”Wahai Robb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Furqoon:74)
”…DAN ORANG-ORANG YANG BERIMAN LEBIH MENCINTAI ALLOH TA’ALA… “
(QS. AL-BAQOROH :165)
**************************
Duhai Zauji, Jadilah Surga di Taman Hatiku
(Kupersembahkan untuk (calon) ZAUJI yang berjiwa hanif)
Bismillaahirrohmaanirrohii
Assalamu’alaykum warohmatulloohi wabarokaatuh,
Duhai Zauji..
Kupersembahkan sebuah ayat dalam Al-Qur’an yang selalu kubaca disetiap kartu undangan yang selalu melayangkan pikiranku akhir-akhir ini. Hingga detik ini, aku senantiasa bertanya kapan namaku tercantum pada sebuah kartu undangan pernikahan? Siapa pula nama yang mengiringi namaku pada kartu undangan tersebut dalam rangka mitsaqon-gholizho (perjanjian yang sangat berat) itu?
Yaa Zauji, ketahuilah… ayat itu adalah:
”Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Alloh) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum : 21)
Tiada kata yang dapat kuucapkan atas karunia Alloh Ta’ala hingga pada waktu yang tepat nanti aku akan menikah dengan orang pilihan Alloh Ta’ala yang telah ditetapkan-Nya dalam kitab Lauh Mahfudz, kecuali syukur alhamdulillah untuk-Nya. Nikmat dan anugerah ini sungguh begitu agung.
Sesungguhnya, sudah aku jalani ”proses” dengan laki-laki lain, tapi ternyata Alloh takdirkan engkau masih tersembunyi dibalik kuasa-Nya. Menanti dengan ikhtiar dan doa yang penuh kesabaran tuk menghadirkanmu dalam hidupku merupakan anugerah dalam hidupku diantara anugerah-anugerah lain yang Alloh Ta’ala berikan kepadaku. Diberi-Nya aku kesempatan untuk lebih memperbaiki diri sebagai Muslimah hingga aku layak untuk kau jemput kelak sebagai bidadarimu. Karena Alloh Ta’ala berjanji :
”Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)….” (QS. An-Nur :26)
Walloohi, aku mensyukuri hal itu karena aku yakin dengan selalu bersyukur Alloh Ta’ala akan menambah kenikmatan yang telah Dia berikan, sebagaimana janji-Nya:
”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat” (QS. Ibrohim : 7)
Subhanallooh! Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..
Sebagaimana disepakati oleh al-Bukhari muslim telah diriwayatkan, dimana Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda : “Sungguh menakjubkan keadaan orang mukmin itu. Alloh tidak menetapkan suatu keputusan baginya melainkan keputusan itu adalah baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, maka ia akan bersabar, dan yang demikian itu lebih baik baginya. Jika mendapatkan kesenangan, maka dia akan bersyukur, maka yang demikian itu adalah baik baginya. Dan hal tersebut tidak akan menjadi milik seorang pun kecuali orang mukmin.” (HR. Muslim no.2999. Dari Shuhain rodhiyalloohu’anhu)
Yaa Zauji..
Apakah yang saat ini sedang engkau lakukan? Semogalah engkau adalah seorang ikhwan (laki-laki) yang sedang bersemangat mendekatkan diri kepada Alloh Ta’ala dengan bertaubat dari dosa-dosamu. Kembali kepada fitrahmu sebagai manusia yang bejiwa hanif, memperbaiki diri detik demi detik sebagai bekal meninggalkan kampung penuh penipuan dan bersiap-siap menuju kampung kekekalan.
Hingga pada saat kita dipertemukan oleh-Nya (Nazhor) di tempat dan waktu yang tepat, engkau tidak lagi mempermasalahkan fisik, harta, suku, latar belakang dan kondisiku. Sifatmu yang jujur, sederhana dan bijaksana-lah yang akhirnya menjadi sebab utamaku dalam memilihmu sebagai pendamping hidupku.
Dari segi fisik, mungkin orang mengatakan aku tak serasi untukmu. Dari segi suku dan keturunan, mungkin orang mengatakan aku tak sekufu denganmu. Dari segi latar belakang dan materi, akupun mungkin tak sebanding dengan apa yang ada pada dirimu. Akan tetapi kelak, semua dapat kau maklumi karena niat baikmu dalam menggapai rumah tangga yang kau inginkan. Kau dasari alasan memilihku dengan pertimbangan agamaku dan agama yang ada padamu (manhaj salaf, insya Alloh). Hingga aku yakin dengan sabda Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam :
”Perempuan dinikahi karena empat hal : karena hartanya, kedudukannya, nasabnya, kecantikannya dan agamanya, namun kedepankan (pertimbangkan) agamanya niscaya engkau akan beruntung” (HR. Bukhari & Muslim).
Dengan sebab itulah, engkau berniat dan bertekad bulat untuk meminangku dengan hamdalah. Sebagaimana kisah Bilal bin Rabah rodhiyalloohu’anhu, muadzin kecintaan Rosulullooh Shollallohu’alaihi wa Sallam, tentang meminang. Ketika ia bersama Abu Ruwaihah menghadap Kabilah Khaulan, Bilal mengemukakan :
“Saya ini Bilal, dan ini saudaraku. Kami datang untuk meminang. Dahulu kami berada dalam kesesatan kemudian Alloh memberi petunjuk. Dahulu kami budak-budak belian, kemudian Alloh memerdekakan…”, kata Bilal.
Kemudian ia melanjutkan,” Jika pinangan kami anda terima, kami panjatkan ucapan Alhamdulillah. Segala puji bagi Alloh. Dan kalau anda menolak, maka kami mengucapkan
Alloohu akbar. Alloh Maha Besar.”
Subhanallooh! Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..
Yaa Zauji…
Pada saatnya nanti, jika Alloh Ta’ala sudah berkehendak untuk mempersatukan hati kita, maka tak lagi kupermasalahkan maharmu yang dengan penuh kerelaan kau berikan kepadaku. Tidak kita hiraukan lagi bujuk rayu setan akan materi. Hingga engkau dapat memenuhi perintah Alloh Ta’ala yang berfirman :
”Dan berikanlah mahar (mas kawin) kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan” (QS. An-Nisaa : 4)
Niat suci kita untuk menuju pernikahan yang barokah meluluh lantahkan hatiku untuk menerima mahar darimu apa adanya, bahkan aku akan mempermudah engkau dalam masalah ini, hingga aku yakin bahwa insyaAlloh aku bisa menjadi orang yang tersebut dalam sabda Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam :
”Wanita yang paling banyak mendapatkan berkah adalah yang paling ringan maharnya” (HR. Ahmad 145/6,25162, Hakim dan Ibnu Hibban dari Aisyah Rodhiyalloohu’anha)
Dan akhirnya kita berdua makin yakin, bahwa pernikahan kita akan sesuai syari’at, sebagaimana Uqbah bin Amir rodhiyalloohu’anhu berkata, Rosululloh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda :
“Sebaik-baik pernikahan ialah yang paling mudah”
(HR Abu Dawud (no.2117), Ibnu Hibban (no.1262-al Mawaarid) dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath (I/221, no.724)
Dalam membicarakan walimah, engkau serta merta menyetujui usulanku bahwa walimah kita harus Islami. Tidak ada kemungkaran-kemungkaran dalam resepsi seperti tukar cincin, upacara adat, kepercayaan kepada hari baik dan sial dalam menentukan waktu pernikahan, lepas jilbab atau meminimalisir jilbab dengan mencekik leher dan memamerkan lekuk liuk tubuh, mencukur jenggot, mencukur alis mata, meninggalkan sholat wajib, ikhtilat, musik, nyanyian, mengundang biduanita dan kemungkaran-kemungkaran lainnya.
Karena kita sama-sama tahu bahwa pernikahan adalah gerbang kehidupan rumah tangga yang kita idamkan bersama. Jadi mana mungkin kau tega mengotorinya dengan kemungkaran MESKIPUN HANYA SATU HARI.
Memang benar, kita bagai raja dan permaisuri dalam sehari, tapi sungguh! Jangan sampai berlumuran dosa dihari nan indah itu untuk kemudian menjadi sebab sengsara sepanjang masa. Jangan sampai kita menabung dosa di awal kehidupan rumah tangga, untuk kemudian menuai akibatnya kelak diakhirat. Wal’iyadzu Billah.
Kelak, insyaAlloh pernikahan kita akan berjalan maksimal. Tamu kita terpisah antara pria dan wanita. Dan memang benar-benar terpisah. Kita tidak duduk berdampingan disinggasana yang dapat dilihat oleh sembarang tamu. Tamu pria akan menikmati diriku dan begitu pula sebaliknya?!? ITU TIDAK AKAN TERJADI, insya Allooh Ta’ala TIDAK AKAN TERJADI.
Tidak akan ada alunan musik dan nyanyian yang merupakan mazamir syaitan (seruling setan) yang mengotori kesucian pernikahan islami kita. Pernikahan kita sederhana, tapi khidmat dan islami, insyaAlloh Ta’ala. Semoga kelak, ini merupakan ridho Alloh Ta’ala untuk gerbang rumah tangga kita.
Yaa Zauji…
Terkemudian, HALAL-lah kita untuk saling mencintai karena Alloh Ta’ala. Seketika, penantian kita yang lama itu, akan membebaskan syahwat2 yang selama ini kita pendam, bersamaan dengan meleburnya dosa-dosa kita lewat genggaman jari jemari kita. Saat itulah akan timbul cinta yang berkobar-kobar diantara kita. Detik demi detik, kita akan semakin mengenal satu sama lain, cinta makin subur ditaman hati masing-masing sebagaimana istilah pacaran pasca pernikahan yang sering kubaca dan kudengar selama ini. Pujian demi pujian yang mengekalkan cinta kita mulai bersemi indah.
Namun yaa Zauji…
Aku tahu, bahwa engkau tidak akan membiarkan kita melampaui batas sebagai manusia untuk menikmati cinta itu. Karena kita tahu, ada Alloh Ta’ala diantara kita. Dan kita tahu, bahwa tidak ada seseorangpun yang lebih cemburu selain Alloh Ta’ala dan tidak ada seseorang yang lebih mencintai pujian selain dari Alloh Ta’ala. Karena itulah Dia memuji diri-Nya. Dan tidak ada seseorang yang lebih mencintai alasan selain dari Alloh Ta’ala.
Semoga kelak, cinta kita tidak menyamai dan melebihi dari kecintaan kita kepada Alloh Ta’ala yang dapat mengurangi keimanan kita, sebagaimana rasa takut kita akan firman-Nya :
”Katakanlah jika bapak-bapak kalian, anak2 kalian, saudara2 kalian, ISTRI-ISTRI kalian, keluarga kalian, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah LEBIH kamu CINTAI daripada ALLOH dan Rosul-Nya dan dari berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Alloh mendatangkan keputusannya, dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik” (QS. At-Taubah : 24)
Dan sabda Rosululloh Shollalloohu’alaihi wa Sallam :
”Tidaklah salah seorang dari kalian beriman sampai aku lebih kalian cintai dari anaknya dan kedua orang tuanya dan seluruh manusia”
(diriwayatkan oleh Bukhari no.10 dan Muslim no.44)
Karenanya yaa Zauji..
Kelak, malam-malam yang indah itu akan engkau hiasi dengan membangunkanku disepertiga malam terakhir dengan lembut dengan atau tanpa percikan air diwajahku. Kau ajak aku sholat malam bersamamu dengan alunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang memporak-porandakan taman hatiku, meluluhlantahkan jiwaku dan menghanyutkan aku akan kecintaanku pada Alloh Ta’ala. Aku ingin sekali mengamalkan sunnah Rosululloh Shollallohu’alaihi wa Sallam bersamamu, yaitu :
”Alloh merahmati laki-laki yang bangun diwaktu malam dan sholat kemudian membangunkan istrinya (sholat pula), jika istrinya menolak ia percikkan air kewajahnya. Dan Alloh juga merahmati seorang wanita yang bangun malam kemudian sholat dan membangunkan suaminya (sholat pula), jika ia menolak, ia percikkan air kewajahnya.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim.)
Subhanallooh! Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..
Yaa Zauji..
Kuharap engkau adalah laki-laki penyabar dan dapat menghadapi kondisi emosionalku sebagai istri. Saat aku marah, saat aku salah, engkau meluruskanku dengan cara yang sangat baik dan lembut. Karena kutahu, engkau senantiasa ingin beribadah dengan ikhlas dan ittiba’ (mengikuti) Rosululloh Shollalloohu’alaihi wa Sallam. Bukankah Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda :
“Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari Akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya. Berwasiatlah kepada wanita yang baik. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau membiarkannya, ia akan bengkok. Oleh karena itu, berwasiatlah kepada wanita dengan baik.” (Hadist shohih : Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no.5185-5186) dan Muslim (no.1468 (62)), dari Abu Hurairoh rodhiyalloohu’anhu)
Dalam riwayat Tirmidzi, Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda :
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang paling baik terhadap kaum wanitanya (istri, saudara wanita atau anak-anak wanita”
Alloh Ta’ala berfirman :
“…Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Alloh menjadikan kebaikan yang banyak padanya” (QS. An-Nisaa’:19)
Dan saat engkau marah, sementara aku ikut terbawa emosi, maka engkau mengajakku untuk berlindung kepada Alloh Ta’ala, berwudhu, dan sholat dua rokaat. Apabila kita sedang berdiri, maka kita duduk, apabila kita sedang duduk, maka kita berbaring, atau salah satu dari kita akan mencium, merangkul dan menyatakan alasan kita. Apabila salah satu diantara kita berbuat salah, maka kita akan saling memaafkan karena mengharapkan wajah Alloh Ta’ala semata. (Fiqhut Ta’amul bainaz Zaujani)
Lantas kita mengunci rapat-rapat setiap pintu perselisihan dan tidak menceritakannya kepada orang lain. Saling instropeksi, menyadari kesalahan masing-masing dan saling memaafkan serta memohon kepada Alloh Ta’ala agar senantiasa disatukan-Nya hati kita, dimudahkan urusan dalam KETAATAN KEPADA-NYA, dan diberikan kedamaian dalam rumah tangga kita.
Betapa indahnya menjadi bunga ditaman hatimu yaa Zaujii…
Yaa Zauji…
Aku tahu bahwasanya aku memiliki hak yang seimbang dengan kewajibanku menurut cara yang ma’ruf, kecuali satu perkara yang diungkapkan oleh Alloh Ta’ala :
”akan tetapi para suami memiliki satu tingkat lebih tinggi dari isterinya” (QS. Al-Baqoroh :228)
Karenanya yaa Zauji, aku teringat dengan Ibnu Abbas rodhiyalloohu’anhuma :
”Sesungguhnya aku berhias diri untuk isteriku sebagaimana ia menghias diri untukku” (Tafsir Ibnu Jarir ath-Thahari (II/453))
Dan Rosululloh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda :
”Ketahuilah bahwa sesungguhnya kalian memiliki hak atas isteri-isteri kalian dan isteri-isteri kalian juga memiliki hak atas kalian” (Hasan, HR At-Tirmidzi (no.1173) dan Ibnu Majah (no.1851))
Dan sebagai pemimpin rumah tangga, engkau akan senantiasa berusaha untuk memenuhi hak-hakku sebagai istrimu tanpa melihat apakah hak-ku sudah terpenuhi atau belum, karena kutahu, engkau sangat menginginkan kelanggengan cinta dan kasih sayang diantara kita, sebagaimana engkau juga akan selalu berusaha untuk tidak memberikan kesempatan sedikit pun bagi syaithan yang selalu ingin memisahkan kita berdua.
Engkau memberiku makan apabila engkau makan,
Engkau memberiku pakaian apabila engkau berpakaian,
Engkau tidak akan memukul wajahku,
Engkau tidak akan menjelek-jelekkan diriku, dan
Engkau tidak akan meninggalkanku melainkan didalam rumah (yakni tidak berpisah tempat tidur melainkan didalam rumah)
Aku yakin bahwa meskipun engkau hidup pas-pasan, engkau akan tetap memberiku nafkah menurut kemampuanmu. Alloh Ta’ala berfirman :
”..Dan orang-orang yang terbatas rizkinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Alloh kepadanya. Alloh tidak membebani seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Alloh kepadanya. Alloh kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.” (QS. Ath-Tholaq : 7)
Dengan keimanan dan ketaqwaanmu, engkau tidak pernah berputus asa dalam mencari rizki. Berikhtiar dan bertawakkal (menggantungkan harapan) hanya kepada Alloh Ta’ala, sebagaimana perintah Rosululloh Shollalloohu’alaihi wa Sallam :
”seandainya kalian bertawakkal kepada Alloh dengan sungguh-sungguh, maka sungguh kalian akan diberikan rizki oleh Alloh sebagaimana Dia memberikan kepada burung. Pagi hari burung itu keluar dalam keadaan kosong perutnya, lalu pulang disore hari dalam keadaan kenyang.” (Shahih, HR at-Tirmidzi (no.2344), HR Ahmad (I/30), Ibnu Majah (no.4164). Dari Umar bin al-Khaththab rodhiyalloohu’anhu)
Dengan wara-mu, engkau senantiasa memperhatikan rizki-rizki yang halal dan thoyyibah, untuk diberikan kepadaku dan anak2 kita kelak. Bukan dengan cara-cara yang tercela dan dilarang oleh syari’at Islam yang mulia. Karena sesungguhnya Alloh Ta’ala tidak akan menerima dari sesuatu yang haram.
Semoga Alloh memberikan ganjaran atas nafkah yang engkau berikan kepada keluarga yang kau cintai, sebagaimana sabda Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa sallam :
”..Dan sesungguhnya, tidaklah engkau menafkahkan sesuatu dengan niat untuk mencari wajah Alloh, melainkan engkau diberi pahala dengannya sampai apa yang engkau berikan kemulut istrimu akan mendapat ganjaran.” (Shahih, HR Al-Bukhari (no.1295( dan Muslim (no.1628), dari Sa’ad bin Abi Waqqosh rodhiyalloohu’anhu.
Yaa Zauji,
Aku memilihmu karena agama yang ada pada dirimu. Aku memilihmu karena aku tahu bahwa engkau akan senantiasa menjagaku dan anak-anakku kelak dari api Neraka. Kau ajarkan aku untuk taat dan bertakwa kepada Alloh ’Azza wa Jalla dan mentauhidkan-Nya serta menjauhkan syirik, mengajarkan kepadaku tentang syari’at Islam, dan tentang adab-adabnya.
Sungguh, betapa engkau telah membawaku teringat dan bergetar saat engkau menasehatiku sambil membawakan firman Alloh Ta’ala :
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya Malaikat-Malaikat yang kasar dank eras, yang tidak durhaka kepada Alloh terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim : 6)
Karenanya, engkau senantiasa mengajarkan aku dan anak2 kita kelak mengenai Dienul Islam, mengajarkan kebaikan dan adab-adab Islam. Mengajak untuk senantiasa mendatangi majelis-majelis ilmu yang mengajarkan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih, mendengarkan apa yang disampaikan, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hingga cita-citaku dan keinginanku tuk menjadi BUNGA DITAMAN HATIMU sebagaimana Khodijah Rodhiyalloohu’anha menemani Rosulullooh Shollallohu’alaihi wa Sallam sepanjang hidupnya dapat aku amalkan perlahan-lahan dengan bimbinganmu. Walloohi… Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..
Yaa Zauji…
Kelak akan engkau ajarkan pula aku untuk senantiasa berbakti kepada Orang Tua kita untuk menggapai ridho Alloh Ta’ala. Birrul walidain (berbakti kepada orang tua) yang merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Karena dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid, Alloh ‘Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk berbakti kepada orang tua kita, sebagaimana perintah-Nya :
“Dan Robb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada IBU-BAPAK. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai BERUSIA LANJUT dalam PEMELIHARAANMU, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan”ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Ya Robb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil” (QS. Al-Isroo : 23-24)
Yaa Zauji,
Betapa aku akan sangat taat kepadamu dengan segala ketaatan dan ketakwaanmu kepada Alloh Ta’ala dan ketaatanmu kepada Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam. Hingga andaikata Alloh Ta’ala tidak melarangku untuk bersujud kepada selain-Nya, maka engkaulah tempatku untuk bersujud memohon Surga…
”Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.” (Hasan Shahih, HR at-Tirmidzi (no.1159), Ibnu Hibban (no.1291) dan Al-Baihaqi (VII/291) dari Abu Hurairah rodhiyalloohu’anhu)
Yaa Zauji..
Temanilah diriku sampai matiku nanti, layaknya Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam menemani ummul mukminin Khodijah Rodhiyalloohu’anha. Dampingi aku dalam melaksanakan amanah rumah tanggaku. Sesungguhnya, sebagai kepala keluarga engkau akan ditanya dihadapan Alloh Azza wa Jalla tentang pertanggungjawabanmu atas diriku sebagai istrimu. Juga anak-anak dan rumah tangga sebagai beban pundakmu. Mari kita pikul dengan bahu kesetiaan, genggaman kuat ketakwaan kita dan kucur keringat amal ibadah kita.
Yaa Zauji, aku yakin dan optimis bahwa kita pasti mampu, insyaAlloh…
Yaa Zauji..
Sungguh begitu indah memilikimu dalam mitsaqon gholizho ini kelak… maka bagaimana aku tidak akan memperhatikanmu, sementara engkau adalah surga dan nerakaku, sebagaimana sabda Rosululloh Shollalloohu’alaihi wa Sallam :
“Perhatikanlah sikapmu terhadapnya (suami), karena ia bisa menjadi surgamu dan nerakamu”
(HR. Ibnu Saad, Ath-Thabrani, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al Jami’us Shoghir (1590))
Yaa Zaujii…. Karenanya…
”JADILAH SURGA DITAMAN HATIKU…”
Semoga Alloh Ta’ala segera mempertemukan kita dan senantiasa mempermudah urusan kita dalam mitsaqon-gholizho (perjanjian yang sangat berat) kelak. Amin
Wassalamu’alaykum warohmatulloohi wabarokaatuh
***************
copas dari note 'Aisyah Ummu 'Abdillah (FB)
0 komentar:
Posting Komentar