRoHgbJBGGm8CFSXRnuBWMVbvAtxV-H-2o_OrO1qKIowik/s1600/bapak.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 399px; height: 235px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6b7_2mKGUbdUkzOZhzORioCd7YwtzWR_J3-Y7YMy0f-FqewW03h0MVpTolNcCXtt-QE7WXgH840mfWTQdJp5SWsf826zlCVkRoHgbJBGGm8CFSXRnuBWMVbvAtxV-H-2o_OrO1qKIowik/s200/bapak.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5408289302106041634" border="0" /></a><br /><br />tersenyum dan bersyukurlah ketika kamu bisa merasakan kasih syg seorang papa hingga tugasnya selesai.kmu adalah salah satu org yg beruntung. Karna papa adalah sosok superhero yg hebat.Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-57858336271056013832009-09-29T11:18:00.001+08:002009-09-29T11:25:50.544+08:00Cinta.., tunggulah sampai batas waktu itu<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDJ6RpOKG8BtxH8HWL5V1G8-pDQyC7X37G_Wr-Ym7fouw2sL9HMfB-mQZfFOL2d9lEjcDxE_be0uls3aOSxpg1tiMjAXTctES5d03s2_NdkI-91W9_xltylGNdEOOP3e-epLwpzON0yaQ_/s1600-h/cinta-allah1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 180px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDJ6RpOKG8BtxH8HWL5V1G8-pDQyC7X37G_Wr-Ym7fouw2sL9HMfB-mQZfFOL2d9lEjcDxE_be0uls3aOSxpg1tiMjAXTctES5d03s2_NdkI-91W9_xltylGNdEOOP3e-epLwpzON0yaQ_/s200/cinta-allah1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5386725071392151554" border="0" /></a><br /><span style="font-weight: bold;">Cinta,,</span><br />mengapa kau hadir di saat ku belum dapat menerimamu,<br />mengisi hari-hariku dengan bayang semu mu,<br />menghiasi dunia ini dengan khayal tipuanmu?<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Cinta,,</span><br />tak bisakah kau sabar menungguku,<br />menanti batas waktu yang telah ditentukan olehNya<br />agar keindahan itu di ridhoiNya..??<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Cinta,,</span><br />aku tak ingin seperti yang lain<br />mengumbar kata cinta dengan mudah, oleh dan untuk sembarang orang..<br />Ku ingin cinta kita beda<br />cinta yang kan berbuah syurga<br />dan mendapat naungan dari sang Maha Pemilik Cinta..<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Cinta,,</span><br />kumohon.. menjauhlah dariku dulu<br />dan datanglah suatu saat nanti jika waktunya tiba<br />kan kusambut kau dengan salam serta senyuman tulus bahagia..<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Cinta,,</span><br />kuterima kau sebagai anugerah dariNya<br />tak ingin kukotori pemberianNya dengan penyaluran rasamu yang hina..<br />melainkan hanya dengan sebait janji suci..<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Cinta,,</span><br />sungguh.. hadirmu membuat hatiku sesak<br />kini namamu terngiang olehku..<br />namun terguncang sesakku saat lantunan indah asmaNya terlontar..<br /><br />Ijinkan aku mencintaiNya dengan segenap hatiku tanpa hadirmu dulu<br />mencintai Sang Pemilik jiwa dan raga<br />pemilik kehidupan<br />serta penguasa tahta kerajaan..<br /><br />Ya Allohu Robbi..,<br />kucinta Kau.. sungguh ku cinta Kau..<br />terserahlah orang mau berkata apa<br />hanya Kau yang tahu besarnya rasa cinta ini padaMu..<br /><br />Tapi kini, rasa itu terbagi kepada insanMu..<br />Maafkan hamba ya Robbi,<br />ku akan menahan rasa ini sampai waktunya tiba<br /><br />Ya Aziz..,<br />Jika cinta adalah ketertawanan,<br />tawanlah aku dengan cinta kepadaMu<br />agar tidak ada lagi yang dapat menawanku selain Engkau..Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-16275401651215647672009-09-22T11:28:00.002+08:002009-09-22T11:30:30.458+08:00Ijinkan aku menunduk<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7ngxkAOPidAUIlovO4Ltdz4zYcqxuDti3r63N7vn-zBEYP3E5uQGn4jlPOmlFSwrC_ydOmY3BFL9fyOVsU_VFgjL8d8MtXRQEyUjUvn9HbXPgu8KnqjkZ1JsEb9UPlwqLOICVxj2MKpjD/s1600-h/1_306431894l.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 199px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7ngxkAOPidAUIlovO4Ltdz4zYcqxuDti3r63N7vn-zBEYP3E5uQGn4jlPOmlFSwrC_ydOmY3BFL9fyOVsU_VFgjL8d8MtXRQEyUjUvn9HbXPgu8KnqjkZ1JsEb9UPlwqLOICVxj2MKpjD/s200/1_306431894l.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5384129004943791682" border="0" /></a><br />Demi Alloh,<br />Aku tak tahu apa harus kukecam hawa nafsuku,<br />atas cinta..<br />Apakah mataku yang menggoda atau hati ini..?!?<br />Jika kukecam hati, ia berkata: Gara-gara mata yang memandang!<br />Dan jika kuhardik mata, ia berdalih: Ini kesalahan hati!<br />Mata dan hati telah dialiri darah,<br />maka wahai Robbi,<br />jadilah Penolongku atas mata dan hati ini..<br /><br />(kata² seorang penyair yang dikutip Syaikh "abdul 'Aziz al Ghazuli dalam Ghadhdhul Bashar)Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-31058266023346282232009-09-22T11:24:00.001+08:002009-09-22T11:26:59.846+08:00Ingin kukatakan arti cintaMudah sekali melafalkan kata cinta. tanpa berfikir panjang, sebuah ketertarikan dan rasa suka segera menggerakkan lisan melafal kalimat "Aku cinta padamu". Tak banyak yang tahu apa itu cinta, lebih sedikit lagi yang mencari tahu tentang hakikatnya.<br /><br />Cinta akan lenyap dengan lenyapnya sebab.....<br />(Ibnul Qayyim Al Jauziyah, dalam Raudhatil Muhibbin)<br /><br />Kaidah cinta Ibnul Qayyim ini mengajarkan pada kita bahwa sebab adalah nyawa bagi cinta. Sebab banyak orang hanya menumbuhkan cinta sembarangan. Cinta yang abadi memerlukan sebab yang abadi, begitulah kesimpulannya. Adalah kau dusta, jika kau berkata cintamu abadi. Padahal sebab cintamu hanyalah kecantikan fana, kekayaan sementara, atau perangai sandiwara.<br /><br />CINTA ALLOH: Pada yang Maha Abadi, sebabnya pun abadi..<br /><br />"Bila hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka Aku adalah dekat......." (All Baqarah 186)<br /><br />"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingat Alloh hati menjadi tenteram." (Ar Ra'd 28)<br /><br />"Sesungguhnya orang yang beriman itu adalah orang-orang yang ketika disebut asma Alloh bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya atas mereka bertambahlah iman mereka karenanya. Dan kepada Robbnya mereka bertawakkal." (Al Anfal 2)<br /><br />Kalau hambaKu mendekat sejengkal, Ku sambut ia sehasta. Kalau ia mendekat sehasta, Ku sambut ia sedepa. Kalau hambaKu datang padaKu berjalan, Ku sambut ia dengan berlari....<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwjLzKdKkGn9YH6TCEBnHq8Ni1_Hzx6h96dWQiA0U437gemyP85eYDvZhheEKk1rsTnwLLpiEOVF78x7r7lXxn-yfwlSk_w91vbsOFDjKZ2kjrslYnjqZvx357bOttjlgq1S9G-v8BvjaY/s1600-h/viu1228884953c.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 153px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwjLzKdKkGn9YH6TCEBnHq8Ni1_Hzx6h96dWQiA0U437gemyP85eYDvZhheEKk1rsTnwLLpiEOVF78x7r7lXxn-yfwlSk_w91vbsOFDjKZ2kjrslYnjqZvx357bOttjlgq1S9G-v8BvjaY/s200/viu1228884953c.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5384127947057316930" border="0" /></a><br /><br />Belum cukupkah ini untuk membuat kita berteriak, "Ya Alloh, aku berlari menujuMu dalam cinta.."Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6824390080353328045.post-43052751547484981352009-09-22T11:20:00.000+08:002009-09-22T11:21:03.626+08:00Jaga kesucianmu ya akhi wa ukhti fillah..Engkau berkata kepada pencuri: "Silakan masuk..!" Setelah kecurian, barulah engkau sadar, kemudian engkau berteriak: "Tolong.., tolong.., aku kecurian!"<br />(Asy Syaikh Ali Ath Thanthawi)<br /><br />Nah,, buat sista skalian.. apa klian mau harta yang paling berharga (kehormatan) kalian di curi oleh orang?? Jaga kesucian diri dan kesucian hati.. Muslimah itu laksana mutiara di dasar lautan yang sangat mahal harganya dan sangat terjaga.<br /><br />Tambahan sedikit lagi buat ukhti muslimah,<br />"Wanita mana saja yang memakai haruman kemudian keluar dan lewat di depan orang banyak agar mereka mendapati baunya, maka dia adalah pezina.."<br />(HR Abu Dawud dan At Tirmidzi)<br /><br />Dan buat brader skalian.., janganlah kalian menjadi pencuri bagi saudara muslimah sendiri. Bantulah menjaga kehormatannya dengan menjaga hati dan iman kalian..<br /><br />"Sungguh, jika kepala salah seorang dari kalian dicerca dengan jarum besi menyala, adalah lebih baik daripada menyentuh perempuan yang tiada halal baginya." (HR Ath Thabrani dan Al Baihaqi)<br /><br />"Janganlah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita bukan mahramnya, dan janganlah seorang wanita bepergian kecuali bersama mahramnya." (HR Al Bukhari dan Muslim)Mira Aristahttp://www.blogger.com/profile/02855048236350265958noreply@blogger.com0